Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 17, Malaka) - Berangkat

30 Maret 2024   05:25 Diperbarui: 30 Maret 2024   05:26 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            "Maksimal kire-kire tujuh hari perjalanan. Seluruh pakan disini dibuat fermentasi jadi tahan enam bulan di dalam drum. Nah, tapi ombak tak terase payah, kondisi cuace pun bagus, InsyaAllah sangat cukup sampai tujuan," jelas Pak Affar.

            "Oh iye, ini sambil nyari domba yang agak gemuk buat kalian berdua malam ni," tiba-tiba muka Abdi memerah dan Dalem hanya batuk-batuk pelan.

            "Ayo la, kite cari di rak tujuh puluh sembilan, di sane gemuk-gemuk tampaknye tadi seingat saye," mereka pun berjalan menuju rak-rak di tengah. Suara embikan domba menemani mereka selama berjalan. Udara pun terasa lebih dingin seiring dengan makin jauhnya mereka melewati rak-rak yang dipasang. Berbeda-beda memang antara rak satu dengan yang lain, ada rak yang didominasi domba kurus dan ada yang gemuk, namun begitu sampai di rak nomor tujuh puluh sembilan barulah mereka yakin Pak Affar tidak memiliki maksud jahat sedikitpun.

            "Wah, memang gemuk-gemuk," mata Dalem termanjakan dengan pilihan yang begitu banyak.

            "Iye lah, pasti saye pilihkan domba yang siap jual, bukan yang masih perlu digemukkan," ujar Pak Affar.

            "Ee.. anu Pak Affar tadi kok ada kembalian dua dirham ya ?" Abdi tiba-tiba menanyakan transaksi mereka ketika membeli domba.

            "Hmm.. due dirham Malaka ke tadi yang aku kasih ke kau Dalem?" tanya Pak Affar.

            "Iya betul Pak Affar.. ini.. sebentar..." Dalem mencari di kantongnya.

            "Tak usah, memang benar, karena satu dinar Malaka kan beza karatnye same satu dinar Mataram," jelas Pak Affar segera.

            "Hah? Eh.. beda ya..." tanya Abdi.

            "Haha, harusnya kalian sudah tahu, dan haruslah tahu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun