Mohon tunggu...
Ree Risna
Ree Risna Mohon Tunggu... -

titik equilibrium itu...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Basa Basi

30 Juni 2010   06:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:11 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi, waktu aku sedang menunggu bis kota ke tempat kerja, seorang wanita menyapaku.

"Eh, Mba' Risna, mau berangkat kerja ya?" sapanya ramah.

Duh, wanita ini tau namaku. Keheranan yang pertama, karena aku bahkan ngga' mengenalinya. Tapi demi menutupi rasa bersalahku, aku jawab pertanyaannya dengan keramahan yang melebihi standard.

"Iya ni mba'.. Mba' mau berangkat kerja juga?" agak sok tau aku sebenernya.

"Ah. ngga'.. no mau geladi resik buat wisuda universitas besok lusa..." Oh..oh..oh.. tuh kan, aku sok tau. Wanita itu masih anak kuliahan. Lagi-lagi aku merasa bersalah, malu tepatnya.

"Kalo ke Semarang Barat pake bis jurusan mangkang juga kan, Mba'? Kita searah berarti ya?" Ho..ho..keherananku yang kedua : dia tau tempat kerjaku.

"Emang acara wisudanya nanti dimana, De?" tanyaku sekedat mengimbangi ke'tau'annya.

"Di gedung wanita, Mba..."

"Ooo.."

"Mba kapan pulang ke Pemalang? Temenku ada lho yang dari Pemalang..." Matanya masih berbinar antusias.

Duhai..dia bahkan tau kota asalku, keherananku yang ketiga. Mungkin dia juga tau jam berangkat  dan pulangku setiap hari. Oh..oh..oh.. dia begitu mengenalku. Sementara aku bahkan ngga' mengenali wajahnya, aku ngga' tau namanya, ngga' tau rumahnya (apa ngekos?). Aku sama sekali ngga' mengenalnya...

Seketika timbul perasaan malu, bersalah, kalah. Bukan cuma karena aku gagal mengimbangi pemahamannya tentang aku. Tapi karena aku ternyata begitu cuek selama ini. Ngga' .peduli siapa yang berdiri di sampingku waktu nunggu bis, ngga' bener-bener mengenali tetanggaku. Mungkin aku menyapa mereka tiap kali berpapasan. Tapi ngga' dengan hati. Sekedar memenuhi kewajiban bermasyarakat. Dan parahnya, selama ini aku merasa sudah cukup. Amboi... sombong nian...

Maka saat itu juga kubalas tatapannya. Kusimpan wajah wanita itu di hatiku... Mengenalinya sebagai sosok saudara yang wajib menjaga tali silaturahim. Lalu sebuah janji melompat dari senyumku. Aku akan memasukkan mereka semua ke dalam daftar orang-orang penting. Mereka orang orang yang ada di sampingku, yang menunggu bis bersamaku, yang menjadi tetanggaku, yang setiap sore kusapa ketika mereka tengah duduk-duduk di teras rumahnya. Aku akan menyapa mereka dengan hati..bukan sekedar basa basi..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun