Mohon tunggu...
Resti Apriyana
Resti Apriyana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang mempunyai segudang impian!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Kenduri: Simbol Kebersamaan dan Toleransi Dalam Budaya Jawa

14 April 2025   20:30 Diperbarui: 14 April 2025   20:29 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu tradisi yang masih hidup di masyarakat Jawa adalah kenduri. Ini bukan sekadar acara makan bersama, tetapi juga menunjukkan nilai-nilai kebersamaan dan toleransi di antara orang-orang. Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaannya, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau agama mereka.

Arti istilah kenduri menurut KBBI adalah penjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkat, dan sebagainya. "Kenduri" tidak hanya persoalan penjamuan makan bagi yang memperingatinya yang disuguhkan kepada para tamu, melainkan juga pembacaan doa yang dipimpin oleh seorang tokoh agama untuk mendoakan orang yang telah meninggal dan keluarga yang ditinggalkan.

Istilah lain yang serupa atau mewakili istilah kenduri adalah Selametan. Kata selametan dipinjam dari bahasa Arab salamah yang berarti selamat. Pandangan lain yang serupa dengannya adalah Hajatan, syukuran atau tasyakuran dan juga sedekah yang juga berasal dari bahasa arab. Selametan sendiri adalah upacara dengan mengundang para tetangga, di sertai doa bersama yang dipimpin oleh rush atau moden, dengan menyajikan makanan yang terdiri dari nasi tumpeng, ikan ayam, jajanan pasar, sayur, dan buah-buwahan. (Sutiyono,"Benturan budaya islam: punritan dan sinkretis". Jakarta: kompas,2010.357)

Kenduri biasanya diadakan saat peristiwa penting seperti kelahiran, pernikahan, panen, atau peringatan hari besar keagamaan. Tradisi ini dilakukan untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada Tuhan dan untuk meningkatkan hubungan sosial antara warga. Orang-orang berkumpul di rumah salah satu warga atau di balai desa saat ada acara kenduri. Sebelum disantap, mereka membawa makanan yang kemudian dikumpulkan dan didoakan bersama. Prinsip gotong royong dan solidaritas sosial ditunjukkan dalam ritual ini, di mana setiap orang berkontribusi tanpa memandang statusnya.

Salah satu hal yang menarik dari tradisi kenduri adalah inklusivitasnya. Meskipun banyak dilakukan dalam konteks keagamaan tertentu, kenduri tidak bersifat eksklusif. Warga dari latar belakang agama atau kepercayaan yang berbeda tetap diundang untuk berpartisipasi. Hal ini mencerminkan sikap saling menghormati yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa.

Meskipun ada perubahan dalam bentuk dan pelaksanaannya, kenduri masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di era modern. Generasi muda mulai mengubah pesta dengan ide yang lebih sederhana, seperti acara syukuran yang lebih dapat disesuaikan. Nilai-nilai dasar seperti toleransi, kebersamaan, dan gotong royong masih sangat penting. Tradisi ini masih menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Jawa. Kenduri bukan hanya waktu untuk makan bersama, itu juga simbol persatuan, dan itu menunjukkan betapa pentingnya menghargai perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Tradisi kenduri, warisan budaya yang kaya akan nilai sosial, membantu masyarakat Jawa menunjukkan bagaimana toleransi dan kebersamaan dapat dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari. Kenduri tidak hanya membantu mempererat hubungan sosial tetapi juga menunjukkan bagaimana keberagaman dapat hidup bersama dengan baik dalam satu komunitas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun