Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Indonesia Youth Day (IYD) 2016, Sejuta Kenangan

19 Februari 2021   20:23 Diperbarui: 19 Februari 2021   20:27 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Di gereja sudah ada belasan OMK Tondano. Mereka cantik -- cantik dan ganteng -- ganteng. Wajah mereka bersih, putih dan menawan apalagi saat berbicara dan tertawa. Saya agak malu -- malu awalnya. Tapi karena keramahan yang mereka tunjukkan, saya langsung bisa berbaur dengan mereka. Sambil menunggu teman -- teman lain, kami bercerita di depan halaman gereja. Perhatian saya kemudian terusik lagi dengan delman yang melintas di situ. Saya pun bertanya kepada salah satu teman di samping saya, "Ini delman toh?". Dengan tersenyum dia katakan "iya delman, tapi kami biasa sebut Bendi".

            Sebenarnya tidak ada perbedaan mencolok antara bendi dengan delman. Hanya masalah tempat saja. Bentuknya juga sama persis. Cuma bendi lebih banyak ornamen warna dan hiasan pada kuda. Harga sekali menumpang bendi 4.000 rupiah per orang kata teman -- teman. Tapi kalau lagi sepi harganya bisa lebih mahal. Tapi sayang, saya tidak bisa mencoba naik bendi karena teman -- teman sudah hadir semua dan kami siap berangkat.

            "Kitorang ke Puncak Tombean tamang -- tamang." Ajak Billy, salah satu OMK yang paling tinggi di situ. Badannya pun besar, agak gendut. Beberapa teman -- teman lain menawarkan ke Bukit Kasih. Saya mendengar saja. Maklumlah saya baru pertama kali ke Tondano. Karena pertimbangan jarak dan sore hari ada kegiatan lain, kami sepakat jalan ke puncak Tombean.

            Dengan dua mobil, kami berjalan menuju ke puncak Tombean yang berada di desa Runukan. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kota. Hanya kurang lebih 30 menit kami sudah tiba di sana. Kami melewati perkebunan warga. Ada berbagai jenis tanaman di sepanjang jalan mulai dari bedeng untuk kacang hijau, kacang panjang, kebun salak, kebun cengkeh, kebun kopi dan juga kebun berbagai sayuran. O ya ada juga kebun bunga. Di sini apa saja yang di taman pasti tumbuh, pikir saya. Karena daerahnya sangat subur, air melimpah, curah hujan tinggi dan udaranya juga sangat sejuk.

            "Tuhan, luar biasa ciptaanmu ini". Saya berkata dalam hati menyaksikan pemandangan kota Tondano ketika kami tiba di Puncak Tombean. Dari puncak itu saya merasa seperti sementara melihat sebuah maha karya seorang maestro lukis di mana tampak danau membiru terbentang luas di antara bukit -- bukit hijau. Jalan raya di sepanjang bibir danau seperti garis -- garis tebal, diselingi pepohonan dengan aneka warna,  mobil -- mobil dan motor yang kelihatan seperti semut serta rumah -- rumah menyerupai kotak -- kotak putih yang berkilau. Aku melihat dengan takjub lalu mengabadikan setiap momen menggunakan kamera handphone saya.

            Jam menunjukkan pukul 15.00 WITA. Kami berkumpul di depan sebuah vila di puncak itu, menyanyikan theme song IYD 2016 dan foto bersama. Lalu kami bergegas menuju ke mobil masing -- masing dan kembali ke kota Tondano. Berkesan sekali pengalaman itu. Aku sulit untuk melupakannya.


            Pukul 16.00 WITA, kami  sudah berada di halaman Gereja Sta. Rosa Delima. Kami lalu diarahkan oleh Diakon Jhon Bomba (saat ini telah menjadi Romo Diosesan) untuk masuk ke dalam gereja. Kemudian kami dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang OMK Keuskupan Atambua dan beberapa OMK Paroki Sta. Rosa Delima. Pada kelompok kecil kami, saya ditunjuk untuk memimpin Sharing Kitab Suci. Saya menerima kepercayaan itu dengan senang hati.

            Saat sharing, ada kisah haru sempat diceritakan oleh Juwita Waworundeng salah seorang OMK Tondano. Kisahnya itu membuat beberapa OMK lain ikut  menangis. Mata saya cuma berkaca -- kaca. Saya berusaha mendengarkan kisahnya dengan seksama, mengambil pesan penting dari kisahnya dan memberi motivasi kepadanya.

Jualan Gorengan di SMA Sta. Rosa Delima Tondano dan Jalan -- jalan Ke Bukit Kasih

            Pada tanggal 3 Oktober 2016, saya bangun masih sangat pagi kira - kira Pukul 05.00 WITA. Hari itu saya akan membantu Oma Nike berjualan di Kantin SMA Katolik Sta. Rosa De Lima Tondano. Jarak dari rumah sang Oma ke sekolah tidak terlalu jauh hanya 15 atau 20 menit berjalan kaki. Di sana saya membantu oma sebisa saya sambil saya menyaksikan dari dekat bagaimana orang tua itu bekerja keras menghidupi dirinya dan membantu anak -- anaknya. Ia menunjukkan kepada saya semangat juang seorang ibu yang rela bekerja apa pun saat ia berusia cukup lanjut. Ia tidak menyerah dan cuma duduk berpangku tangan menunggu anak -- anaknya memberi makan. Ia justru mau anak -- anaknya belajar menjadi pejuang seperti dirinya bukan pecundang. Ia ibu yang baik layaknya Bunda Maria. Perhatiannya tulus.

            Namun saat sementara asyik membantu Oma di kantin, tiba -- tiba telfon saya berdering. Kakak Bian menelfon saya, dia dan beberapa teman lain mengajak saya jalan -- jalan ke Bukit Kasih bersama salah satu orang tua angkat. Dengan syarat pulang lebih awal, karena pukul 16.00 WITA harus mengadakan aksi nyata bersama kelompok sharing kitab suci,  saya mengiyakan ajakan mereka. Saya pun meminta ijin Oma Nike untuk agenda dadakan itu. Oma mengijinkan sembari berpesan hati -- hati di jalan kepada saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun