Rabbi Dr. Menachem M. Brayer, seorang pemuka agama Yahudi dan profesor literatur Injil di Universitas Yeshiva, dalam bukunya "The Jewish Woman in Rabbinic Literature," menulis tentang tuntunan bagi wanita Yahudi untuk menutup kepala saat keluar rumah. Ini adalah praktik yang harus diikuti dan, dalam beberapa kasus, bisa menutup sebagian besar wajah, hanya meninggalkan satu mata terlihat. Ini menegaskan pentingnya penutup kepala dalam agama Yahudi.
Penutup kepala dalam masyarakat Yahudi kuno juga menyimbolkan status sosial dan kemewahan. Wanita bangsawan Yahudi mengenakan penutup kepala sebagai tanda martabat dan keagungan mereka. Jadi, dalam masyarakat Yahudi, penutup kepala bukan hanya aturan, tetapi juga simbol status sosial yang terhormat.
Begitu juga dalam agama Nasrani (Kristen dan Katolik), kita menemukan istilah yang semakna dengan jilbab dalam kitab Injil. Istilah seperti "zammah," "realah," "zaif," dan "mitpahat" digunakan, membuktikan pentingnya menutup aurat pada masa Nabi Isa. Namun, sayangnya, praktik penutup kepala ini hanya berlanjut dalam agama Islam, dan tidak lagi diterapkan dalam agama Yahudi dan Kristen.
Perlu diingat bahwa biarawati Katolik masih mempertahankan tradisi menutup kepala mereka, menunjukkan bahwa praktik ini masih hidup dalam beberapa tradisi Kristen. Bahkan, di Indonesia sebelum tahun 80-an, biarawati mengenakan jilbab sebagai bagian dari pakaian mereka. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak tradisi ini mengalami perubahan.
Semua ini menunjukkan bahwa konsep penutup kepala atau jilbab adalah bagian integral dari banyak tradisi agama Abrahamik, termasuk Yahudi, Nasrani, dan Islam. Ini adalah bukti bahwa pemakainya bukan hanya wanita yang tunduk, tetapi juga wanita yang terhormat dalam berbagai budaya dan agama. Dalam zaman modern yang penuh tantangan, pertanyaannya adalah apakah kita dapat mempertahankan nilai-nilai ini untuk melindungi dan menjaga diri kita dengan lebih baik, dengan menjunjung tinggi perintah yang karena dijalankan semenjak dahulu menjadi tradisi yang telah ada sejak zaman Nabi Musa hingga Nabi Isa.
Bukankah Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa alaihissalam dulu juga mengenakan jilbab? Sama seperti Sayyidah Aisyah radhiyallau 'anha serta Fatimah Az-Zahra radhiyallahu 'anha, serta seluruh perempuan yang beriman hingga saat ini, seharusnya.