Mohon tunggu...
Restianrick Bachsjirun
Restianrick Bachsjirun Mohon Tunggu... Ketua Umum Perhimpunan Revolusioner Nasional (PRN)

Direktur Pusat Studi Politik, Hukum dan Ekonomi Nusantara (PuSPHEN), Founder Network For South-East Asian Studies (NSEAS), Ketua Umum Perhimpunan Revolusioner Nasional (PRN), Alumni Fisip Universitas Jayabaya, Jakarta, dan juga seorang Entreprenuer Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis Kaderisasi PPP: antara Figur Kepemimpinan dan Godaan Pemodal Partai

18 Juni 2025   14:49 Diperbarui: 18 Juni 2025   14:49 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam situasi krisis ini, PPP membutuhkan figur pemimpin yang tidak hanya populer, tetapi berakar dalam tradisi kaderisasi dan mampu menjembatani nilai-nilai Islam dengan tantangan kontemporer. Syaifullah Yusuf adalah contoh nyata---kader yang telah melalui proses struktural, memiliki kapasitas teknokratik dan legitimasi ideologis. Dengan kepemimpinan semacam itu, PPP berpeluang melakukan reboot institusional dan keluar dari jebakan oligarki politik. Pilihannya jelas: menjadi partai warisan yang punah, atau partai masa depan yang bangkit lewat kaderisasi, integritas, dan inovasi digital.

Bahan Bacaan: 

Duverger, M. (1954). Political Parties: Their Organization and Activity in the Modern State. New York: Wiley.

Kirchheimer, O. (1966). "The Transformation of the Western European Party Systems." In LaPalombara, J. & Weiner, M. (Eds.), Political Parties and Political Development. Princeton University Press.

Hadiz, V. R. (2010). Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia: A Southeast Asia Perspective. Stanford University Press.

Katz, R. S., & Mair, P. (1995). "Changing Models of Party Organization and Party Democracy: The Emergence of the Cartel Party." Party Politics, 1(1), 5--28.

Scarrow, S. (1996). Parties and Their Members: Organizing for Victory in Britain and Germany. Oxford University Press.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun