Mohon tunggu...
Renata Krisnanti
Renata Krisnanti Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Jambi. Calon insan Public Relations. Mengisi waktu mudanya berkontribusi untuk Indonesia dan dunia melalui AIESEC. Memiliki berbagai macam hobi. Mencintai yang namanya belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Plester Kecil yang Sangat Luas

26 September 2016   10:13 Diperbarui: 26 September 2016   10:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa yang menyangka plester 3 cm bisa menyelimuti seluruh ragaku dengan rasa tersentuh yang mendalam?

Hari itu aku terpaksa membawa koper 21 kg ku, ditambah tas laptop 1 kg, sambil memikul backpack besarku untuk hadir ke konferensi yang berlangsung selama tiga hari di Beijing. Setelah menghadiri pertemuan itu, aku akan tinggal di kota lain di China selama satu bulan, maka dari itu aku membawa semua barang-barangku. Berita buruknya, tidak ada lagi temanku yang mau patungan naik taksi, terjadilah aku dan beberapa teman yang memutuskan naik subway berjuang bersama-sama di jalur murah.

Naik subway memang sangat murah, tapi perjalanannya jauh lebih melelahkan dari yang pernah aku bayangkan.

Lima puluh anak tangga pertama membuatku tertawa seketika, tapi menangis dalam hati, membayangkan bagaimana caranya menyusuri satu per satu anak tangga tersebut. Turun tangga memang tidak sulit, tapi mengangkat 21kg koper ditambah benda-benda lainnya sambil menuruni tangga adalah hal yang sangat menguras tenaga dan otot. Untung saja di tengah perjalanan ada teman laki-laki yang membantuku.

Rintangan pertama terlewati, dengan urat yang rasanya bergeser.

Setelah itu, tampak terowongan kecil yang panjang di depan mata. Lagi, aku menyeret seluruh benda raksasaku. Napas lega kuhembuskan setelah terowongan kecil kulewati. “Eskalator, puji Tuhan,” doaku dalam hati.

Ternyata eskalator di China berjalan sangat cepat. Untuk orang yang takut ketinggian seperti aku, turun dari eskalator berkecepatan tinggi merupakan hal yang sangat membutuhkan konsentrasi. Setelah berhitung beberapa detik dalam hati, kumantapkan diri untuk melangkahkan kakiku dan mengangkat koperku.

Kurang beruntung, kakiku tergores penyangga roda dari koper. Terciptalah luka segaris di kakiku yang hanya memakai sandal karena baru saja pulih dari keseleo. Beratnya koper membuatku tak lagi sempat menghiraukan rasa perih di tempurung kakiku.

Sampai di lantai bawah tanah, aku dan teman-teman yang lain harus berlari masuk ke dalam subway yang pintunya hampir tertutup. Berpindah dengan sangat cepat, aku sedikit terpisah dari mereka, kami berada di koridor yang bersebelahan. Keadaan subway yang dipenuhi orang juga membuat kami sulit menjangkau satu sama lain. Tak lama kami mendaratkan tubuh yang lelah dan berkeringat ke dalam subway, kereta bawah tanah itu melesat juga dengan kecepatan tinggi.

Saat itulah luka yang daritadi menghiasi kakiku berhasil menggelitik urat pedihku. Untuk luka barang 5 cm, perihnya berhasil membuatku berusaha menahan. Kepedihanku tidak hanya berhenti sampai di sana, aku sangat kacau membayangkan ketakutanku tinggal di China satu bulan ke depan. Bahkan kesulitan-kesulitan yang sedang aku alami dan akan aku alami membuatku membuatku benar-benar ingin pulang ke Indonesia.

“Halo, kalian punya plester?”, akhirnya aku bertanya dalam bahasa Inggris pada teman-teman di seberang sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun