Tentu saja, menerapkan idealisme secara murni di tengah tuntutan dunia modern yang pragmatis bukanlah hal yang mudah. Kritik sering dilayangkan bahwa pendekatan ini kurang memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan cenderung elitis. Namun, kita tidak harus memilih salah satu secara ekstrem. Spirit idealisme dapat diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan kita saat ini. Guru bisa mulai menyelipkan diskusi-diskusi etis di kelas sains. Sekolah dapat memberikan porsi yang lebih seimbang antara pelajaran eksakta dan humaniora. Pemerintah bisa merancang kebijakan yang tidak hanya mengukur keberhasilan pendidikan dari angka kelulusan, tetapi juga dari indeks karakter dan kesejahteraan mental siswa.
Mungkin sudah saatnya kita berhenti melihat sekolah sebagai pabrik dan mulai merawatnya sebagai taman---sebuah taman tempat ide-ide besar ditanam, karakter-karakter luhur dipupuk, dan potensi setiap anak dibiarkan mekar menjadi bunga kemanusiaan yang paling indah.
Daftar Pustaka (Opsional)
Plato. (n.d.). The Republic. (Terutama buku VII tentang Alegori Gua).
Gutek, Gerald L. (2014). Philosophical, Ideological, and Theoretical Perspectives on Education. Pearson.
Sadulloh, Uyoh. (2015). Pengantar Filsafat Pendidikan. Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Terutama pasal yang membahas tujuan pendidikan nasional yang mencakup pengembangan iman, takwa, dan akhlak mulia).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI