Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerajaan Palsu: Lelucon atau Romantisme Sejarah?

18 Januari 2020   17:08 Diperbarui: 21 Januari 2020   22:28 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://hot.grid.id

Menjelang pertengahan Januari, publik dihebohkan dengan kemunculan Keraton Agung Sejagat (KAS). "Kerajaan" ini mengklaim entitasnya sebagai penerus Kerajaan Majapahit.  Lebih gila lagi, KAS menjadikan seluruh dunia sebagai wilayahnya. "PBB dan Pentagon adalah bagian dari Kerajaan Agung Sejagat," tandas sang Raja Sejagat, Totok Santoso (youtube.com, 2019).

Terlebih lagi, orang yang ingin menjadi bagian kerajaan ini harus merogoh kocek jutaan rupiah. Uang tersebut (konon) digunakan untuk pengadaan baju kerajaan dan pembangunan infrastruktur kerajaan. Lantas, sang Raja mengklaim bahwa uang tersebut adalah "investasi" yang dapat memperbaiki penghidupan mereka. 

Ternyata, iuran dari korban inilah yang memampukan KAS menunjukkan dirinya pada 12 Januari kemarin. Pada hari itu, a show of royal opulance dilakukan di depan media massa. Bahkan, diadakan sebuah konferensi pers di "Ruang Sidang Kerajaan". Akhirnya, konferensi pers inilah yang viral di media sosial.

Konten ini meledak karena pernyataan Totok Santoso sungguh menggelitik. Bahkan cocok menjadi konten lelucon di stand-up comedy. Simak saja pernyataan berikut ini (Utamining dalam rmoljateng.com, 2020):

"Keraton Agung Sejagat memiliki alat-alat kelengkapan yang  dibangun dan dibentuk di Eropa, memiliki parlemen dunia yaitu United Nations (UN). Keraton Agung Sejagat memiliki International Court of Justice dan Defense Council. Pentagon adalah Dewan Keamanan KAS, bukan milik Amerika," 

Membacanya saja berhasil membuat penulis tertawa lepas. Namun, tawa itu diiringi dengan gerakan spontan mengurut dada. "Apakah manusia sekarang begitu mudah dibodohi? Sampai 425 orang mau mengikuti orang ini?" Fenomena ini lucu dan miris dalam waktu yang sama.

Akan tetapi, ada satu pernyataan menarik yang dikeluarkan dari mulut Raja Sejagat. Sebuah kalimat yang diutarakan untuk menggambarkan benang merah antara KAS dan Kerajaan Majapahit (Utamining dalam rmoljateng.com, 2020). 

"Keberadaan kami adalah menunaikan janji 500 tahun dari runtuhnya Kerajaan Majapahit tahun 1518. Wilujengan Keraton Agung Sejagat ini adalah untuk menyambut kehadiran Sri Maharatu (Maharaja) Jawa kembali ke Jawa." 

Pantas aja ratusan orang tersirep oleh KAS. Ternyata, Totok Santoso sebagai dalang penipuan menggunakan romantisme sejarah yang mistik-delusif sebagai landasan operandinya. Kerajaan Majapahit adalah nama yang membangkitkan memori masa lalu yang berkabut dan misterius bagi manusia Jawa. Sehingga, para korban merasa bahwa bergabung dalam KAS akan membuat mereka terlibat dalam mengembalikan memori itu. Mengikuti slogan kampanye Trump 2016, Make Nuswantoro Great Again.

Melihat hal ini, sejarah seperti terulang kembali. Pada tahun 1942, Nippon menipu rakyat Jawa menggunakan Jangka Jayabaya, supaya percaya bahwa Jepang adalah liberator, bukan penjajah. Di tahun 2020, rakyat Jawa kembali ditipu menggunakan nama Majapahit, supaya percaya bahwa Totok Santoso adalah penyelamat dunia, bukan penipu kelas kambing.

Untungnya, kekuatan media sosial berhasil menghentikan penipuan ini. Dua hari setelah konferensi pers tersebut, Sang Raja dan Ratu Sejagat diringkus polisi. Keduanya dijerat dengan pasal penipuan. Mendengar berita ini membuat banyak orang bernafas lega. Ternyata, ini baru pucuk dari gunung es kerajaan palsu di negeri ini.

Hari ini, publik kembali diguncang dengan kemunculan Sunda Empire. Namanya saja sudah lebih bombastis dari KAS. Apalagi isinya. Kekaisaran ini mengklaim sebagai penguasa 54 negara. Semuanya adalah bagian dari apa yang mereka sebut Sunda Nusantara. Wilayah tersebut dijalankan oleh sebuah pemerintahan sipil yang dipimpin Grand Prime Minister dan Gubernur Jenderal. Mirip seperti Persemakmuran Australia (Ramadhan dalam news.detik.com, 2020).

Begitu juga dengan pernyataan dari sang Grand Prime Minister. Lebih lucu dan keblinger lagi dibanding Sang Raja Sejagat. Ia menyatakan bahwa semua negara di dunia bergantung pada perizinan Sunda Empire. Belum lagi, muncul kalimat bahwa kerajaan pertama di dunia adalah Vatikan pada 15 Agustus 1945 dan Vatikan membentuk Inggris-Amerika. Padahal, Negara Kota Vatikan dibentuk pada 11 Februari 1929. Konyol sekaligus lucu, bukan?

Namun, bagian yang paling konyol dan lucu dari pengarahan Beliau adalah mengenai peran Sunda Empire dalam tatanan ekonomi global (Republika dalam ayobogor.com, 2020):

"Kita bisa mengampuni sistem penggunaan aset-aset bumi asal mereka ke Bandung mendaftar diri pada sistem imperium dunia namanya Kekaisaran Sunda Kekaisaran Matahari."

John Lennon bermimpi tentang persatuan dunia tanpa negara dan agama. White Lion berangan-angan soal persatuan dunia tanpa negara di bawah Tuhan. Para pendiri Sunda Empire memiliki visi persatuan dunia di bawah kekuasaan Grand Prime Minister dan Gubjen. Seakan-akan keduanya adalah demigod yang turun dari kahyangan sebagai pemilik semua sumber daya bumi.

Selanjutnya, romantisme sejarah juga ikut dibangkitkan dalam kerajaan palsu ini. Sama seperti KAS. Bedanya, jika romantisme sejarah KAS cenderung mistik-delusif, maka romantisme sejarah Sunda Empire adalah hasil cocoklogi. 

Masih ingat dengan UU Agraria (Agrarische Wet) 1870? Hukum pertanahan yang berlaku di Hindia Belanda itu dijadikan landasan legitimasi negara-negara yang berada di dalam Sunda Empire. Mereka seperti penyewa teritori yang harus memperbaharui kedaulatannya setiap 75 tahun sekali.

Mengapa 75 tahun? Sebab dalam UU itu, investor asing di Hindia Belanda dapat menyewa lahan untuk perkebunan sampai 75 tahun. Bayangkan, nation-states disamakan derajatnya dengan investor multinasional? Astaga. Siapapun yang membuat cocoklogi ini pikniknya kurang jauh.

Pantas saja Gubernur Ridwan Kamil mengatakan banyak orang stress. Ada-ada saja orang yang percaya akan kerajaan palsu. Sebuah mesin penipuan dengan romantisme sejarah yang ngawur dan ajakan yang penuh lelucon. Lelucon yang lama-lama tidak lucu dan berbahaya kalau terus bergaung di ruang publik.

Aparat penegak hukum tidak boleh lengah. Tumpas habis KAS dan Sunda Empire sampai akar-akarnya. Begitu juga dengan kita semua. Lain kali, jangan mau lagi ditipu sama yang beginian.

SUMBER

Youtube. Diakses pada 17 Januari 2020.

RMOL. Diakses pada 17 Januari 2020. 

Detik. Diakses pada 17 Januari 2020.

Ayo Bogor. Diakses pada 17 Januari 2020.

Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit di laman Qureta penulis. 

Link: https://www.qureta.com/next/post/kerajaan-palsu-lelucon-atau-romantisisme-sejarah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun