Desa Wisata Tangkeno “Negeri Di Awan”
Desa Tangkeno merupakan wilayah Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Desa Tangkeno berada di ketinggian ± 650m dpl, tepat berada dilereng salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Tenggara yaitu gunung Sabampolulu yang memiliki ketinggian 1500 m. Jarak dari Tangkeno ke ibukota Kecamatan Kabaena Tengah di Lengora adalah ± 10 km, jarak dari Dongkala yang merupakan wilayah pesisir laut masuk dalam Kecamatan Kabaena Timur yang rutin disandari oleh kapal menuju Kota Baubau berjarak ± 19 km menuju Tangkeno, sementara jarak dari Sikeli Kecamatan Kabaena Barat yang menjadi jalur utama kapal dari Rumbia ibukota Kabupaten Bombana ke Tangkeno ± 17 km.



Pemerintah Kabupaten Bombana menetapkan Desa Tangkeno sebagai Desa Wisata dengan mengangkat tagline “Negeri Di Awan”. Ini merupakan upaya nyata dari seluruh warga pulau Kabaena untuk mendorong pengembangan industri pariwisata sekaligus pelestarian situs sejarah, seni budaya, adat istiadat dan kearifan lokal yang masih terjaga dengan sangat baik di Tangkeno, yang merupakan daerah resapan air pulau Kabaena. Negeri Di Awan bukan hanya sekedar tagline ataupun istilah belaka, Desa Tangkeno merupakan wujud nyata dimana posisinya benar-benar berada di dalam awan yang memberikan kesejukan alamiah membendung teriknya sinar matahari dengan beragam keindahan alam yang menakjubkan.


Di Desa Wisata Tangkeno terdapat Benteng Tuntuntari yang memiliki letak sangat strategis, karena dari sini dapat terlihat jelas wilayah Kabaena bagian timur, selatan, barat maupun utara. Benteng ini dibangun pada zaman Kerajaan Moronene Tokotua/Kotua masih dalam satu kekuasaan yang diyakini dibangun pada tahun 1600-an. Di dalam benteng tersebut terdapat beberapa makam leluhur penduduk Tangkeno. Benteng Tuntuntari memiliki peranan penting bagi seluruh warga pulau Kabaena, karena benteng ini merupakan tempat teraman dan menjadi pelindung terakhir bagi segenap rakyat Tokotua/Kotua dari marah bahaya ataupun serangan musuh.

Lokasi Benteng Tuntuntari sangat tersembunyi dan letaknya sangat berliku walaupun berada tidak terlalu jauh dari perkambungan warga Desa Tangkeno sekitar ± 3 km. Untuk menuju ke sana melewati lembah dan beberapa bukit naik turun, naik turun. Dahulu hingga di masa pemberontakan DI/TII Benteng ini sangat sulit untuk dicari ataupun didapat, karena tempatnya tertutupi oleh pohon bamboo diseluruh bagian benteng baik depan, belakang maupun samping kiri dan kanan.. Menempuhnya dengan berjalan kaki, satu-satunya kendaraan yang dapat digunakan untuk menuju ke Benteng tersebut adalah dengan berkuda tanpa kereta.
Namun sekarang benteng yang hingga kini masih tertutupi oleh pohon bamboo disekelilingnya, dapat dilalui dengan kendaraan roda dua ataupun roda empat dan dapat parkir dibawah gerbang masuk benteng. Tuntuntari terbagi atas dua kata, dalam bahasa Moronene Tuntu berarti Diketinggian/Ujung dan Tari berarti Bambu, Tuntuntari berarti “Ketinggian/Ujung yang sejajar dengan Bambu”. Letak benteng yang berada diketinggian disisi gunung Sabampolulu tidak akan terlihat dari bawah perkampungan warga Desa Tangkeno, juga dari puncak Tangkeno maupun dari puncak gunung Sabampolulu. Begitupun jika mencarinya lewat maps dan google earth tak akan terlihat bentuk benteng, melainkan di dapat hanya hutan gunung yang lebat dipenuhi oleh pohon bambu. Lokasi Benteng Tuntuntari tertutup sangat rindang namun rapi oleh pohon bambu yang tumbuh secara berlapis.




Ukuran benteng yang diselimuti oleh pohon bamboo ini tidak luas dan besar seperti benteng-benteng yang melindungi istana. Tujuan benteng yang sangat tersembunyi ini bukan sebagai pangkalan militer, pusat pemerintahan dan tempat politik praktis ataupun sebagai benteng yang dapat memancing terjadinya peperangan. Disini tidak terdapat persenjataan baik meriam ataupun senjata serbu lainnya, Benteng Tuntuntari adalah Benteng Kedamaian. Tuntuntari dijadikan sebagai tempat persembunyian warga pulau Kabaena dari serangan perompak dan penjajah.



Benteng Tuntuntari berbentuk lingkaran lonjong seperti bentuk perahu (katinting). Dengan luas bagian tengah sekitar ± 30 m, dibagian depan dan belakang sekitar 5 – 10 m dan panjang benteng sekitar ± 70 m. Dibagian dalam benteng terdapat makam leluhur penduduk Desa Tangkeno yang berada digerbang masuk benteng. Makam tersebut ditandai dengan adanya susunan batu berbentuk persegi empat dan dilindungi oleh pohon beringin besar yang batang dan rantingnya tersebar disekitar dalam benteng. Didalam Benteng Tuntuntari ditumbuhi beberapa pohon beringin, pohon jeruk purut dan beberapa pohon lainnya yang tumbuh subur.





Meriam peninggalan kapal VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Belanda itu sengaja disimpan di Benteng Tawulaagi untuk berjaga-jaga dan dijadikan sebagai tambahan alutsista pasukan Tamalaki. Nama Tawulaagi diambil dari nama seorang ksatria komandan pasukan Tamalaki yang gagah perkasa. Namun sejak adanya meriam tersebut sampai saat ini belum pernah sama sekali digunakan, walau beberapa kali telah terjadi penyerangan dipulau Kabaena oleh pasukan bajak laut Tabelo yang berasal dari Maluku. Kawasan Tangkeno dipercaya sebagai pusat Kerajaan Moronene Mokole Kotua, tutup Abdul Majid.

“Jangan lupa tinggalkan kenangan baik selama anda berada di Tangkeno, bawalah pulang sampah anda sekecil apapun”.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI