Mohon tunggu...
Rendinta Delasnov Tarigan
Rendinta Delasnov Tarigan Mohon Tunggu... Praktisi Perpajakan

Menulis untuk Bertumbuh menjadi Manusia yang Utuh. Inquiry: rendi.tarigan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love

Tentang Cinta yang Menolong: Bahasa yang Tidak Selalu Diumumkan

26 Juni 2025   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2025   04:05 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi acts of service (sumber: AI-generated picture)

“Aku Cinta Kamu”. Ini adalah sebuah pernyataan bagi sepasang kekasih atas perasaan seorang terhadap yang lain. Namun, dalam dinamika sebuah hubungan, ada jenis cinta yang tidak selalu mengucapkan hal tersebut. Jenis cinta ini pun tidak memberi bunga di hari jadi ataupun tidak menggenggam tangan di kafe pada sore hari. Jenis cinta ini hadir dalam bentuk tangan yang diam-diam memperbaiki kancing baju yang copot, menjemput tanpa diminta saat hujan tiba-tiba turun, ataupun sekadar membawakan secangkir teh ke meja kerja saat kita sedang sibuk. Jenis cinta semacam ini tidak banyak bicara. Ia sibuk bekerja. Ia adalah cinta yang menolong.

Dalam dunia yang riuh dengan kata-kata, kita cenderung mengukur cinta dan perhatian dari seberapa sering seseorang menyatakan rasa sayang secara verbal atau menampilkannya di media sosial. Padahal, tidak semua orang mengekspresikan kasih sayang dengan cara yang sama. Gary Chapman, dalam bukunya The Five Love Language, mengelompokkan ekspresi cinta yang seringkali diam-diam tapi justru paling kuat: Acts of Service. Ekspresi cinta ini, bagi sebagian orang, bukan tentang apa yang dikatakan, tetapi tentang apa yang dilakukan. Bagi mereka, mencintai berarti mempermudah hidup orang yang dicintainya, tanpa perlu diumumkan.

Salah satu ruang paling nyata bagi bahasa cinta ini untuk bekerja dalam hubungan romantis adalah saat tindakan kecil sering berbicara lebih dalam dibanding seribu pujian. kita seringkali terlalu sibuk menuntut kalimat manis dan gestur tertentu sampai lupa bahwa cinta juga bisa hadir dalam hal sekecil menyiapkan sarapan pagi, membelikan martabak di tengah lebur, maupun menyiapkan pakaian kerja pasangan sebelum pasangannya mandi. Studi oleh Carlson menegaskan bahwa pembagian tugas rumah tangga yang adil punya pengaruh besar terhadap kepuasan dalam pernikahan. Terutama bagi perempuan, acts of service seringkali terasa jauh lebih dalam dibanding kata-kata manis. Hal ini pun didukung oleh riset Bland & McQueen yang menemukan bahwa perempuan cenderung menjadikan tindakan membantu sebagai ekspresi cinta yang paling mereka hargai. Kendati demikian, sebagian orang tidak butuh pujian panjang. Ia hanya ingin ditemani dan dibantu dalam belanja bulanan tanpa harus menjelaskan kenapa penting untuk membantunya. Cinta terkadang hanya butuh seseorang yang mau ikut membawa beban—secara harafiah maupun metaforis. Cinta bukan hanya tentang apa yang terlihat, tetapi tentang siapa yang hadir dan meringankan.

Jika dalam hubungan pasangan cinta hadir lewat tindakan saling bantu, maka dalam keluarga, cinta yang menotong justru menjadi denyut keseharian—hadir tanpa banyak seremoni. Di rumah, cinta semacam ini tampil dengan sangat kasual. Seorang Ibu yang bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal suami dan anak-anak. Seorang ayah yang membantu mendorong anak-anak untuk mandi dan sarapan pagi menjelang sekolah. Ataupun seorang anak yang tanpa dibantu membantu mencuci piring karena melihat ibunya kewalahan menyiapkan rumah. Di balik kesibukan rumah tangga, cinta yang menolong hadir bukan sebagai perayaan, tapi sebagai rutinitas yang diam-diam menjaga semuanya tetap berjalan.

Dalam keluarga, cinta yang menolong juga tidak satu arah. Ia bisa datang dari orang tua ke anak, atau sebaliknya—dari anak kepada orang tuanya. Bagi anak-anak yang memiliki acts of service sebagai bahasa cinta utamanya, tindakan semacam ini terasa sebagai pelukan dalam bentuk lain. Underwood, seorang praktisi parenting, menuliskan bahwa anak-anak seperti ini mengukur cinta dari apa yang orang tua lakukan untuk mereka, bukan dari apa yang dikatakan. Sebaliknya, saat anak mulai tumbuh dan menunjukkan inisiatif membantu—itupun adalah bentuk cinta. Riset oleh Alliance Psychology menunjukkan bahwa keterlibatan anak dalam pekerjaan rumah tidak hanya menumbuhkan tanggung jawab, tetapi juga empati dan kemandirian yang lebih tinggi di masa dewasa. Di keluarga, cinta tumbuh dari gotong royong. Dari tangan-tangan yang saling membantu, bukan hanya dari nasihat dan aturan.

  

Di luar rumah, cinta yang menolong mungkin berganti nama. Ia tidak lagi disebut kasih sayang, tapi kepedulian. Dan tempat itu adalah kantor. Kita tidak bicara cinta, tapi kita tahu siapa yang peduli. Kita tahu siapa yang diam-diam membagikan dokumen penting ke grup WA agar semua tidak kelabakan. Kita tahu siapa yang tetap menemani di ruang rapat saat kita tinggal sendirian. Kita tahu siapa yang, meski punya tugas sendiri, tetap menyempatkan membantu kita mengejar target dalam tenggat waktu yang ada. Gary Chapman dan Paul White, dalam buku The Five Languages of Appreciation in the Workplace, menyebut bahwa acts of service menjadi salah satu bentuk apresiasi yang penting di kantor. Studi mereka menunjukkan bahwa banyak karyawan merasa lebih dihargai ketika rekan atau atasan bersedia membantu pekerjaan secara konkret. Karena kadang yang kita butuhkan di kantor bukan kata-kata motivasi, tetapi seseorang yang mau ikut duduk bersama saat kita hampir tumbang.

 

Tindakan membantu semacam itu bukan hanya perkara etika pribadi. Dalam dunia kerja, ia punya nama dan tempat dalam literatur ilmiah. Perilaku ini dikenal dalam dunia manajemen sebagai Organisational Citizenship Behavior (OCB), yakni perilaku sukarela untuk membantu rekan kerja tanpa pamrih. OCB berkontribusi besar pada moral tim, keterikatan kerja, dan kinerja keseluruhan. Kepedulian yang berbentuk tindakan, bukan ucapan, seringkali lebih berarti di tempat kerja. Saat semua orang sibuk, seseorang yang mau membantu menunjukkan bahwa kita tidak sendirian. Terkadang, itu cukup untuk membuat kita bertahan satu hari lagi.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun