Mohon tunggu...
Rendra Manaba
Rendra Manaba Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat Kreatifitas

bermain dengan rasa yang sama

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajahi Benteng di Dalam Awan

30 Juli 2015   00:24 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:51 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun sekarang benteng yang hingga kini masih tertutupi oleh pohon bamboo disekelilingnya, dapat dilalui dengan kendaraan roda dua ataupun roda empat dan dapat parkir dibawah gerbang masuk benteng. Tuntuntari terbagi atas dua kata, dalam bahasa Moronene Tuntu berarti Diketinggian/Ujung dan Tari berarti Bambu, Tuntuntari berarti “Ketinggian/Ujung yang sejajar dengan Bambu”. Letak benteng yang berada diketinggian disisi gunung Sabampolulu tidak akan terlihat dari bawah perkampungan warga Desa Tangkeno, juga dari puncak Tangkeno maupun dari puncak gunung Sabampolulu. Begitupun jika mencarinya lewat maps dan google earth tak akan terlihat bentuk benteng, melainkan di dapat hanya hutan gunung yang lebat dipenuhi oleh pohon bambu. Lokasi Benteng Tuntuntari tertutup sangat rindang namun rapi oleh pohon bambu yang tumbuh secara berlapis.

Penglihatan, pengamatan dan pemandangan akan berbanding terbalik jika sudah berada di dalam Benteng Tuntuntari. Dari dalam benteng kita dapat menyaksikan pulau Kabaena secara keseluruhan disegala arah, dapat sangat jelas melihat perkampungan warga Desa Tangkeno, puncak Tangkeno maupun gunung Sabampolulu hingga dipuncaknya serta lautan yang mengelilingi pulau Kabaena. Ini merupakan bentuk keunikan dan ciri khas tersendiri dari benteng Tuntuntari dibandingkan dengan benteng-benteng yang ada di dunia. Sungguh sebuah keajaiban dan bukti kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

susunan dinding benteng tanpa perekat
Konstruksi dinding benteng unik ini, hanya berupa susunan-susunan batu gamping namun tersusun dengan rapi dan terarah tanpa perekat apapun. Berbeda dengan benteng-benteng situs sejarah lainnya yang menggunakan telur sebagai perekat untuk memperkuat susunan batu yang menjadi dinding benteng. Pembangunan Benteng Tuntuntari dikerjakan oleh rakyat Tokotua/Kotua diseluruh wilayah pulau Kabaena secara gotong royong. Tinggi dinding benteng sekitar 2 m, Ketebalan dinding rata-rata 1,5 m dan ada beberapa titik yang ketebalan dindingnya mencapai 3 m sebagai tempat kontrol dan monitor keadaan diluar benteng hingga ke laut melihat kapal-kapal asing yang masuk ke pulau Kabaena.

tempat kontrol dan monitor keadaan diluar benteng

Ukuran benteng yang diselimuti oleh pohon bamboo ini tidak luas dan besar seperti benteng-benteng yang melindungi istana. Tujuan benteng yang sangat tersembunyi ini bukan sebagai pangkalan militer, pusat pemerintahan dan tempat politik praktis ataupun sebagai benteng yang dapat memancing terjadinya peperangan. Disini tidak terdapat persenjataan baik meriam ataupun senjata serbu lainnya, Benteng Tuntuntari adalah Benteng Kedamaian. Tuntuntari dijadikan sebagai tempat persembunyian warga pulau Kabaena dari serangan perompak dan penjajah.

area dalam Benteng Tuntuntari

Benteng Tuntuntari berbentuk lingkaran lonjong seperti bentuk perahu (katinting). Dengan luas bagian tengah sekitar ± 30 m, dibagian depan dan belakang sekitar 5 – 10 m dan panjang benteng sekitar ± 70 m. Dibagian dalam benteng terdapat makam leluhur penduduk Desa Tangkeno yang berada digerbang masuk benteng. Makam tersebut ditandai dengan adanya susunan batu berbentuk persegi empat dan dilindungi oleh pohon beringin besar yang batang dan rantingnya tersebar disekitar dalam benteng. Didalam Benteng Tuntuntari ditumbuhi beberapa pohon beringin, pohon jeruk purut dan beberapa pohon lainnya yang tumbuh subur.

Makam Leluhur
Keberadaan Benteng di Tangkeno membuktikan bahwa peradaban suku Moronene sejak dahulu kala memiliki tingkatan intelektualitas, memiliki kekayaan seni budaya, serta pesona alam yang eksotik dan kearifan lokal yang masih terjaga dengan baik hingga kini nyaris tanpa adanya perubahan berarti, walaupun peradaban sekarang semakin maju dan canggih. Di wilayah Desa Wisata Tangkeno “Negeri Di Awan” selain Benteng Tuntuntari juga terdapat empat benteng lainnya yaitu Benteng Tawulaagi, Benteng Tandowatu, Benteng Ewolangka dan Benteng Doule. Ke empat benteng tersebut mengelilingi perkampungan warga Tangkeno, seakan menjadi ujung tombak yang melindungi penduduk Tangkeno.

Benteng Tawulaagi berada tak jauh dari gerbang masuk kampung Tangkeno. Berbeda dengan Benteng Tuntuntari, Benteng Tawulaagi adalah benteng pertahanan yang berperan sebagai pangkalan militer dan pasukan perang. Dulunya benteng itu dijaga oleh Tamalaki (pasukan ksatria perang Moronene). Dibenteng itu terdapat sebuah meriam yang mengarah tepat ke lautan. Alkisah keberadaan meriam di Benteng Tawulaagi diceritakan oleh Abdul Majid Ege, seorang tokoh adat Kabaena dan mantan Kepala Desa Tangkeno. Mengisahkan bahwa meriam itu diambil dari kapal VOC milik Belanda ditahun 1907 yang karam diperairan pulau Sagori dalam perjalanan menuju Ternate - Maluku.

turis domestik dan mancanegara

Meriam peninggalan kapal VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Belanda itu sengaja disimpan di Benteng Tawulaagi untuk berjaga-jaga dan dijadikan sebagai tambahan alutsista pasukan Tamalaki. Nama Tawulaagi diambil dari nama seorang ksatria komandan pasukan Tamalaki yang gagah perkasa. Namun sejak adanya meriam tersebut sampai saat ini belum pernah sama sekali digunakan, walau beberapa kali telah terjadi penyerangan dipulau Kabaena oleh pasukan bajak laut Tabelo yang berasal dari Maluku. Kawasan Tangkeno dipercaya sebagai pusat Kerajaan Moronene Mokole Kotua, tutup Abdul Majid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun