Parkir di halaman yang cuma cukup untuk lima sampai enam motor.  Turun dari motor dan melangkah ragu ke warung yang berdinding anyaman bambu itu.  Di dindingnya  ada dua bilah papan kayu dengan tulisan sederhana dari cat hijau tua yang sudah mulai pupus. Â
Tulisan yang semakin membuatnya ragu :Â warung mbah Harno, sepesial telang asin asam manis.
Memasuki warung yang ternyata bagian dalamnya ditata cukup artistik, ada lukisan jukung, perahu kecil dari kayu di atas sungai Barito. Ada ornamen patung bebek dari akar bambu, dan ada seorang bapak-bapak separuh baya sibuk di balik meja kayu. Â Beliau yang langsung berdiri, tersenyum menyambut pelanggan barunya.
"Pak, ini bener warung menyediakan ikan telang asam manis?"
"Benar sekali, mas"
"Tapi namanya.."
"Itu nama warung terdahulu, saya malas mengganti namanya, cuma menambahkan keterangan sedikit saja. Â Sudah sering begitu, banyak yang meragukan masakannya gara-gara nama warung itu" Jelasnya singkat sembari tertawa.
"Pesan satu porsi asam manisnya ya, pak" Lalu duduk, dan sebentar saja, potongan dadu ikan asin dalam mangkuk yang penuh kuah asam manis sedikit berminyak itu datang, nasi yang masih mengepulkan uap pun terhidang. Â Aroma khas masakan favoritnya memenuhi udara. Â
Hari sudah beranjak sore, tak perlu lama menghabiskan satu porsi makanan enak yang rasanya masih kurang. Â Lalu tiba-tiba, masuk sebuah pesan, mengingatkan akan pekerjaan yang tenggatnya nanti tengah malam. Â Buru-buru membayar makannya sembari bertanya.
"Pak, ini tutupnya jam berapa?"
"Ini sebentar lagi mau tutup, biasanya ya sekitar segini menjelang magrib tutupnya"
"Oalah, baik terimakasih ya, pak. Â Masakannya mantep!" Katanya sembari mengacungkan jempol.
"Terimakasih, mas. Â Sering-sering kemari".Â
Perut cukup kenyang, udara sore yang nyaman. Â Motornya kembali berbalik ke arah barat, melewati Babarsari, Seturan, sampai teringat akan suatu hal.
'Ikan pesanan perempuannya!'
Laju motornya berkurang, kepalanya mendadak sekan-akan terbagi menjadi tiga bagian, tenggat pekerjaan, ikan telang asam manis yang enak tapi warungnya sudah tutup, dan bayangan menyeramkan perempuannya yang sudah siap dengan sendok dan garpu di belakang pintu.
Duh. Tolong!