Mohon tunggu...
Regina Phasya Millenia
Regina Phasya Millenia Mohon Tunggu... Lainnya - escaping through writing✨️

writing is a way of talking without being interrupted.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Candu Media Sosial di Masa Pandemi

8 April 2021   23:31 Diperbarui: 8 April 2021   23:41 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Media sosial atau medsos merupakan suatu bentuk wadah komunikasi modern dengan sejumlah fitur dan keunggulan yang terkandung di dalamnya. Tak dipungkiri bahwa kehadirannya banyak memberikan manfaat dan memudahkan sejumlah aktivitas manusia, mulai dari memenuhi kebutuhan akan informasi dan komunikasi. 

Dengan adanya media sosial segala sesuatu jauh dirasa lebih mudah dan efisien, ruang dan waktu sudah tidak lagi membatasi kegiatan atau interaksi yang dilakukan antar individu serta informasi yang terus deras mengalir tanpa henti.

Mengingat teknologi komunikasi dan informasi terus berkembang dan berinovasi maka fakta bahwa media sosial kini lebih dimanfaatkan sebagai pemenuh kebutuhan akan sosialisasi dan hiburan tidak lagi dapat dihindari (Baidu, 2014: 15) sebab media sosial dapat mentransformasikan kehidupan nyata menuju dunia maya. 

Segala akses kemudahan yang diberikan teknologi New Media membuat para penggunanya jatuh kedalam ketergantungan dan dianggap sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi kebutuhan yang seakan manusia tidak dapat hidup tanpa bantuannya. Merujuk dari apa yang Neil Postman katakan, teknologi dapat mendorong lahirnya budaya technopoly yakni suatu budaya dengan masyarakat yang mendewakan teknologi hingga teknologi tersebut mengontrol semua aspek kehidupannya.

Mungkin saja Anda yang sedang membaca tulisan ini atau bahkan saya selaku penulisnya sendiri sudah menyadari beberapa gejala atau pola perilaku yang menunjukkan adanya ketergantungan akan suatu hal yang disenangi (Cooper: 2000) khususnya media sosial. Seperti selalu membawa 'dunia maya'-nya dalam genggaman menuju meja makan, sampai ke jalan sekalipun sedang berada di dalam kendaraan bahkan hingga ke dalam kamar mandi. Hal ini mengindikasikan adanya aspek kecanduan yang akan membuat seseorang secara otomatis untuk melakukan apa yang ia sukai saat ada kesempatan. 

Kecanduan merupakan sebuah kondisi dimana seseorang terikat pada satu kondisi yang kuat sehingga tidak mampu untuk mengontrol dirinya sendiri untuk terlepas dari keadaan tersebut dan cenderung mengabaikan kegiatan lainnya (Griffiths dalam Yuwanto: 2010).

Ketika dikaitkan dengan kondisi saat ini yakni di masa pandemic Covid-19 yang tak kunjung selesai, rasanya tidak heran apabila ditemukan sejumlah pecandu baru media sosial. Dalam kondisi saat ini setiap manusia seperti dituntut untuk terus up-to-date akan situasi yang sedang dihadapi. Segala sesuatu yang semula konvensional kini mau tidak mau harus digeser menuju ranah virtual dimana pendidikan, perkantoran, bisnis hingga ranah perbelanjaanpun harus menyesuaikan diri secara daring demi mereduksi angka pasien terinveksi virus Covid-19 yang kian hari terus bertambah.

Apabila dihadapkan dengan situasi dimana kegiatan hingga pertemuan dibatasi, belum lagi keadaan yang mendesak seluruh masyarakat untuk mengurangi mobilisasinya dengan cara #DirumahAja tak ayal membuat masyarakat semakin konsumtif dalam memakai internet atau media sosial yang dimilikinya. Berdasarkan penilaian para ahli, seseorang dengan ketergantungan/kecanduan media sosial disebabkan oleh rasa cemas yang dimiliki individu (Young 2011: 39) kemudian menggunakan internet guna mengobati kesendirian dan pengganti hubungan tatap muka yang tidak diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut saya, sebenarnya hal ini (kecanduan media sosial) dapat dihindari apabila aktivitas daring yang berlebihan hingga mengganggu aspek kehidupan sehari-hari dibatasi. 

Sebab para peneliti asal Chicago University telah melakukan eksperimen dengan mencatat kadar ketagihan dari 100 orang selama beberapa minggu dengan capaian hasil bahwa kecanduan media sosial sifatnya dapat lebih kuat ketimbang kecanduan rokok dan minuman keras atau alcohol. 

Selain hal yang telah disebutkan diatas, kecanduan media sosial terbukti mempengaruhi pola tidur menuju arah yang tidak baik serta dapat berakibat pada penurunan kesehatan fisik, penurunan prestasi akademik dan non-akademik, juga penurunan akan produktivitas dan kualitas saat bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun