Mohon tunggu...
helen_s.maria
helen_s.maria Mohon Tunggu... Administrasi - #exploreIndonesia #exploretheworld ... Bersyukur untuk kesempatan, waktu, kesehatan dan rezeki yang Tuhan berikan

@helen_s.maria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pergantian Tahun di Gunung Kerinci

18 Januari 2018   20:41 Diperbarui: 20 Januari 2018   21:56 1790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami bertemu dua orang yang sedang duduk. Saya beberapa langkah di belakang Elang masih belum "ngeh" dengan keadaan. Wahyu beberapa langkah di belakang saya. Elang mendekati mereka, lalu seorang yang perempuan (Anisa) langsung pingsan, mengalami hipotermia.

"Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhudingin.[1]Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 C.[2] Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksipanas dan kehilangan panas dalam tubuh.

"...Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan). ..."

copy paste: https://id.wikipedia.org/wiki/Hipotermia 

Di jalur sempit itu kami membaringkan Anisa, posisi kepala di pangkuan Elang. Wahyu mengeluarkan sleeping bag untuk membungkus badan Anisa. Saya melepas jaket dan celana panjang yang basah, untungnya kaos dan celana panjang lapisan kedua tetap kering. Temannya Anisa, laki-laki (lupa namanya) panic dan menangis, sempat bikin ribet, dia takut Anisa sakit karena pipinya ditabok, halaaahhh padahal tanda tepukan saja tidak ada bekasnya.

 

Saya tidak tahu persisnya berapa lama kami berusaha menyadarkannya, tapi waktu terasa lama. Tubuh dingin, mulut dan gigi terkunci rapat. Saat saya membuka matanya yang terlihat hanya bagian putih, bagian hitamnya tersisa sedikit di atas, membuat semakin ngeri. Kami berusaha membuka mulutnya, dengan paksa mengganjal gigi yang terkunci dengan jari yang sudah saya lilit kain, sakit sekali menahan gigi yang mengunci, segera diganjal sikat gigi. Wahyu dan temannya menggosok telapak kaki dan tangan untuk mengalirkan suhu hangat tubuh.

 

Orang yang lewat berusaha membantu. Dewi membawa sleeping bag thermal bivvy yang langsung kami pakai, meminjamkan jaket dan kaos keringnya juga (jaketnya kembali kemudian, tapi kaosnya harus direlakan, terima kasih Dewi).

Kami membungkus tubuh Anisa dengan semua barang yang bisa membantu menghangatkan tubuhnya. Ow, saya melihat kompor dan dipakai juga untuk menghangatkan, tapi hanya sebentar, entah mungkin dibawa pemiliknya yang melanjutkan perjalanan.

Doa mengalir dari setiap kami. Harapan dan usaha saat itu, Anisa harus sadar dan tetap hidup. Puji syukur kepada Tuhan,   Alhamdulillah,  Anisa sadar dan bisa berkomunikasi. Kondisinya lemah dan harus tetap berjuang mempertahankan kesadarannya. Lega rasanya, yakin akan baik-baik saja setelah melewati semua ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun