Mohon tunggu...
Rendinta Delasnov Tarigan
Rendinta Delasnov Tarigan Mohon Tunggu... Praktisi Perpajakan

Menulis untuk Bertumbuh menjadi Manusia yang Utuh. Inquiry: rendi.tarigan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tentang Kesedihan dan Kebahagiaan: Dua Rasa dalam Satu Nafas

9 Mei 2025   05:00 Diperbarui: 8 Mei 2025   05:13 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susan David, dalam bukunya Emotional Agility, menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk menghadapi emosi—baik yang menyenangkan maupun tidak—adalah kunci ketahanan psikologis. Orang yang sehat bukanlah orang yang selalu bahagia, tetapi orang yang dapat hidup dengan ketidaknyamanan dan tetap melangkah. Ketidaknyamanan dapat diibaratkan bumbu. Masakan yang telalu banyak bumbu, dapat merusak seluruh masakan, tetapi tidak ada bumbu, rasa masakan pun menjadi hambar. Kita perlu belajar mengolah bumbuh tersebut agar hidup kita bisa menjadi lebih manusiawi.

Tulisan ini juga tidak untuk menghakimi orang-orang yang belum “beres” secara emosional. Latihan menyeimbangkan keduanya memakan waktu seumur hidup kita. Tulisan ini menjadi pengingat bahwa kita tidak sendiri. Tulisan ini dapat dijadikan ‘teman’ yang mengingatkan bahwa ada rasa yang mungkin belum sepenuhnya kita mengerti. Mungkin terkadang kita terlalu keras pada diri sendiri. Kita menuntut harus selalu produktif, selalu positif, terlalu tangguh. Manusia mungkin tidak dirancang seperti itu. Akan ada ruang untuk lemah, untuk ragu, untuk istirahat. Viktor Frankl menulis bahwa makna hidup sering muncul dari penderitaan. Saat kamu sedang merasa sedih, mungkin memang saatnya untuk merasakan—dan nanti, kamu dapat menuliskannya sebagai makna yang dapat juga bemanfaat bagi orang lain di sekitarmu

It is okay not to be okay. Jika hari ini kamu merasa sedih, tidak apa. Jika kamu sedang merasa bahagia, syukurilah tanpa takut ia akan hilang. Kesedihan dan kebahagiaan tidak memiliki nature untuk saling berkompetisi. Mereka saling mengisi, saling menguatkan, dan membantu kita menjadi utuh dalam kemanusiaan kita.

Kita bukanlah robot. Kita memiliki daya rasa yang bisa menangis di pagi hari dan tertawa di malam hari. Kita juga memiliki daya karsa untuk tetap berjalan meski sedang patah, untuk tetap melangkah sampai tujuan meski tidak selalu tahu arah. Kita juga memiliki daya cipta, untuk menjadikan hidup kita menjadi indah pada akhirnya.

Referensi:

  • Jonathan Rottenberg, 2014, The Depths: The Evolutionary Origins of the Depression Epidemic, Basic Books / Hachette Book Group.
  • Daniel Kahneman, 2011, Thinking, Fast and Slow, Farrar, Straus and Giroux.
  • Susan David,  Emotional Agility: Get Unstuck, Embrace Change, and Thrive in Work and Life, People and Strategy: Alexandria, Vol. 40, 2016, Iss.1.
  • Viktor E. Frankl, 2006, Man’s Search for Meaning, Beacon Press.
  • Paul Ekman, 2003, Emotions Revealed: Recognizing Faces and Feelings to Improve Communication and Emotional Life, New YorK: Times Books.
  • Martin Seligman, 2022, Authentic Happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment, Free Press.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun