Mohon tunggu...
Renata W
Renata W Mohon Tunggu... Public Relation -

Shanti. Shanti. Shanti.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Anjing

3 September 2018   01:51 Diperbarui: 3 September 2018   02:27 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://norsomnews.com

Suami yang berdasi biru bermotif garis-garis miring tegas sepertinya sudah kehilangan akal bagaimana bisa kembali rujuk dengan isterinya mengingat ia dahulu begitu habis-habisan dalam mengejarnya---yang lagi-lagi menurut ceritanya, membutuhkan waktu hampir 10 tahun. Dramatis sekaligus ironis ! Mungkinkah suami karena terlalu lama mengejar menjadi merasa bosan ? Tapi kalau bosan, mengapa pula ia harus berselingkuh menunggu 10 tahun baru melaksanakannya ? Apakah ini mimpi-mimpi yang terpenjara dalam bayangan bawah sadarnya?

Seperti yang Freud katakan, alam bawah sadar sangat punya peranan dalam perilaku manusia. Khusus dalam hal seks, jika di tahan dengan ketat, suatu saat akan dapat meledak, membuncah jika tidak ada salurannya. Tapi, lagi-lagi ia sudah memiliki isteri, cantik pula. Dan, jika melihat lekuk tubuhnya, masih dalam fase sintal dan kenyal jika memang itu yang di inginkannya.

Dalam gerakan yang terlihat anggun dan tatapan mata yang kini telah berubah menjadi lebih teduh walaupun tentu saja masih ada tersirat mata yang basah, isteri menggerakkan tangannya menuju tangan suami. Kemudian menggeser kursinya dan mulai berdiri. Perlahan mendekat kepada suaminya sambil membuka kedua lengan tangannya menjadi lebar bersiap memeluk suami tercinta---yang awalnya merasa kikuk, ragu, dan terkesan hina, tapi dalam pancaran mata membesar---bersinar membalas bahasa tubuh isteri tercintanya.

*

" Saya 100 persen yakin bercerai !". Sang wanita anggun itu mengucapkannya dengan datar, dalam tapi tanpa ada tekanan yang berarti pada lekuk bibirnya. Dalam ilmu psikologi, bahasa tubuh seperti ini---jelas sang wanita benar-benar terbebas dari tekanan keputusannya. 

Wanita ini sedang mempertontonkan kekeras kepalaan dan akal sehatnya. Aku jelas tidak bisa menghilangkan keterkejutanku walaupun seulas senyum pengertian tetap terulas di bibir. Bukan karena tuntutan profesi yang mewajibkankan seperti itu, tapi lebih karena merasa benar-benar heran karena wanita ini, yang pernah beberapa kali berkonsultasi bersamaku, sangat aku akui memiliki karakter jujur, cerdas, seksi menggoda dan tentu saja---kesatria daripada sosok yang seharusnya.

Apalagi hari ini ia memakai gaun biru agak sedikit ketat yang serasi dengan busanaku ; busana abu-abu, kami bagai murid dan guru. Guru yang menitahkan nasehat pamungkas sebelum murid turun gunung. Padahal, justru sebaliknya.

Ia tidak malu mendekapku ketika sesi berakhir. Aku menerimanya dengan terbuka lebar---hangat. Sebelum pikiran lajangku mulai membuncah dengan getaran yang mengarah ke-ketegangan salah satu fungsi fisik, aku langsung melepaskannya dengan pelan. Sepertinya ia tersadar.

*

Sore itu kami habiskan  berjam-jam bercerita di sebuah kafe di tepi pantai di temani suara deburan ombak dan sayup-sayup terdengar iringan lagu Imagine, Jhon lennon dan Wonderfull tonigt, Eric Clapton.

Sambil menyeruput teh jahenya---dan aku masih dengan kopi kental pahit kesukaanku ( Takaran 2 sendok gula, 3 sendok kopi ). Ia bercerita dengan bahasa lugas, terarah dan tak ada sentakan ragu dalam nada suaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun