Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerajaan Palsu: Lelucon atau Romantisme Sejarah?

18 Januari 2020   17:08 Diperbarui: 21 Januari 2020   22:28 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://hot.grid.id

Hari ini, publik kembali diguncang dengan kemunculan Sunda Empire. Namanya saja sudah lebih bombastis dari KAS. Apalagi isinya. Kekaisaran ini mengklaim sebagai penguasa 54 negara. Semuanya adalah bagian dari apa yang mereka sebut Sunda Nusantara. Wilayah tersebut dijalankan oleh sebuah pemerintahan sipil yang dipimpin Grand Prime Minister dan Gubernur Jenderal. Mirip seperti Persemakmuran Australia (Ramadhan dalam news.detik.com, 2020).

Begitu juga dengan pernyataan dari sang Grand Prime Minister. Lebih lucu dan keblinger lagi dibanding Sang Raja Sejagat. Ia menyatakan bahwa semua negara di dunia bergantung pada perizinan Sunda Empire. Belum lagi, muncul kalimat bahwa kerajaan pertama di dunia adalah Vatikan pada 15 Agustus 1945 dan Vatikan membentuk Inggris-Amerika. Padahal, Negara Kota Vatikan dibentuk pada 11 Februari 1929. Konyol sekaligus lucu, bukan?

Namun, bagian yang paling konyol dan lucu dari pengarahan Beliau adalah mengenai peran Sunda Empire dalam tatanan ekonomi global (Republika dalam ayobogor.com, 2020):

"Kita bisa mengampuni sistem penggunaan aset-aset bumi asal mereka ke Bandung mendaftar diri pada sistem imperium dunia namanya Kekaisaran Sunda Kekaisaran Matahari."

John Lennon bermimpi tentang persatuan dunia tanpa negara dan agama. White Lion berangan-angan soal persatuan dunia tanpa negara di bawah Tuhan. Para pendiri Sunda Empire memiliki visi persatuan dunia di bawah kekuasaan Grand Prime Minister dan Gubjen. Seakan-akan keduanya adalah demigod yang turun dari kahyangan sebagai pemilik semua sumber daya bumi.

Selanjutnya, romantisme sejarah juga ikut dibangkitkan dalam kerajaan palsu ini. Sama seperti KAS. Bedanya, jika romantisme sejarah KAS cenderung mistik-delusif, maka romantisme sejarah Sunda Empire adalah hasil cocoklogi. 

Masih ingat dengan UU Agraria (Agrarische Wet) 1870? Hukum pertanahan yang berlaku di Hindia Belanda itu dijadikan landasan legitimasi negara-negara yang berada di dalam Sunda Empire. Mereka seperti penyewa teritori yang harus memperbaharui kedaulatannya setiap 75 tahun sekali.

Mengapa 75 tahun? Sebab dalam UU itu, investor asing di Hindia Belanda dapat menyewa lahan untuk perkebunan sampai 75 tahun. Bayangkan, nation-states disamakan derajatnya dengan investor multinasional? Astaga. Siapapun yang membuat cocoklogi ini pikniknya kurang jauh.

Pantas saja Gubernur Ridwan Kamil mengatakan banyak orang stress. Ada-ada saja orang yang percaya akan kerajaan palsu. Sebuah mesin penipuan dengan romantisme sejarah yang ngawur dan ajakan yang penuh lelucon. Lelucon yang lama-lama tidak lucu dan berbahaya kalau terus bergaung di ruang publik.

Aparat penegak hukum tidak boleh lengah. Tumpas habis KAS dan Sunda Empire sampai akar-akarnya. Begitu juga dengan kita semua. Lain kali, jangan mau lagi ditipu sama yang beginian.

SUMBER

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun