Mohon tunggu...
Regen wantalangi
Regen wantalangi Mohon Tunggu... Penulis - dalam hening ada renung

si tou timou tu mou tou

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mahasiswa dan Pandemi Corona

5 April 2020   19:40 Diperbarui: 5 April 2020   19:53 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dinamika kehidupan sangatlah membingungkan, tidak bisa diprediksi oleh setiap insan. Salah satunya timbulnya virus Corona ini, negara Indonesia mengambil sikap dengan serius, pemerintah menghimbau agar masyarakat melakukan Social Distancing yang dengan demikian aktifitas sosial dikurangi ataupun dilarang sama-sekali.

Perekonomianpun menurun drastis ditandai dengan angka rupia yang melemah hingga sampai pada titik 16 ribu perdolar. Setelah pemerintah pusat mengumumkan Social Distancing maka masyarakat mulai membeli pasokan kebutuhan pokok terutama makanan dengan berlebihan sehingga pemerinta juga harus membatasi penjualan pangan. Di satu sisi sebagaian pemerintah-pemerintah daerah mengambil kebijakan sendiri untuk memberlakukan Lockdown ditempat mereka masing-masing sehingga bahan pokok pun sudah diborong oleh orang-orang yang melakukan Social Distancing dan Lockdown.

Disamping pemerinta bekerja keras untuk mempertahankan perekonomian agar tetap steril dan nilai rupia naik kembali, di sisi lain juga pemerinta harus menyediakan kebutuhan pokok dari masyarakan Indonesia, yang lagi ketakutan menghadapi pandemi Virus covid 19 ini. Saya kira kesadaran dari masyarakat sangat diperlukan untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini.

Sebagai seorang mahasiswa yang hidup diperantauan saya menyadari betul tentang kesulitan yang dihadapi akhir-akhir ini, mulai dari kartu ATM yang berkurang karena orang tua yang break dalam pekerjaan karena corona, sulitnya mecari makanan diluar asrama, jam keluar diatur oleh pihak kampus (mulai hari ini penerapan Lockdown).

Makan makanan yang tidak terlalu enak karena penuh dengan sayuran pahit ditambah porsi setiap individu mulai di atur dan tidak bisa disembunyikan lagi bahwa kepanikan ada dalam hati, melihat juga teman-teman yang memutuskan cuti dan pulang ke kampungnya, dan melihat korban-korban yang tergeletak dipinggir jalan ditambah lagi jaunya saya dari rumah. Pengen pulang sudah pasti tapi uang pun pas-pasan karena maklum bukan anak konglomerat.

Dengan keadan dan situasi dunia saat ini memaksa setiap individu harus lebih bijaksana dalam memenets waktu, uang dan tenaga. Kendatipun demikian ada banyak juga individu yang tidak mempedulikannya.

Uang di ATM adalah harta karun dari mahasiswa perantau ini, sadar betul bahwa orang tua saya tidak dapat mengirin uang untuk beberapa bulan kedepan, memang mereka memiliki penyimpanan di dank tapi sayang jika itu ditarik Cuma karena masalah corona ini, pun memang tinggal itu uang yang mereka simpan sayang sekali kalau habis. Memang kegiatan perkuliahan tetap berlangsung kebutuhan-kebutuhan dalam perkuliahan masih tetap berlaku, seperti print setiap tugas yang diberikan dosen, juga kuota yang harus dibeli akibat belajar online karena beberapa dosen masuk Red Zone, termasuk pembayaran uang kulia dan uang asrama yang tidak dapat ditunda. 

Sebagai mahasiswa yang cerdas saya tidak mau menaggungkan beban kepada orang tua, saya tidak memaksa mereka untuk mencari uang karena uang perkuliahan saya atau pun biaya lainnya apa lagi tiket suapaya saya pulang, karena saya tidak akan menyerah dalam perkuliahan cuma karena virus corona ini, saya berdoa agar asrama kami tetap terlindungi supaya saya tidak kembali ke kampung sebelum waktunya.

Sebagai anak asrama saya memenets dengan benar keuangnga saya, dimana saya membatasi untuk membeli hal-hal yang tidak perlu contonya snack dan kuota data untuk main game dan untuk beberapa bulan ini saya tidak menyempatkan waktu pergi ke tokoh buku dan untuk buku. Saya sudah pikirkan untuk membayar biaya asrama dan kontrak perkuliahan semester depan berasal dari ATMku saat ini dan pembayaranya besok jadi suda pasti.

Saya memiliki satu usaha kecil-kecilan di asrama untuk memutar kembali uang yang tinggal seberapa di kantong saya ini, dengan memanfaatkan peluang social distancing dan kebetulan hari ini kampus memberlakukan lockdown, dimana dengan modal Rp 100.000, saya membeli satu dus indomie (mie insan) yang sekarang harganya Rp 90.000, dengan perbiju saya menjualnya seharga Rp 3000. 

Sehingga terjual semua dengan penghasilan perdana Rp 120.000 dalam jangka waktu dua hari, dan kini saya sudah melakukan nya selama satu bulan terakhir dengan penghasilan yang cukup memuaskan hati karena dari modal yang tidak cukup banyak membuah kan hasil yang banyak. bagi saya yang statusnya mahasiswa Rp 1.800.000 yang saya peroleh dari usaha kecil-cecilan itu sudah dapat membayar uang asrama saya selama dua bulan kedepan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun