Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 1, Samudera) - Sampai

11 Maret 2024   08:52 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:00 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Para pedagang Parahiyangan kan memang biasa membawa barang dagangan sebanyak itu. Ugh!" Abdi segera menutup mulutnya lagi, kali ini bukan kantuk, tapi rasa mual yang sudah tak tertahankan.

Dalem menepuk-nepuk punggung Abdi sambil tertawa kecil "Hehehe, baru ke Samudera" yang langsung dibalas Abdi dengan pandangan memperingatkan untuk tak melanjutkan kata-katanya lagi.

Abdi mengambil tasnya sendiri yang berisi seluruh kebutuhan selama berlayar. Tak banyak memang, apalagi hanya perjalanan dagang singkat ke negeri Samudera yang sudah lama bekerjasama dengan Parahiyangan. Negeri Parahiyangan sendiri adalah negeri yang indah dan berada dekat dengan negeri asal mereka berdua.

Dalem segera mengambil langkah di sebelah Abdi sambil membantunya menyeimbangkan diri, kemudian menyusul dua atau tiga rombongan yang sudah duluan turun. Angin memang kencang, tapi suasana sore itu terasa hangat sehingga hanya menyisakan hawa kantuk di udara bagi para rombongan. Perjalanan kali ini langsung dilanjutkan menuju penginapan yang sudah dipesan jauh-jauh hari, dipimpin oleh kapten kapal.

"Habis ini langsung pulang aja lah.." keluh Abdi tiba-tiba, meskipun terdengar setengah hati, yang langsung direspon tawa singkat Dalem.

"Haha, baru yang pertama ini Di. Masih belum apa-apa" ucapnya.

Sosok-sosok rombongan pun menutupi mereka, dilatarbelakangi senja yang menguning.

Hari pun berganti, keesokan harinya rombongan dagang Parahiyangan terlihat keluar dari penginapan dekat pelabuhan namun dengan jumlah tak lengkap. Dua orang tak nampak di rombongan, hanya saja kapten kapal tidak kelihatan bingung, ia hanya tersenyum mengetahui siapa yang tidak hadir di rombongannya. Masih memiliki sekitar dua minggu lagi di Samudera, kapten kapal mengingatkan para pedagang supaya tidak terlambat untuk kembali ke kapal bila sudah waktunya berlayar kembali.

Sementara itu di tempat lain matahari terlihat naik sepenggalah, sekilas semburat sinarnya menerangi jalan. Terlihat dua orang memakai pakaian yang sama, seperti seragam kerajaan. Sederhana dan santun, pakaian itu mencirikan dari mana mereka datang. Seorang laki laki muda dengan postur agak kurus dan satunya lagi sangat gemuk. Keduanya memakai batik dengan jumlah kancing yang cukup banyak di leher, dada, dan lengan.

"Jauh juga ternyata perjalanan yang kita tempuh ya Di, dari subuh..." ucap Dalem sambil mengayunkan-ayunkan kerah bajunya karena keringat dan udara yang sudah mulai menghangat,

"Ah, untung tadi numpang pedati sampai ujung sana," ucap Abdi sambil melongok lagi ke arah belakang, tempat sebuah rumah di ujung desa dekat kebun kelapa cukup luas milik seorang pedagang kelapa yang rutin mengantar hasil kebunnya ke kedai minuman di pelabuhan setiap pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun