Mohon tunggu...
Rd AdamJayamanggala
Rd AdamJayamanggala Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Lebih baik mencoba untuk gagal daripada gagal untuk mencoba.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Api Semangat

24 Februari 2021   09:42 Diperbarui: 24 Februari 2021   09:58 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Langit sangat gelap di pagi itu. Angin yang berhembus dari arah timur Padalarang seakan-akan membawa pesan bahwa hujan akan turun sangat lebat. Pepohonan di depan rumahku bergoyang-goyang tertiup angin dan menggugurkan dedaunannya. Pintu rumahku yang terbuat dari kayu pun ikut terseret. Engselnya yang kurang minyak berbunyi merengek. Aku berjalan ke teras rumah dan melihat keaadaan luar. Sangat sepi dan tidak ada orang yang berlalu lalang.  Orang-orang yang tadinya akan beraktivitas diluar rumah memutuskan untuk tidak jadi keluar rumah.


Suara air hujan yang jatuh ke genting rumah pun mulai terdengar. Benar saja hujan yang turun sangat deras. Aroma segar dan wangi yang khas, tercium olehku saat air hujan mengenai tanah. Lalu aku masuk ke dalam rumah dan pergi mengambil air wudhu untuk sholat dhuha. Ku putar keran air dan keluarlah air jernih untuk berwudhu. Kurasakan airnya dingin dan menyegarkan, lalu aku pun pergi ke kamar untuk sembahyang dan mengaji.


Setelah sembahyang dan mengaji aku pun berjalan ke ruang tengah. Di sana ada ayahku yang sedang menonton tinju dan ibuku yang sedang menjahit pakaian. "Sudah sholatnya Ga?" tanya ibu kepadaku yang baru keluar dari kamar. "Sudah Bu." Jawabku. Namun tiba-tiba aku teringat kepada tugas biologi ku yang harus dikumpulkan besok melalui e-mail. Aku pun bergegas ke kamarku dan mengerjakannya.


Dua jam berlalu, akhirnya tugas biologi ku selesai dan siap untuk dikirim. Hatiku tenang jika tugas sekolah satu persatu beres. Bagaikan hutang yang sedikit demi sedikit dapat terbayar. "Ga ini ada teh manis hangat dan roti panggang untukmu." Ibuku masuk ke kamarku memberikanku makanan. Memang pas, di kala dinginnya hujan, makanan dan minuman yang hangat sangat nikmat untuk di nikmati. "Terimakasih Bu." Jawabku.


Tingg, suara notifikasi dari handphone ku berbunyi. Aku yang sedang memakan roti panggang buatan ibu, langsung membuka handphone. Ternyata temanku Arsy mengirim pesan whatsapp.


"Assalamualaikum Arga."


"Waalaikumsalam"


"Abdi ngaganggu waktu arga teu?" tanya dia dengan bahasa setengah Sunda dan setengah Indonesia


"Henteu, ada apa Sy?"


"Arga, setelah lulus SMA, kamu mau lanjut kemana? Kuliah atau apa?." Tanya dia.


"Kalo aku mau jadi polisi Sy, Kalo kamu mau kemana?"


"Kalo aku InsyaAllah mau masuk ke kedinasan" jawab dia.


Dari situ, kami membahas banyak hal yang berkaitan dengan masa depan dan mempertanyakan apa saja yang sudah dipersiapkan untuk masa depan.


"Ga, kamu kan mau jadi polisi, apa aja yang udah kamu siapin buat ngejar cita-cita kamu?" Tanya dia kepadaku.


"Ya kalo persiapan sih baru sedikit, mulai dari persiapan fisik dan kesehatan aja." Jawabku kepadanya.


Pertanyaan demi pertanyaan saling kami lontarkan. Dan dari sejak itulah, aku lebih berambisi untuk mengejar cita-citaku untuk menjadi seorang polisi dan aku pun menemukan seseorang yang sejalan denganku.


Mendengar Arsy bercita-cita masuk ke kedinasan. Aku memiliki teman seperjuangan. Karena tes masuk polisi dan kedinasan tidak jauh berbeda. Seperti tes fisik, kesehatan, psikotes dan beberapa tes lainnya. Dengan begitu, aku bisa berlatih bersama untuk mewujudkan cita-cita kami.


Seiring berjalannya waktu, hari berganti hari. Aku bertemu Arsy dan dia mengajakku untuk berlatih bersama. Dia mengajakku untuk lari mengelilingi jalan perumahan.


"Ga, lari yu ah." Ajak dia dengan penuh semangat.


"Hayu aja, kapan?" tanyaku kepada dia "Jangan sore hari, suka hujan." Tambahku.


"Besok pagi gimana? Yang deket-deket aja, muter perumahan." Tawarannya sambil melihat jam tangan.


"Boleh Deh." Jawabku kepada dia dengan nada semangat.


Keesokan harinya, cuaca di pagi hari sangat cerah. Langit terlihat biru dan matahari yang menyinari bumi sangat terasa hangatnya. Aku pun bergegas menuju depan sekolah. Tepat berkumpul bersama Arsy sebelum kami berlari. Sesampainya di sana. Arsy mengajak salah satu teman kami yaitu Jonah. Ternyata dia juga ingin ikut olah fisik bersama kami.


"Eh ada Jonah." Sapaku kepadanya sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman. Bersalaman tangan lalu tos merupakan tradisi kami bersama teman-teman.


Sebelum berlari, kami melakukan pemanasan terlebih dahulu dan tak lama kemudian kami mulai berlari. Setelah sekian lama tidak olahraga, daya tahan nafasku tidak kuat lama. Baru saja beberapa ratus meter nafasku sudah terengah-engah. Sangat payah memang, tetapi tak apa, semuanya perlu proses untuk menjadi hebat dan tidak ada yang instan.


Satu keliling komplek pun sudah kulalui. Aku tertinggal jauh oleh Arsy dan Jonah. Mereka sudah istirahat dan menungguku di depan gerbang sekolah. Mereka mentertawakanku karena aku terlihat sangat lelah dan jalan pun seperti orang yang sedang mabuk. "Hahaha si arga lucu." Tawa jonah pecah saat melihatku kelelahan, padahal baru satu keliling komplek.


"Tak apa, semua nya juga butuh proses, nanti juga kamu akan terbiasa dan menjadi hebat." Kata Arsy memberikan semangat kepadaku.


"Iya Sy terimakasih ya, haduh cape" jawabku sambil terengah-engah.


Sambil meluruskan kaki, Aku dan Arsy berbicara tentang latihan selanjutnya dan sedikit berbicara mengenai tugas sekolah. Sementara Jonah sedang membeli minuman ke warung dan tak lama kemudian dia pun kembali.


"Selanjutnya kita latihan renang aja Yu" Ajakku kepada mereka.


"Hayu, dimana?" Tanya Jonah dengan nada penuh semangat.


"Kolam renang tirta abadi aja, murah di situ." Saran Arsy.


"Boleh deh, minggu depan ya." Kataku kepada mereka.


Minggu depannya, aku dan teman-temanku pergi ke kolam renang. Di sana kami belajar gaya renang yang baik dan pernafasan saat berenang. Aku pun mencoba beberapa gerakan dasar berenang dari ujung kolam ke ujung kolam lainnya. Tetapi, saat aku mengibaskan tanganku di tengah kolam. Tiba-tiba kakiku keram dan tidak bisa bergerak. Hal ini merupakan hal baru yang pernah kualami karena sebelumnya, aku belum pernah merasakan keram saat berenang.
Aku mencoba menenangkan diri tetapi aku tidak bisa mengontrol kepanikanku dan aku pun terus tenggelam. Petugas kolam renang yang sedang mengawasi. Terjun ke kolam untuk menyelamatkanku. Sontak seisi kolam renang terkejut melihat kejadian ini. Untungnya aku dapat terselamatkan oleh pahlawan yang ada di sana.


Karena kejadian itu, aku menjadi takut untuk kembali berenang. Namun perkataan Arsy , seolah-olah dapat menghipnotisku untuk berani "Segini aja udah takut, apalagi nanti saat pendidikan." Perkataan itu mengubah pola pikirku agar tidak terus terdiam dalam ketakutan. Aku harus terus mencoba dan memerangi rasa takut itu.


Sebulan kemudian sejak aku melatih diri. Rasanya masih banyak yang kurang dalam persiapanku ini. Rasanya, aku sangat haus akan persiapan untuk masuk polisi. Terbayang di dalam benakku, kedua orangtuaku bahagia mendengar kabar aku diterima menjadi siswa polisi, lalu kedua orangtuaku hadir di acara pelantikanku nanti. Sungguh, saat-saat itulah yang sedang kunantikan.


Kusadari, memang masuk polisi itu susah. Akan banyak sekali rintangan dan pengorbanan yang harus dilalui. Keringat, luka dan air mata, akan menjadi saksi perjuangan. Tetapi sesulit apapun rintangan yang akan datang, akan kuhadapi dengan penuh keyakinan dan usaha yang ekstra serta doa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.


Tingg, handphone ku berbunyi. Ternyata pesan dari grup whatsapp kelas yang berisi suatu kesempatan baik untukku. Pesan itu merupakan surat edaran program Binlat Polri tahun 2020 untuk siswa SMA dan sederajat. Pak Yudi selaku kesiswaan, melalui KM kelas mendata siapa saja yang akan mengikuti program tersebut.


Api semangatku mulai membara. Langsung ku tuliskan namaku di daftar peserta. Arsy dan Jonah pun mengikuti program tersebut. Kami bertiga menjadi tiga serangkai pejuang kedinasan. Selalu berlatih bersama dan bertukar informasi seputar kedinasan.


Satu hari sebelum seleksi Binlat Polri tahap 1. Aku, Arsy dan Jonah berlatih bersama. Saat itu temanku Darius ikut berlatih juga. Kami latihan lari 12 menit, Push up, Sit up, Shuttle run dan yang terberat adalah pull up. Saat mencoba Pull Up, terasa menegang otot-otot tanganku ini.
Terus berlatih memanglah melelahkan, tetapi pepatah berkata "Kalo belum lelah, ya belum sukses." Jadi, aku harus terus maju dan pantang mundur. Jangan ada kata menyerah. Ada orang tua yang harus bangga, dan ada masa depan yang harus cerah. Biarlah kerang ini merasakan sakit sebelum akhirnya menghasilkan mutiara.


Keesokan harinya, aku pamit kepada orang tuaku untuk pergi mengikuti seleksi binlat tahap 1.


"Bu, Pak, Arga pamit dulu ya, doain arga biar arga lolos sampe jadi anggota polri."


"Iya Nak, ibu sama bapak doain yang terbaik buat kamu ya." Doa ibu dan bapak untukku.


Tepat pukul 06.00 aku berangkat ke Polsek. Sebelumnya Pak Yudi dan Humas dari kepolisian mengintruksikan agar jam 07.00 tepat sudah berada di polsek. Oleh karena itu aku harus berangkat lebih pagi, agar aku tidak terlambat datang kesana. Di pinggir jalan aku menunggu angkot jurusan polsek. Keaadaan jalan saat itu, lumayan macet. Tanpa kusadari, waktu terus berjalan dan angkot yang akan ku tumpangi belum juga datang.


Waktu menunjukkan pukul 06.20. Karena angkot jurusan polsek belum juga datang. Kuputuskan untuk menaiki ojek pangkalan saja. Aku berjalan menuju pangkalan dan menaiki ojek untuk berangkat menuju polsek. Hatiku merasa tenang karena sudah mendapatkan kendaraan. Tetapi, saat aku melewati pasar. Jalanan begitu macet. Hiruk pikuk pasar yang khas meramaikan kondisi saat itu. Aku tertahan di kemacetan itu lumayan lama. Aku berfikiran aku akan terlambat sampai ke polres. Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 06.50.


Karena kendaraan tak bisa jalan, aku memutuskan untuk turun disitu karena polsek sudah lumayan dekat. Ku bayar ojek tersebut dan aku langsung berlari ke arah polsek. Aku berlari dengan begitu cepat dan yang ada dipikiranku saat itu hanyalah takut terlambat.


Akhirnya aku sampai di polsek. Di sana sudah ada sebagian teman-temanku. Arsy, Jonah dan Darius sudah ada disana. Mereka kaget melihatku kecapean. "Kunaon Ga?" Tanya Arsy. "Bieu, kajebak mact, jadi wh lumpat kadieuna." Jawabku. 

Datanglah seorang polisi dan menyuruh peserta untuk mengisi absen. Setelah mengisi absen, para peserta diperintahkan baris dan diberi amanat dari polisi sebelum para peserta berangkat ke tempat seleksi di Cikalong Wetan.


Selama perjalanan menuju tempat seleksi. Aku banyak berbincang dengan teman-temanku. Mereka menceritakan cita-cita mereka. Tidak hanya itu lawakan juga menghiasi perjalanan kami hingga tujuan. Tak lupa, aku selalu berdoa kepada Allah agar aku diberi kelancaran dalam mengikuti seleksi.


Sesampainya di tempat tujuan. Aku melihat banyak peserta dari sekolah-sekolah lain. Mereka berpenampilan layaknya CASIS. Ada dari mereka adalah atlet dan tentu saja memiliki fisik yang bagus. Sementara aku, hanya seorang anak SMA biasa yang kemampuan fisik pun masih merasa kurang. Tapi itu semua tidak menggoyahkan api semangatku. Aku tidak akan mundur dan akan terus maju.


Peserta pun diperintahkan baris untuk apel pembukaan. Amanat apel disampaikan oleh Kapolres setempat. Setelah apel, Peserta akan mengikuti Tes Kesehatan. Tes tersebut meliputi tes buta warna, tes rabun mata, tes THT, tes postur tubuh dan beberapa tes kesehatan lainnya. Peserta saling menunggu giliran saat itu. Tiba giliranku, aku menghembuskan nafas sejenak agar tetap tenang dan fokus. Aku menjalani semua tes nya dan dinyatakan boleh lanjut ke tes berikutnya. Tetapi Arsy, Jonah dan Darius tidak dinyatakan lanjut ke tes berikutnya. Mereka memberikan semangat kepadaku dan aku pun memberikan semangat kepada mereka.


Tes berikutnya adalah tes jasmani. Dalam tes tersebut aku harus berlari minimal 6 keliling lapangan sepak bola selama 12 menit. Push Up, Sit Up, Shuttle Run dan Pull Up. Aku mendapatkan no dada no 1. Saat berlari dibawah terik matahari, memang sangat melelahkan. Tapi tak apa, itu merupakan salah satu ikhtiar untuk mencapai kesuksesan. Kujalani saja dengan penuh semangat. Akhirnya aku menyelesaikan lari dengan jauh 6 keliling lapangan. Push Up 40 kali, Sit Up 32 kali, Shuttle Run 17 detik dan Pull Up hanya kuat 5.


Setelah tes fisik, diadakan apel penutupan sebelum peserta pulang ke rumah. Lalu para peserta pulang ke rumah masing-masing. Aku beserta rombongan dari sekolahku pulang ke Padalarang. Di jalan kami berbincang tentang tes tahap 2. Arsy, Jonah dan Darius pun meminta tolong kepadaku untuk membagikan ilmu apa saja yang akan aku dapatkan selama bimbingan dan tes selanjutnya. "Ga engk bjaan abi nya, naon wa nu kudu dipersiapkeun." Kata Jonah kepadaku. "Oke siap Nah." Jawabku.


Sesampainya di rumah, aku menceritakan semua pengalamanku kepada ibu dan bapak. Mereka sangat senang mendengarkan ceritaku. Dan sejak saat itulah aku harus mengubah kebiasaanku menjadi lebih disiplin untuk menjadi seorang polisi.


Hari-hari selanjutnya, aku mengisi hariku dengan terus latihan fisik dan menjaga kesehatan. Hingga akhirnya, aku mendapat panggilan untuk binlat tahap 2 di Polres. Ku siapkan segala persyaratannya dan kuhubungi temanku Irwan yang sama-sama akan mengikuti binlat tersebut.


Keesokan harinya aku pun berangkat ke polres bersama Irwan mengendarai sepeda motorku. Udara dingin pagi hari tidak mendinginkan api semangatku. Api semangatku terus berkobar dan akan terus berkobar. Tetapi di tengah perjalanan, ada saja halangan yang harus kulewati. Langit tiba-tiba mendung dan turun hujan sangat deras. Akhirnya aku menepi dan meneduh sampai hujan reda.


Karena hujan tak kunjung berhenti. Aku berfikir untuk menerobos hujan saja. Kebetulan aku dan Irwan membawa jas hujan. Akhirnya aku menerobos hujan dan sampai ke polres dalam keadaan selamat. Di sana sudah ada peserta dan teman-teman baru yang sudah lebih awal datang. Tak semua ku kenal, aku hanya mengenal sebagian dari mereka. Mereka adalah Braja, Nugros, Setiawan, Ma'ruf dan Rusli. Braja yang memiliki penampilan menarik, Nugros yang memiliki tampang tentara, Setiawan yang mudah berinteraksi dengan sesama, Ma'ruf yang selalu rendah hati dan Rusli yang sesikit pendiam tetapi memiliki hati yang sangat baik. Mereka sangat baik dan sangat menghargai teman-teman seperjuangannya.


Hujan pun reda, pertanda waktu untuk latihan dimulai. Peserta diperintahkan untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. Setelah itu berbaris 5 barisan untuk apel. Aku yang mendapatkan posisi baris paling depan menjadi sedikit gugup karena aku kurang bisa dalam baris berbaris.


"Semangat Pagi!!!" Teriak pembina apel.


"Pagi, pagi, pagi, Luar biasa!!!" Respon peserta.


"Selamat pagi anak-anak, Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia dan nikmatnya, kita dapat berkumpul dalam kesempatan ini dengan keadaan sehat. Sholawat dan salam kita panjatkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Anak-anak ku yang bapak banggakan, hari ini kita akan melaksanakan binlat tahap 2 yaitu Tes Kesehatan dan Latihan Fisik. Mengingat pentingnya Hal itu, diimbau kepada seluruh peserta untuk lebih serius dalam mengikuti segala tahapannya." Sambutan dari pembina apel.


Setelah itu, peserta menjalani tes kesehatan yang tidak beda jauh dengan tes kesehatan pada seleksi tahap 1 lalu peserta melaksanakan latihan fisik yaitu latihan lari. Peserta lari santai secara bersama-sama mengelilingi asrama selama 12 menit. Ku rasakan lari secara bersama-sama tidak terasa lelah. Kubayangkan aku sedang menjalani pendidikan polisi.


Peserta pun beristirahat sejenak setelah lari 12 menit. Selanjutnya peserta akan di ajarkan untuk melatih kecepatan dengan berlatih lari sprint mengelilingi komplek. Panitia pun mengintruksikan agar peserta membentuk kelompok. Aku berkelompok dengan Braja, Irwan, dan Nugros.


Putaran pertama saat melakukan sprint. Aku menyelesaikannya dengan baik. Walaupun sedikit kecapean, api semangatku belum padam. Putaran kedua, aku berlari secepat kilat dan hal yang tak diinginkan terjadi. Kakiku menendang polisi tidur hingga kakiku terasa sakit sekali.


 "Aduh!!!" teriakku.


"Kenapa Ga?" Tanya Braja


"Ini, aku tidak sengaja menendang polisi tidur."

Jawabku sambil berusaha membuka sepatu
Sejenak aku istirahat dan membuka sepatuku. Ternyata kuku ku berubah warna menjadi ungu. Kalau kata orang tuaku yang begitu namanya getih wuwungan. Kurasakan memang sakit tetapi aku masih bisa berdiri. Panitia pun menanyakan apakah masih bisa lanjut atau sudah saja. Dan aku memutuskan untuk lanjut. Perjuangan itu memang lahir dari keringat, luka dan air mata. Dan aku akan menghadapi semua itu.
Putaran ketiga pun dimulai. Aku mulai berlari secepat yang aku bisa, tetapi kali ini gerakanku melambat karena salah satu kakiku cedera. Dan akhirnya seluruh kegiatan hari itu selesai dan berakhir. Seluruh peserta dipersilakan untuk pulang.


Sesampainya di rumah, aku langsung menaruh tas ku dan beristirahat di teras rumah. Semilir angin yang menyejukkan tubuh memang sangat segar kurasakan. Dan suara aliran air dari sumur pun sangat menenangkan pikiran. Aku bercerita kepada ibuku, apa saja yang telah kulalui hari ini.
Seminggu kemudian, pengumuman tentang seleksi Binlat Supervisi di Purwakarta di umumkan. Momen inilah yang menjadi penentu bagi peserta apakah peserta lanjut atau tidak. 

Persiapan kali ini sangat banyak hingga aku harus menghadapi panas dan hujan untuk mengumpulkan perlengkapan yang harus dibawa. Aku terus berlatih dan berdoa agar saat seleksi di Purwakarta ini, aku mendapatkan yang terbaik.


Pagi itu, di hari yang cerah, langit yang sangat biru dihiasi oleh awan-awan kecil. Tepat pukul 06.30. Aku dan Peserta binlat lainnya berkumpul di polres dan pergi ke Purwakarta menggunakan bus. Kami melewati jalan tol Cipularang. Sepanjang jalan, gunung, sungai dan jembatan kereta menjadi pemandangan yang indah. Diiringi lagu manuk dadali yang diputar dalam Bus. Sangat cocok untuk membuat peserta tidak gugup untuk menghadapi seleksi.


Setibanya di Purwakarta. Kami di pertemukan dengan peserta dari polres lain. Di sana kami diseleksi secara bergantian per polres masing-masing. Kebetulan, rombongan peserta dari polresku mendapatkan giliran terakhir.


Akhirnya giliran polres kami pun tiba. Perasaan gugup selalu mengiringi dalam setiap langkahku. Namun aku ingat pesan ibu, aku harus tenang dan banyak berdoa. Tes demi tes telah kulalui, rasa campur aduk kala itu benar-benar terasa. Pengumuman hasil dari acara tersebut akan diumumkan seminggu kemudian.


Seminggu Kemudian, tibalah saat pengumuman hasil dari seleksi binlat supervisi di purwakarta. Dan saat kulihat daftar yang lolos. Namaku tidak ada disitu. Aku dinyatakan gagal dan tidak bisa mengikuti binlat selanjutnya. Perasaan kecewa dan sedih sangat terasa saat itu. Api semangatku perlahan meredup. Ibu dan bapakku yang mengetahui aku gagal, mereka terus menyemangatiku dengan kata-kata yang indah "Gapapa Ga, kegagalan itu akan selalu ada. Tapi kita harus bangkit dari kegagalan itu. Jatuh, bangkit lagi." Kata Ayahku.


Kegagalan kala itu, memang membuatku kecewa dan hampir mematikan api semangatku. Aku yang berkeinginan tinggi menjadi seorang polisi. Harus gagal dalam bimbingan ini. Rasanya makan pun tak sedap, tidur pun tak nyenyak.


Tetapi, kala itu aku ingat. Pendaftaran untuk menjadi polisi bukan kemarin, kemarin hanya seleksi untuk Menjadi siswa bimbingan calon polri. Pada bulan maret tahun depan lah, penerimaan anggota polri yang sebenarnya. Orang Tua, Saudara dan Teman-temanku tak henti-hentinya memberikanku semangat. "Ayo ga, kamu pasti bisa. Kesempatan masih banyak. Sekarang kamu hanya perlu mempersiapkan dan memperbaiki kekurangan kamu saat binlat kemarin. Kalo kamu sudah siap dan kesempatan itu ada, percayalah, kesuksesan sudah ada di dalam genggamanmu." Kata pamanku yang berusaha memotivasiku untuk bangkit.


Akhirnya aku berfikir. Untuk apa berlarut-larut dalam kekecewaan. Untuk apa terus menerus terpuruk dan patah semangat. Lebih baik aku bangkit dan tunjukan bahwa di balik kegagalan pasti akan ada kesuksesan. Kesuksesan merupakan kesiapan yang bertemu kesempatan. Saat ada kesempatan, jika aku sudah sangat siap. Aku percaya, akan lebih mudah untuk menggapai kesuksesan.


Hari-hari berikutnya, aku berlatih lebih keras. Dibawah teriknya panas matahari aku berlatih berlari 12 menit. Aku juga di temani oleh Arsy dan Jonah. Mereka memang teman yang sebenarnya teman. Tertawa bersama dan menangis pun bersama-sama. Usahaku pun tak luput dari doa. Apalah arti usaha tanpa doa dan doa tanpa Usaha. Dengan usaha yang baik, berdoa pun harus baik.


Akhirnya, kesempatan ditunggu-tunggu pun tiba. Hari dimana perekrutan untuk menjadi seorang Polri telah tiba. Kukencangkan tali ikat pinggangku, kusingsingkan lengan bajuku, kukobarkan api semangatku untuk menghadapi seleksi ini. Karena aku telah memiliki bayangan selama binlat dulu, aku menjadi lebih paham tentang seleksi ini. Aku juga memberitahu teman-temanku, bagaimana tips yang baik untuk mengikuti seleksi.


Seleksi demi seleksi kulalui dengan penuh semangat. Mulai dari seleksi kesehatan, fisik, psikotes dan beberapa tes lainnya. Aku lebih berhati-hati dalam bersikap. Karena sikap pun menjadi penilaian selama seleksi ini berlangsung. Begitu juga dengan kedua teman baikku. Arsy dan Jonah pun memiliki bayangan dalam seleksi ini. Mereka sering mendengarkan cerita-cerita dariku hingga mereka paham.


Hari Pengumuman pun tiba, dimana hari itu merupakan hari penentuan. Akankah cita-citaku sebagai seorang polisi tercapai. Aku terus berdoa kepada tuhan dan aku juga meminta doa kepada kedua orang tuaku agar anak satu-satunya bisa menjadi seorang polisi.


Tibalah aku di tempat pengumuman. Perasaan deg-deg an terus menyelimuti hati ini. Ribuan orang berkumpul disana dengan satu harapan. Berharap namanya untuk dipanggil untuk lanjut pendidikan. Aku tak banyak bicara kala itu. Hanya doa saja yang terus kuucapkan dalam hati.


Saatnya pengumuman. Satu persatu casis dinyatakan lolos untuk lanjut pendidikan. Namun namaku belum juga disebutkan. Aku terus berdoa kepada tuhan. Agar aku bisa lanjut ke pendidikan dan membawa kabar gembira untuk orang tua di rumah.


Kudengar nama Arsy, Jonah dan Irwan, disebut untuk lanjut ke pendidikan.


"Arsy Akbar"


"Siap!!!" Teriak Arsy


"Jonah Reeves"


"Siap!!!" Teriak Jonah


"Irwan Awaludin"


"Siap!!!" Teriak Irwan


Aku bahagia mendengar nama-nama sahabatku dipanggil untuk lanjut ke pendidikan. Namun perasaan gundah dan gelisah terus menyelimuti hatiku karena namaku belum dipanggil juga. Aku hanya bisa menutup mata karena nama-nama terakhir casis yang lolos sedang disebutkan.


"Arga Dirgantara"


Aku terkejut, namaku disebut. Langsung ku teriakkan kata siap untuk lanjut ke pendidikan dan berlari meninggalkan barisan. Sahabat-sahabatku memelukku karena kami semua dapat lanjut pendidikan bersama-sama. Kami semua sujud syukur kepada Tuhan dan tak sabar mengabarkan berita bahagia ini kepada orang tua di rumah. Rasanya apii semangatku untuk pendidikan sudah membakar seluruh jiwa ragaku.


Pengumuman pun selesai. Semua peserta pulang ke rumahnya masing-masing. Ada yang semangat dan bergairah dan ada juga yang sedih karena rezeki mereka tidak dinyatakan lolos pada seleksi tahun ini. Disana kami saling memberi semangat. Mungkin sekarang belum rezeki mereka. Mungkin tahun depan rezeki mereka ada disini. Karena tidak semua bunga bersemi bersama-sama.


Aku pun sampai dirumah. Ibu dan Bapak sudah menunggu di depan rumah. Aku pun berlari kepada mereka dan langsung memeluk mereka. Aku menyatakan aku lolos kepada mereka. Mereka menangis bahagia dan sujud syukur kepada Tuhan. Memang hari ini adalah salah satu hari yang sangat bahagia dalam hiduku. Aku diterima untuk lanjut ke pendidikan polri. Begitu juga dengan sahabat-sahabatku. Mereka juga diterima untuk lanjut ke pendidikan polri.


Sekarang aku sadar. Proses tidak akan mengkhianati hasil. Optimis, Ikhtiar dan Doa harus selalu kita pegang dalam perjuangan. Tak lupa juga ridho dari orang tua. Karena ridho orang tua merupakan ridho Allah juga. Jika kita gagal, bangkit lagi. Jika kita jatuh, berlarilah lagi. Lebih baik mencoba untuk gagal daripada gagal untuk mencoba.


Tamat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun