Mohon tunggu...
Reka aulia
Reka aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Piaud

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Modernisasi Kuliner Aceh dalam Pembuatan Timphan

21 April 2021   05:05 Diperbarui: 21 April 2021   05:16 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Modernisasi Kuliner Aceh dalam Pembuatan Timphan

Aceh adalah provinsi yang ibu kota nya terletak di Banda Aceh. Aceh merupakan provinsi yang mendapat gelar daerah Istimewa, seperti Jogyakarta dan juga diberi kewenangan otonomi khusus. 

Provinsi Aceh yang berlokasi di ujung Utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi yang paling barat di Indonesia. Aceh juga dianggap sebagai tempat dimulainya penyebaran islam di Indonesia dan posisi peran yang paling penting dalam penyebaran islam di Asia Tenggara. Provinsi aceh memiliki adat dan budaya yang terkenal di penjuru Indonesia, bukan hanya adat dan budaya saja, tetapi juga terkenal dengan makanan khas Aceh dan Keunikannya. 

Daerah aceh memiliki banyak kabupaten. Aceh sendiri mempunyai banyak sajian kuliner yang dapat dirasakan oleh wisatawan. Makanan khas itu sendiri adalah bubur pedas, kue rasyidah, rujak aceh, mie aceh, kue marke, buah malaka, keukarah, kue adee meureudu kembang Loyang, pisang sale meusekat dan masih banyak lagi. 

Sajian kuliner tersebut sangat cocok untuk buah tangan (oleh-oleh) siapa saja yang datang berkunjung ke aceh. Aceh juga provinsi yang memiliki beragam sajian kue tradisional yang unik. 

Salah satunya adalah kue timpan. Yaa timpan merupakan panganan yang sangat legen daris di Aceh. Siapa sih yang tidak kenal dari makanan yang satu ini, baik dari kalangan muda maupun tua pasti sudah sangat mengenal makanan ini. Keunikan dari kue timphan ini adalah bahannya yang terbuat dari campuran ketan dan pisang, namun kita juga bisa juga menggunakan labu kuning sebagai pengganti pisang dan sebagai pewarna pada adonan. 

Perpaduan bahan ini tentu akan menghasilkan perpaduan rasa yang unik dan sangat khas untuk daerah aceh sendiri. Selain itu, didukung dengan isi kue yang terbuat dari  parutan kelapa atau srikaya tentunya membuat timpan sendiri menjadi semakin terasa sempurna dan istimewa. Kue ini juga sering disajikan saat hari raya Idul fitri. 

Kue timpan biasanya disajikan pada saat hari raya atau hari besar tertentu. Jadi tidak heran apabila menjelang hari raya akan ada banyak orang yang menjajakan kue timpan ini. Perlu kita ketahui, selain sebagai sajian hari raya, ternyata kue ini juga sering dipilih sebagai oleh-oleh khas Aceh oleh sebagian orang. 

Namun sayangnya diderah tempat tinggal saya sudah jarang membuat kue timpan bagi sebagian orang membuat timpan ini lama prosesnya dan hampir hilang kue khas aceh itu sendiri. Disini saya mengajak para masyarakat (ibu-ibu) untuk melestarikan kue timpan dan mengubah atau memodernisasi makanan khas  pada masa kini dengan menggunakan ubi jalar berwana ungu sebagai pengganti pisang dan labu tanah. 

Karakteristik ubi jalar ungu memiliki warna kulit ungu tua ke hitam-hitaman, warna daging ubi ini ungu muda ke ungu tua, memiliki rasa manis tergantung jenisnya. Biasanya semakin lama penyimpanan ubi yang masih mentah maka rasanya akan semakin manis.  Kenapa saya menggunakan ubi yang berwarna ungu? 

Jawabannya tidak lain karena selain warna nya yang cantik dan unik, juga meningkatkan daya tarik seseorang untuk memakan dan membuatnya. Apalagi diwaktu sekarang ini warna ungu menjadi salah satu dari sekian banyaknya warna yang lagi viral (trend) dikalangan anak-anak maupun orang dewasa. Berbicara tentang timpan mindset saya tertuju ke salah satu orang. Ia adalah seorang ibu rumah tangga. 

Pada saat saya mewawancarai ibu itu berkata "sudah jarang ditemukan dizaman sekarang para masyarakat yang membuat timphan, apalagi di acara acara tertentu. mereka mengganti timpan dengan kue yang lainnya. Bahkan, pada saat hari raya sudah jarang ada lagi yang membuat timpan, paling hanya 1 atau 2 rumah saja yang membuatnya". 

Kebetulan ibu ini adalah orang yang sering membuat timpan ketika ada pesanan. Biasanya ibu menghargai sebiji timpan dengan harga 1000 rupiah dengan porsi yang agak besar, dan bisa juga 2000/3 timpan dengan porsi yang sedikit agak kecil.

Selain menjual timpan, ibu ini juga mengajarkan anak milenial didesanya untuk membuat timpan, agar dapat menjaga dan melestarikan makanan khas daerah tamiang dan juga bisa menjadi usaha generasi penerus nantinya. Karena sekarang sudah berada di zaman modern, kue tradisional ini juga ikut berkembang, mulai dari rasa nya sekarang yang beragam, yang dulunya hanya menggunakan labu kuning atau pisang, sekarang kami sebagai mahasiswa KPM IAIN Langsa memberikan edukasi kepada para ibu-ibu untuk mengubah timpan buatannya dengan menggunakan ubi jalar berwarna ungu sebagai bahan utama nya. 

Karena banyak sekali manfaat ubi ungu sebagai kesehatan diantaranya: menjaga imunitas tubuh, mencegah pembekuan darah, menjaga hati agar tetap sehat, mencegah penuaan dini, mengurangi berat badan, mencegah kanker dan mengobati diabetes. 

Cara membuatnya sangat mudah ubi nya kita kukus lalu siapkan wadah masukkan adonan ui yang sudah di hancurkan dan di tekan menggunakan sendok kedalam tepung ketan. Uleni hingga menjadi adonan yang nantinya mudah dibentuk. Kalau masih hancur dan susah dibentuk boleh sedikit menambahkan tepung ketan. 

Untuk intinya kita menggunakan inti kelapa namun hanya diberi gula pasir tidak menggunakan gula merah, supaya ketika timpan nya masak, warna nya jadi senada antara ungu dan putih. Cara menggulungnya siapkan daun pisang yang masih muda yang telah diolesi minyak,  bulatkan adonan, lalu pipihkan dan tambahkan inti kelapa sebagai perasa nya. Lalu diulung daunnya dan di lipat dibagian ujungnya. Kukus selama 15 menit angkat dan sajikan. Timpan ubi ungu selai inti kelapa sangat cocok menjadi pelengkap menyambut para tamu yang berkunjung dengan segelas teh hangat atau kopi.

Proses pembaharuan ini diharapkan bisa menjadi daya tarik masyarakat serta dapat meningkatkan perekonomian masyrakat setempat. Dan juga dapat menyadarkan masyarakat bahwa banyak hasil bumi yang dapat diolah atau dimanfaatkan. Sudah sepantasnya kita sebagai generasi milenial seperti zaman sekarang bangga karena tinggal di daerah yang memiliki beragam macam kuliner yang sangat enak dan lezat, dan kita juga harus ikut serta dalam melestarikan kuliner-kuliner daerah yang masih ada sampai sekarang. Meskipun dizaman sekarang kita terbawa arus teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin canggih, namun kita sebagai generasi penerus harus mencintai produk dari daerah kita sendiri yaitu Indonesia.

Biodata penulis:

Nama : Reka Aulia
Tempat tanggal lahir : Bandar Baru 22 Nov 2000
Dari IAIN Langsa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Prodi PIAUD
Peserta KPM-KS Tematik 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun