Kawan - Kawan sudah menonton film The Kingdom di Netflix? Perspektif dan komentar saya setelah menonton film tersebut langsung tergambar situasi hubungan antara Amerika Serikat dengan Saudi Arabia. Â Film ini sempat bertahan di kategori TOP-10 film Netf. Namun ada yang menarik. Narasi dari film ini menyebut diksi "Wahabi" bagi muslim yang tidak suka Barat.
Kingdom adalah sebuah film fiksi. Walaupun fiksi, nampak seperti kisah nyata jika kawan-kawan terbiasa mengikuti alur dan dinamika hubungan antara negara Timur Tengah dan negara superpower Amerika Serikat. Bagian awal film  menggambarkan bagaimana kilas balik peran Amerika Serikat (AS) di geopolitik Timur Tengah sejak tahun 90-an. Hal ini karena AS melihat potensi Sumber Daya minyak yang luar biasa. Meskipun demikian, US menyadari bahwa ada sebagian kelompok masyarakat Islam yang membenci kehadiran AS di tanah Saudi. Kelompok tersebut dinamai Wahabi. Wahabi dalam versi film ini ialah masyarakat muslim yang menghendaki Islam tanpa kehadiran negara Barat.
Di lain sisi, Saudi Arabia (SA) yang mengalami perang regional dan gejolak dengan israel terpaksa harus mencari sekutu yang bisa menjamin keamanan negara mereka. Tidak lain sekutu tersebut ialah AS. Terjadilah kesepakatan di antara dua negara yang bersangkutan. Salah satu wujud kesepakatan itu, maka dibangunlah komplek perumahan khusus untuk orang- orang Amerika di SA. Dalam film, kawasan tersebut bernama Ar-Rahmah Camp. Nah, Ar-Rahmah Camp ini menjadi target operasi "Wahabi" yang akan mendasari alur cerita film ini.
Konflik dalam film ini bermula pada serangan serbu tiba-tiba dan aksi peledakan bom bunuh diri dahsyat oleh sekelompok Wahabi. Wahabi berhasil mengorganisir dua kali serangan dahsyat. Serangan pertama dilakukan pada siang hari saat para warga sipil Amerika sedang beraktivitas santai. Dalam waktu singkat, banyak korban sipil berjatuhan. Selain itu, para petugas kepolisian Saudi yang saat itu sedang berjaga turut gugur. Serangan kedua terjadi di malam hari yang berlokasi sama. Serangan kedua ini justru merupakan serangan pamungkas. Banyak pejabat tinggi USA mati seketika saat meninjau lokasi ledakan siang hari.
Baca juga: Rekomendasi Kompilasi film Perang Dunia
Berikutnya, beberapa agen FBI berhasil terjun langsung ke wilayah konflik tersebut. Meskipun sebelumnya banyak petinggi USA menolak menerjunkan agen FBI ke Saudi karena dinilai dapat meningkatkan eskalasi, tetapi salah seorang agen FBI berhasil melobi Duta Besar Saudi untuk AS. Lobi itu menghasilkan izin agen FBI untuk dapat melakukan investigasi di tanah Saudi. SA memberikan mereka waktu 5 hari. Para agen FBI segera bertolak ke Saudi. Setibanya mereka landing di bandara Saudi, mereka harus mengikuti serangkaian prosedur ketat. Bahkan dalam momen pengecekan keamanan para Agen FBI yang mana di situ ada pengecekan paspor, salah seorang agen bertanya apakah tidak masalah jika ada stempel israel di paspornya karena dirinya pernah ke israel untuk mengunjungi neneknya. Nampak, petugas keamanan dapat memaklumi itu dan tidak mempermasalahkannya.
Polisi Saudi sebelumnya telah dipanggil Kerajaan agar mereka memastikan semua agen FBI ini selamat selama berada di Saudi. Karenanya, kepolisian kerajaan mengawal penuh segala pergerakan para agen FBI. Para agen FBI ini pada mulanya tidak diberikan hak dan akses penuh untuk investigasi. Artinya, mereka hanya boleh sebagai penonton dan harus mendapat izin Saudi jika mereka ingin berbuat sesuatu.Â
Menariknya, di sela-sela proses penyelidikan, tampak pihak Kerajaan Saudi selalu mencitrakan dirinya bahwa akan menumpas kelompok teroris ini. Di lain sisi, pihak AS sebenarnya juga tidak begitu nyaman dengan keberadaan agen FBI yang "nekat" ini. Kerap kali Perwakilan Tinggi Diplomat AS menawarkan agar para agen FBI segera pulang ke AS. Khawatir akan menimbulkan efek negatif lainnya dalam jalinan relasi AS-SA.Â
Setelah beberapa hari di Saudi dan merasa kehadiran mereka tidak maksimal, agen FBI kembali melobi Pangeran Saudi agar mereka bisa melakukan tugas penyelidikan sepenuhnya di balik peristiwa serangan bom mematikan yang banyak menelan korban jiwa sipil AS. Akhirnya, Pangeran Saudi memberikan mereka izin penuh akses dan hak investigasi termasuk izin untuk menggunakan senjata.Â