Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Hari-hari Sakti Adiputra disibukkan dengan investigasi mendalam terhadap perusahaannya yang nyaris runtuh akibat pengkhianatan Rendra. Di sisinya, Bunga, sang pengacara handal, bekerja tanpa lelah. Audit keuangan yang teliti, wawancara dengan karyawan, dan penelusuran jejak digital menjadi rutinitas mereka. Sakti semakin terkesan dengan profesionalisme dan ketelitian Bunga dalam mengungkap setiap detail kejahatan Rendra.
Suatu sore, di tengah diskusi yang intens di ruang kerjanya, Sakti secara tidak sengaja melihat foto di meja Bunga. Foto seorang pria dengan tatapan tajam dan aura seorang aparat penegak hukum. Insting Sakti bergejolak. Ia bertanya kepada Bunga tentang pria di foto tersebut. Dengan senyum lembut, Bunga menjawab bahwa pria itu adalah suaminya, Elang.
Seketika, kepingan-kepingan ingatan Sakti menyusun diri. Elang... nama itu terasa familiar. Lalu, kilatan adegan malam di gudang perjudian ilegal beberapa waktu lalu muncul di benaknya. Sosok polisi yang nyaris terpojok oleh para preman bersenjata. Dan kemudian, kehadiran tiba-tiba Sang Bayangan Malam yang menyelamatkannya. Sakti terkejut menyadari bahwa pria di foto itu adalah polisi yang ia tolong malam itu.
Kenyataan bahwa Bunga adalah istri dari Elang, seorang polisi yang berani dan berintegritas, semakin menguatkan keyakinan Sakti. Ia melihat ini bukan hanya kebetulan, tetapi sebuah pertanda. Jika Bunga, seorang pengacara seberani dan sejujur dirinya, memilih Elang sebagai pendamping hidup, maka Elang pasti memiliki kualitas yang sama. Sakti semakin yakin bahwa Elang adalah sekutu yang tepat untuk mewujudkan visinya menciptakan Jakarta yang adil.
Malam itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elang berjalan menuju mobilnya di dekat kantor kepolisian. Ia merasa lelah namun puas dengan beberapa informasi baru yang berhasil ia kumpulkan terkait jaringan prostitusi terselubung. Tiba-tiba, dari kegelapan sebuah gang, muncul sesosok bayangan hitam. Elang sontak siaga, tangannya reflek meraih pistol di pinggangnya.
"Jangan terkejut, Elang," suara berat namun tenang terdengar dari balik masker hitam. "Ini aku, Bayangan Malam."
Elang tertegun. Ini adalah pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan sosok misterius yang selama ini hanya menjadi buah bibir. "Kau... kau yang menolongku di gudang judi waktu itu?" tanya Elang dengan nada heran.
"Benar," jawab Bayangan Malam. "Aku tahu kau polisi yang jujur, Elang. Aku melihat dedikasimu."
Sakti, di balik topeng Bayangan Malam, kemudian menyampaikan tawarannya. "Kita punya tujuan yang sama, Elang. Aku ingin Jakarta bersih dari kejahatan. Dengan jaringan bawah tanah yang aku miliki, aku bisa memberimu informasi tentang bisnis kotor -- perjudian, prostitusi, narkoba, apa pun itu. Akan aku serahkan padamu untuk menghukum mereka seberat-beratnya, seadil-adilnya bagi warga Jakarta."