Mohon tunggu...
Retno Achmad Faisal
Retno Achmad Faisal Mohon Tunggu... ASN/dokter

“Menulis di sela tugas profesi, terinspirasi dari kehidupan komunitas lokal yang unik sarat makna, serta biodiversity hutan hujan tropis dengan flora dan fauna endemisnya.” East Kotawaringin Regency, Central Kalimantan Province, since 2000

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Boutique Coffee & Wajah Baru

25 September 2025   11:46 Diperbarui: 25 September 2025   23:36 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yang mana? Yang suaranya berat kayak mas-mas stasiun radio?" sahut Nadia cepat, ikut geli.

"IYA! Astaga, itu yang duduk di pojokan. Mukanya tuh udah kayak... kayak boneka. Kenceng, licin, kayak baru keluar dari oven."

"Gue tuh beneran ngira dia waria, sumpah!" kata Maharani, memukul-mukul meja sambil ngakak. "Gue udah siap manggil 'Mas' lho, tapi pas dia buka masker dan bilang 'Assalamu'alaikum, Ukhti', ya Allah... suaranya kayak Logan di film Wolverine!"

"Gue nggak enak banget waktu dia nyapa gue: 'Teteh, masih ingat aku nggak?' Dan otak gue kayak nyari database... loading... gagal!" tambah Nadia. "Ternyata... dia itu mantan anak ekskul marawis SMA kita!"

Rida menutup muka dengan syalnya sambil tertawa. "Aduh ya Allah, ya ampun... ini kenapa Rida makin absurd sih. Kayaknya kita butuh ID Card permanen, lengkap sama foto pre-op!"

"Atau barcode wajah!" seru Jamila.

"Atau... pas kita salaman, langsung muncul pop-up: 'Wajah ini telah mengalami 7 kali pembaruan. Swipe untuk versi asli.'"

Mereka tertawa terpingkal-pingkal sampai Maharani hampir menumpahkan oat latte-nya.

Tak jauh dari mereka, seorang barista senior sedang meracik kopi sambil mendengarkan percakapan itu dengan diam-diam. Namanya Pak Rahman, pensiunan dosen seni rupa ITB yang kini memilih menjadi barista di usia senjanya.

"Maaf Ibu-ibu... boleh saya menyela sebentar?" katanya sopan.

Mereka menoleh, sedikit kaget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun