Mohon tunggu...
Renisa A Ariadno
Renisa A Ariadno Mohon Tunggu... -

Menulis membuat kata menjadi lebih mudah disampaikan. :) Personal blog handsstory.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kekerasan terhadap Anak: Ketika Anak Tak Mampu Bicara

5 September 2017   09:49 Diperbarui: 5 September 2017   11:20 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
indonesiaunicef.blogspot.com

Salah satu penyebab kasus yang masih tinggi adalah kurangnya kesadaran masyarakat dan perugas kesehatan untuk melaporkan kasus kekerasan yang ditemukan. Dimana kasus kekerasan pada anak masih dianggap masalah pribadi terutama yang terjadi di dalam rumah sendiri. Bahkan ada sebagian masyarakat yang masih belum mengetahui perilaku seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai kekerasan pada anak. 

Dampak dari kekerasan sendiri juga belum banyak diketahui. Anak juga sering mengalami kesulitan karena masih belum memiliki kemampuan dan kekuatan untuk melaporkan pengalaman buruk yang dialaminya sendiri. Saudara atau orang lain yang melihat tindak kekerasan juga cenderung diam dan tidak melaporkan karena tidak ingin dianggap 'mengadu' atau ikut campur urusan orang lain. 

Tak terkecuali petugas kesehatan yang mungkin masih mengalami keraguan dalam melaporkan hasil temuan. Padahal pemerintah sudah memberikan perlindungan pada tenaga kesehatan pada Permenkes nomor 68 tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi Layanan Kesehatan Untuk Memberikan Informasi Apabila Ada Dugaan Kasus Kekerasan Terhadap Anak.

Apakah pemerintah sudah mencoba menangani kondisi tersebut? Jawabannya adalah sudah.

Indonesia bekerja sama dengan UNICEF. Pada Hari Anak Nasional 2015, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melansir kampanye nasional Pelindung Anak yang sebelumnya sudah dikembangkan UNICEF. 

Kampanye ini mengajak seluruh warga Indonesia untuk berkontribusi langsung agar menghentikan kekerasan pada anak dan melindungi anak dari segala bentuk kekerasan. Sekitar 4.000 anak muda dalam rentang usia 14-24 tahun sudah berpartisipasi mengisi survey mengenai bagaimana cara melawan kekerasan di masa kecil. Anak muda juga turut serta dalam kampanye dengan memberikan edukasi baik secara offline maupun online untuk menyebarkan informasi ke mayarakat luas.

Untuk menyukseskan kampanye yang sudah dibentuk untuk menurunkan angka kekerasan pada anak, sangat diperlukan kontribusi dari semua pihak. Termasuk dari masyarakat sendiri. Orangtua harus paham betul mengenai pentingnya anak dan peran anak dalam keluarga serta memperbaiki pola asuh menjadi lebih mendidik dan melindungi anak. Perlu dilakukan edukasi dari rumah ke rumah mengenai dampak dari kekerasan pada anak agar keluarga juga lebih terpapar. Warga yang pernah melihat tindak kekerasan juga perlu secara aktif melaporkan.

Anak belum memiliki kekuatan untuk membela diri sendiri, kita sebagai orang yang lebih dewasa harus berperan sebagai pelindung mereka. Agar anak dapat terhindar dari berbagai macam bentuk kekerasan yang mengintainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun