Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Berkas kasus Midas, sang pemalsu emas logam mulia yang berhasil diciduk oleh Elang, kini berada di meja Yudha. Sebagai jaksa muda idealis, Yudha selalu menangani setiap kasus dengan cermat dan tanpa prasangka. Namun, semakin dalam ia menyelami jaringan pemalsuan emas ini, semakin besar kejanggalan yang ia temukan. Midas, yang ternyata bernama asli Santoso, memang menduduki posisi penting dalam sindikat tersebut, namun ia hanyalah sebuah bidak dalam permainan yang jauh lebih besar.
Investigasi Yudha membawanya pada sebuah nama yang berbisik di antara para informan dan dokumen tersembunyi: Sembilan Naga. Sebuah organisasi misterius yang disebut-sebut mengendalikan gurita bisnis gelap di seluruh negeri. Mulai dari perjudian daring dan luring, jaringan prostitusi elit, kelab malam ilegal, pemalsuan emas dan uang berskala besar, hingga peredaran narkoba yang merusak generasi. Kekuatan dan pengaruh Sembilan Naga dikabarkan mencengkeram hingga ke institusi-institusi hukum dan pemerintahan.
Yudha merasakan jantungnya berdebar kencang. Kasus Midas yang awalnya tampak sederhana, kini berpotensi membuka gerbang kegelapan yang selama ini menyelimuti Indonesia. Ini bukan lagi sekadar tentang seorang pemalsu emas, tetapi tentang pertarungan melawan sindikat kejahatan terorganisir yang mungkin mengendalikan denyut nadi kekuasaan di negeri ini.
Dengan hati-hati, Yudha mengumpulkan setiap kepingan informasi yang ia dapatkan. Ia menyadari betapa berbahayanya musuh yang mungkin akan mereka hadapi. Kekuatan Sembilan Naga tidak bisa dianggap remeh. Namun, sebagai seorang penegak hukum yang menjunjung tinggi keadilan, Yudha merasa terpanggil untuk mengungkap kebenaran, seberapapun pahitnya.
Malam itu, Yudha menemui Elang di sebuah kedai kopi sederhana dekat kantor kepolisian. Dengan suara pelan namun serius, ia menceritakan temuannya tentang Sembilan Naga. Elang, yang dikenal dengan insting tajamnya, mendengarkan dengan seksama. Ia merasakan aura bahaya yang menguar dari cerita Yudha.
"Ini lebih besar dari yang kita bayangkan, Yudha," ujar Elang dengan dahi berkerut. "Jika apa yang kau temukan benar, kita sedang berhadapan dengan kekuatan yang sangat besar."
Keduanya terdiam sejenak, larut dalam pikiran masing-masing. Keputusan kini berada di tangan mereka. Apakah mereka berani menerjang badai, mempertaruhkan segalanya untuk membawa keadilan dan kedamaian bagi negeri ini? Atau memilih untuk tetap berada di jalur aman, menyelesaikan kasus Midas tanpa mengusik sarang naga yang berbahaya?
Setelah keheningan yang panjang, Yudha menatap mata Elang dengan tekad yang membara. "Kita tidak bisa mundur, Elang. Jika kita membiarkan kejahatan ini terus merajalela, apa artinya idealisme kita? Kita harus berani, seberapapun risikonya."
Elang mengangguk mantap. "Aku bersamamu, Yudha. Kita akan hadapi ini bersama."