Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Murti Bunanta dan Cerita Kota

26 Agustus 2019   11:12 Diperbarui: 26 Agustus 2019   11:25 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shakuntala Kartikasari memberikan cindera mata dari IAI DKI Jakarta (foto: Retty)

Semua gambar yang dibuat dalam buku cerita rakyat yang dibawanya menunjukkan riset mengenai detail dari lingkungan tempat cerita itu berasal. 

Kisah yang ditampilkan, apakah itu berhubungan dengan makanan, pakaian, rumah, bahkan flora dan fauna, semua memang ada di daerah itu. 

Semua digambarkan dalam ilustrasi yang berdasarkan sebuah riset yang serius. Perlu waktu dua tahun untuk merampungkan buku-buku berdasarkan riset tersebut.

Kemudian, mulailah Murti Bunanta mengeluarkan koleksinya yang luar biasa menawan. Gairah seorang kolektor yang memamerkan koleksinya ikut membakar gairah peserta workshop yang takjub melihat berbagai macam hal tentang kisah sebuah kota yang muncul dari berbagai koleksi buku, hingga scarf dan kertas pembungkus biskuit (atau permen?) koleksinya. 

Murti Bunanta memperlihatkan buku kecil, buku sedang, ataupun buku berukuran besar (photo: Retty)
Murti Bunanta memperlihatkan buku kecil, buku sedang, ataupun buku berukuran besar (photo: Retty)

Menarik, bahwa tidak ada batasan untuk menulis buat anak. Buku bisa dibuat kecil, sedang, atau besar. Tebal buku bisa beberapa halaman, atau ratusan halaman. "Tidak ada batasan. Anak belum bisa membaca? Bacakanlah!, " kata penulis buku anak yang juga Doktor dari Universitas Indonesia yang meneliti sastra anak sebagai topik disertasinya.

Beliau memang bukan sekedar meneliti tulisan dan penulisannya. Tampak bahwa beliau juga meneliti pembaca yang membaca karya sastra anak itu. "Anak akan membacanya berulang-ulang. Mereka tidak akan bosan, Kadang orang tua yang tidak tahu." tambahnya.

Benar sekali! Saya teringat sebuah pengalaman di sekolah tempat saya sekarang bekerja. Ada kebiasaan untuk mengadakan acara Book Month. 

Salah satu acara yang biasa diadakan dalam Book Month adalah menyumbangkan buku ke sekolah. Sebenarnya bukan sepenuhnya sumbangan, karena satu buku sumbangan akan dinilai dengan kupon. 

Terkadang buku yang bagus dan tebal akan mendapat beberapa buah kupon. Dengan kupon itu, anak-anak bisa membeli buku dari sumbangan anak-anak lainnya. Dengan demiklian mereka saling bertukar buku cerita.

Ada satu kali saya melihat seorang anak tidak pernah jauh dari sebuah buku. Buku itu memang bagus dan menarik. Tetapi herannya, guru senantiasa mendorongnya untuk mengambil buku lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun