Mohon tunggu...
Restu A Putra
Restu A Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak menulis kecuali yang baik

Buku Cerpennya, Siapa Sebenarnya Ajengan Hamid Sebelum Diburu Anjing-Anjing? (Rua Aksara, 2019)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Email Tania (Cerpen Inspired by Prita Mulyasari)

12 Juli 2011   13:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Nggak pa-pa, ini kok ada nama mama di koran,” ujar Tania saat ia membaca koran langganan Hendra.

“Mana sayang?” tanya Hendra sembari menyiapkan beberapa berkas pekerjaannya ke dalam tas  di ruang tamu. Ia mendekati Tania. Dalam benaknya ia merasa mau tidak mau Tania pun akan tahu sendiri tentang kasus yang menimpa istrinya. Tapi dia sendiri bingung bagaimana harus menjelaskannya pada Tania. Masak hanya karena sebuah email, istrinya bisa ditahan. Kalau pun ia menjelaskan tentang tuduhannya yang mencemarkan nama baik sebuah lembaga publik karena tidak memberikan pelayanan yang semestinya, Tania pasti tidak akan percaya, karena Evi yang Tania kenal jauh dari bayangan seperti yang didakwa para penegak hukum itu. Hendra pun tak kan mungkin menjelaskan tuduhan yang akan menjatuhkan citra istrinya di hadapan putrinya sendiri.

Hendra duduk tepat di samping Tania yang sudah siap dengan seragam sekolah. Hendra melihat berita tentang Evi. Ia bacal judul berita yang ditanyakan Tania: Gara-Gara Email, Evi Savitri Ditangkap Polisi. Hah, harus bagaimana lagi ini aku menjelaskannya, pikirnya. Sudah dua minggu istrinya ditahan polisi. Ia diancam hukuman enam tahun penjara dan denda satu miliar terkait dengan dakwaan pencemaran nama baik. Hendra sendiri saat itu tak habis pikir, mengapa hal itu bisa terjadi. Ia yang sehari-hari bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan besar asing, belum mengerti secara mendalam permasalahan hukum yang dialami istrinya. Baru seminggu ini saja setelah ia bersama pengacaranya menangani kasus istrinya, ia mulai paham. Bahkan ia menduga ada ketidakberesan pada persoalan hukum yang menjerat istrinya itu.

Wajar kan kalau seorang warga mengeluhkan pelayanan sebuah lembaga publik, yang tidak bisa memberikan kenyamanan dan kepuasan. Nah, Evi ketika itu memilih mencurahkan kekesalannya pada seorang kawan di sebuah milis. Beberapa hari kemudian polisi datang dengan sederetan pasal-pasal pidana yang mendakwa kalau dirinya telah mencemarkan nama baik lembaga tersebut.

“Oh iya sayang, email memang untuk nulis sesuatu lewat internet. Tania juga biasa kan main-main internet di laptop papah,”

“Tapi ini benarkan nama mama? Kok di sini tulisannya mama ditangkap polisi gara-gara email?”


“Oh, mungkin korannya salah nulis.”

“Ah, benar kok ini nama mama.”

“Oh ya ya benar,” Hendra terus bertahan dengan kepura-puraannya.

“Tapi kenapa ditangkap polisi, kayak penjahat aja,”

“Mungkin juga mama salah nulis sesuatu di email, makanya polisi mau nanyain dulu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun