Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Curiosity Killed The Cat

6 November 2022   11:12 Diperbarui: 6 November 2022   11:24 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto sumur mata air Bebeng dari blog mblusuk.com

Farra memang terlihat keren sekaligus eksotis di atas Surly-nya..  kembali Dewi menggumam, sembari membanding-bandingkan dirinya dan Kougar-nya yang terparkir bersisian.  Sudah lewat tengah hari, tapi tak terasa panas.  Ketinggian Klangon yang lebih dari 1000 mdpl serta hijaunya pepohonan di sekitar bukit itulah penyebabnya. Walau begitu hatinya masih saja terasa sedikit panas. Halah.

Di dua bangku panjang mereka berjejer, masing-masing sibuk dengan mie goreng telornya. Indah sang leader, malah nambah minta nasi sama pemilik warung, untung baginya, masih ada satu porsi nasi yang sebenarnya jatah bapaknya yang katanya masih cukup kenyang dan mempersilakan untuk menghabisnkannya.  Leader mereka itu tersenyum lebar sambil anteng di pojokan sendirian.

Di ujung utara, Vitto malah tertawa-tawa dengan Farra, entah sedang membicarakan apa, dari gelagatnya sepertinya mereka tiba-tiba akrab karena satu kesamaan. Dewi masih memendam rasa penasaran dan rasa lainnya, seusai menghabiskan makan siangnya, dia pun berseru: "Kapan jadi ke Bebeng?"

"Bentar, toh. Sabar dikit, cah ayu.."  Adith yang menyahut sambil mengedipkan sebelah matanya dengan iseng.  Dewi manyun.
"Nanti bareng aja, bentar lagi.  Minum dulu, ini.."  Vitto sekarang yang buka suara, sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, isinya tinggal setengah.
'Pasti teh tawar' Tebak Dewi dalam hati.

Lima belas menit kemudian kemudian, baru mereka beranjak.  Tentu saja Adith dan Indah memimpin di depan, karena mereka saja yang tahu posisi persis mata air di tengah jurang yang kini dalamnya berkurang akibat erupsi Merapi.  Di belakangnya ada Farra dan Rassta, Worm si cacing dan Sakti, paling belakang sendiri Dewi dan Vitto tentu saja, seperti sengaja mengambil jarak beberapa meter dari rombongan terdepan.

"To.."
"Hm.."
"Farra.."
"Iya. Kenapa?"
"Kok, tadi jadi mendadak akrab?"
"Kok, kamu mendadak kepo?"  Balik bertanya sambil menatap jahil.
"To.."  Paras merajuk muncul di wajah Dewi..
"Hehe, iya iya.  Nanti aku ceritakan sesampainya di dasar jurang"

Tak sampai satu kilometer sampai akhirnya mereka menuruni satu per satu lereng yang mengarah ke jurang yang berpasir, sempat bingung mencari mata air yang dimaksud, sampai akhirnya justru Farra yang menemukan sebuah sumur kecil di tengah-tengah hamparan yang cukup gersang itu.

"Ada yang punya botol minum, ndak?"  Adith yang bertanya setengah berteriak.
Kembali, Farra yang menyodorkan botol minumnya, sembari bertanya.
"Untuk apaan, sih?"
"Konon, raup dari mata air ini bikin awet muda". Vitto yang menyambar, memberi penjelasan.
Farra tertawa.
Dewi diam saja. Manyun lagi.

Setelah empat lelaki yang ada bersusah payah membuka tutup sumur yang terbuat dari beton, Adith yang berusaha mengambil air di dalam sumur yang cukup dalam itu dengan peralatan seadanya, tak ada yang berhasil rupanya.  Dewi yang sedari tadi memperhatikan akhirnya angkat bicara.

"Sini botolnya, ngambil air gitu aja kok ndak bisa, sih"
Perlahan botol minum bekas air mineral yang diisi beberapa kerikil dan diikat dengan rafia diturunkan pelan-pelan oleh Dewi,  talinya kurang panjang rupanya.  Rasa penasaran membuatnya mengulurkan talinya semakin ke bawah dan tak terasa separuh badannya juga ikut masuk ke dalam sumur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun