Mohon tunggu...
Re Ayudya
Re Ayudya Mohon Tunggu... Lainnya - Psikoedukator_Konselor

Enthusiast to Psychology and Education

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waspadai Aksi Bullying di Sekitar Kita!

19 September 2021   22:30 Diperbarui: 20 September 2021   12:05 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dampak negatif juga dapat menimpa para penonton atau teman pembuli. Jika tidak ditanggulangi, para penonton ini akan berasumsi bahwa aksi pembulian itu sesuatu yang biasa dan bisa diterima secara sosial. Mereka yang takut terhadap pelaku, akan memilih untuk diam dan menghindar, tanpa pernah mencoba berusaha menghentikan pembulian yang terjadi di lingkungannya. Selain itu, mereka juga dapat mengalami peningkatan gejala depresi, merasa sepi, sedih, moody dan memiliki level agresi yang lebih tinggi.

Lalu, apa penyebab pelaku melakukan pembulian?

  • Pelaku biasanya pernah menjadi korban kekerasan sebelumnya. Misalnya mendapatkan kekerasan dari orang tua dan lingkungan pertemanannya, sehingga dia tidak pernah belajar cara menyelesaikan masalah yang baik selain dengan kekerasan. Bahkan mungkin dia memahami bahwa kekerasan merupakan penyelesaian masalah yang terbaik.
  • Bentuk balas dendam karena sebelumnya pernah menjadi korban kekerasan, sehingga dia berpikir bahwa lebih baik menyerang dulu daripada diserang duluan.
  • Pengendalian diri dan regulasi emosi yang rendah. Peduli terhadap popularitas, superior dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi atau malah tidak percaya diri, sehingga melakukan pembulian karena dipengaruhi teman.
  • Disfungsi keluarga. Misalnya sering melihat orang tua bertengkar hingga menggunakan kekerasan dan mendapatkan pola parenting yang toxic.
  • Ada dukungan sosial yang menguatkan aksi pembulian, seperti teman yang menonton, bersorak dan memberi validasi terhadap aksi pembulian yang dilakukan.
  • Manajemen dan pengawasan disiplin di sekolah, rumah atau tempat kerja yang lemah juga dapat menyebabkan suburnya aksi pembulian.
  • Selalu mengkonsumsi tayangan atau media sosial yang penuh dengan kekerasan.
  • Aksi pembulian didorong oleh kebutuhan rasa aman dan keselamatan, namun mereka berusaha mendapatkannya dengan cara yang keliru, yaitu dengan melakukan pembulian. Selain itu, di balik perilaku agresinya, sebenarnya ada sosok yang membutuhkan kasih sayang, penerimaan, dicintai, dihargai dan diakui. Seharusnya kebutuhan ini dipenuhi dari rumah, namun karena tidak terpenuhi, maka pelaku mencari pemenuhan kebutuhan tersebut di luar rumah dengan cara yang tidak tepat.

Mengapa seseorang dapat mengalami pembulian?

Menurut penelitian ada beberapa faktor penyebab seseorang mengalami pembulian, yaitu:

  • Korban cenderung dianggap lemah dan tidak bisa membela dirinya. Sisi inferiornya sangat tinggi, sementara para pelaku biasanya memiliki sisi superior yang tinggi.
  • Korban biasanya cenderung dianggap "berbeda",  misalnya memiliki ciri fisik dan penampilan tertentu, atau punya hobi yang berbeda dengan yang lainnya. Tidak jarang seseorang yang tampak populer pun dapat menjadi korban pembulian.
  • Korban biasanya cenderung tidak percaya diri dan memiliki harga diri yang rendah.
  • Korban biasanya juga tidak punya banyak teman.
  • Korban cenderung tidak mampu bersikap asertif, sangat sensitif, pendiam, insecure, dan suka menyendiri.

Apa yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi aksi pembulian?

Pencegahan (korban ataupun pelaku)

  1. Anak
    • Mengedukasi anak mengenai indikator sebuah perilaku dikategorikan pembulian, sehingga anak dapat mendeteksi sedini mungkin ketika terjadinya pembulian.
    • Mempersiapkan anak agar dapat melindungi dirinya sendiri. Misalnya, mengajarkan cara bersikap asertif dan menumbuhkan kepercayaan diri yang sehat, sehingga anak berani bersikap tegas ketika dia mengalami penindasan.
    • Mengajar anak cara-cara menyelesaikan masalah yang baik.
    • Orang tua perlu memperkenalkan konsep salah dan benar pada anak, sehingga anak memahami bahwa perbuatan salah itu memiliki konsekuensi. Mulai dari konsekuensi ringan hingga berat (hukuman penjara).
    • Melatih anak agar cepat tanggap, sehingga ketika ada pembulian di sekitarnya, anak dapat segera melapor ke pihak sekolah, guru, tokoh masyarakat atau tenaga keamanan yang berwenang.
  2. Keluarga
    • Orang tua perlu memberikan pola pengasuhan yang sehat.
    • Orang tua perlu menyediakan rumah yang ramah, aman dan nyaman, baik secara fisik maupun emosi.
    • Jalin relasi yang harmonis dengan pasangan, anak dan seluruh anggota keluarga.
    • Tidak bertengkar dan melakukan kekerasan di depan anak.
    • Memberi teladan cara menyelesaikan masalah yang baik. Misalnya dengan berdiskusi dan berkomunikasi, atau mencari win-win solution melalui interaksi antar anggota keluarga.
    • Menghidupi dan mengajarkan nilai-nilai keagamaan, toleransi dan norma susila di rumah.
    • Mengajarkan etika, empati dan cinta kasih. Dimulai dari cara memperlakukan pasangan, anak, keluarga dan tetangga.
    • Mendampingi anak dalam menyerap informasi di media sosial dan memberi tayangan yang disesuaikan dengan fase perkembangan anak.
    • Memberikan penerimaan dan pengakuan pada anak, sehingga anak dapat tumbuh percaya diri, asertif, berani, dan terampil secara sosial. Anak perlu tahu dan merasakan bahwa ia dicintai, diterima, aman dan berharga bagi orang tuanya.
    • Bantu anak untuk memiliki sisi superior dan inferior yang seimbang di dalam dirinya, serta memiliki konsep diri yang positif tentang dirinya.
  3. Sekolah/kampus/tempat kerja
    • Memberikan psikoedukasi mengenai anti bullying pada seluruh anggota sekolah/kampus/kantor. Misalnya secara berkala melakukan outbond atau gathering untuk meningkatkan budaya kerjasama di lingkungan sekolah, kampus atau kantor.
    • Menciptakan iklim sekolah atau iklim kerja yang ramah, aman dan nyaman.
    • Mengembangkan budaya organisasi yang saling menghargai, saling menghormati, saling berempati dan tidak membenarkan aksi pembulian.
    • Membangun komunikasi yang efektif bagi guru dan siswa, atau atasan dengan karyawan. Guru atau pimpinan tidak melakukan kekerasan dalam mendisiplinkan siswa atau karyawan.
    • Menyediakan layanan psikologis bagi semua anggota organisasi, sehingga secara berkala mendapatkan pendampingan psikologis.
    • Apabila di lingkungan sekolah, orang tua dapat bekerjasama dengan guru dan pihak sekolah.
  4. Masyarakat
    • Senantiasa menggaungkan dan memberikan penyuluhan atau psikoedukasi mengenai anti pembulian pada lingkungan masyarakat. Bila perlu memberi pelatihan bagaimana menghadapi dan mencegah aksi pembulian.
    • Memberikan perlindungan bagi warga dari tindak pembulian.
    • Tidak menyuburkan perilaku kekerasan di lingkungan masyarakat.

Aksi pembulian dapat terjadi di lingkungan mana saja. Selama ini kita hanya menganggap bahwa aksi pembulian marak terjadi di lingkungan sekolah dan lingkungan sosial anak remaja saja, tetapi sebenarnya pembulian dapat juga terjadi di kampus, lingkungan sosial dan lingkungan pekerjaan. Hanya saja aksi pembulian di tempat kerja ini jarang  terekspos. Biasanya baru ditangani apabila sudah berbentuk tindak kriminal. Ketika korban merasa tidak nyaman akibat pembulian yang dialaminya, terkadang korban hanya memilih untuk resign saja, tanpa ada penanganan lebih lanjut. Jadi sebaiknya setiap instansi dapat mewaspadai hal ini. Di sekolah pun, sebaiknya antar siswa, guru dan karyawan dapat bersama-sama mengembangkan budaya anti pembulian.

Penanganan

  1. Terlebih dulu memastikan kondisi korban sudah lebih aman baik secara fisik maupun secara emosi.
  2. Memberikan layanan konseling dan intervensi psikologis bagi korban, pelaku dan pihak yang menjadi penonton (teman pembuli).
  3. Sekolah/kampus/kantor bekerjasama dengan keluarga. Baik dengan keluarga korban maupun keluarga pelaku.
  4. Melibatkan pihak yang berwenang, tenaga profesional kesehatan mental, perlindungan anak, lembaga keagamaan, kepolisian dan lainnya sebagainya.

Lalu apa yang sebaiknya dilakukan ketika melihat orang lain sedang dibuli?

  • Jangan ditonton, karena aksi pembulian itu terdiri dari tiga pihak di dalamnya, yaitu korban, pelaku dan penonton. Nah, penonton ini justru dapat memperkuat si pelaku untuk terus melakukan aksinya. Apalagi ketika penonton turut bersorak.
  • Jangan mendiamkan aksi tersebut. Jika beresiko, sebaiknya segera lapor pada pihak berwenang atau berwajib. Misalnya dengan lapor satpam, polisi atau kalau terjadi di lingkungan sekolah, lapor pada guru dan kepala sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun