Mohon tunggu...
RayhanTirtaNugraha
RayhanTirtaNugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

Menuliskan Refleksi

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Alasan Mengapa Thrifting Digemari Pada Saat Ini?

8 Januari 2022   17:59 Diperbarui: 8 Januari 2022   19:14 4719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini fenomena belanja baju bekas atau yang biasa disebut thrifting sedang digemari oleh khalayak ramai terkhususnya pada kalangan muda mudi saat ini. Awalnya thrift shopping merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris, kata "Thrift" mempunyai arti yaitu kegiatan untuk meminimalisir atau mengurangi pemborosan keuangan. Sedangkan "Shopping" adalah kegiatan membeli barang. Jadi thrifting adalah kegiatan yang bertujuan untuk  penghematan dan biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin. Smitha (dalam Ronaldo Panjaitan, 2018) sebenarnya kegiatan thrifting ini sudah ada dari jaman dulu, yaitu dari masa 1300 pertengahan. Ketika itu di Eropa terjadi tekanan ekonomi yang sangat serius, meningkatnya populasi, terjadinya pemberontakan politik juga sosial, dari itu kegiatan jual beli barang bekas terutama pakaian bekas menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan pakaian. 

Saat ini thrifting muncul dikarenakan oleh maraknya industri pakaian yang menghasilkan model model pakaian baru dengan harga yang bervariasi sehingga dapat menjangkau berbagai lapisan sosial. Biasanya model pakaian silih berganti disetiap pergantian musim dan tahun. Selain itu fashion dapat mempresentasikan karakterisik yang mengenakannya seperti vintage, bohemian, street, style, chic, casual hingga grunge. Design warna serta bahan faktor yang menjadikan melimpahnya produksi pakaian baru setiap harinya. Cepatnya pergantian trend membuat industri pakaian menciptakan fenomena fast fashion. Fast fashion meningkat dan pola konsumsi pakaian yang tinggi membuat produksi besar besaran pada produk produk pakaian. Perubahan trend yang cepat pada fast fashion menurut (Baudrillard,2011:32) memunculkan kelimpahruahan. Maka dari itu untuk menangani krisis penjualan dan pasar baru dalam hal ini adalah pakaian bekas (Thrifting).

Membeli pakaian bekas saat ini menjadi cara bagi para muda mudi dalam memenuhi kebutuhan pakaian juga dapat menunjang kebutuhan penampilan mereka dengan mengenakan pakaian bermerek namun dengan harga yang jauh lebih murah. Selain itu thrift shop kini juga dapat dengan mudah ditemukan terlebih pada kota kota besar seperti Yogakarta, Denpasar, Jakarta dan masih banyak yang lainnya. Dengan perkembangan zaman yang makin maju dan canggih kini thrift shop dapat juga di jumpai melalui media sosial seperti Instagram, Tik tok, bahkan online shop sekalipun seperti Shopee. Tidak diragukan lagi mengapa kini thrifting makin digemari sebab thrifting kini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja karena perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih.

Bagi para pelaku thrifting mereka menganggap pakaian bekas dapat memberikan nilai nilai, seperti nilai guna bahkan nilai simbol bagi orang orang yang membutuhkan pakaian pakaian untuk kebutuhan sehari hari bahkan ketika menghadiri acara tanpa harus membeli pakaian baru yang hanya digunakan sesekali dengan harga yang lebih mahal. Ekonomi juga menjadi faktor alasan utama mengapa mereka lebih memilih membeli pakaian bekas karena harganya yang jauh lebih murah dan terjangkau, dan selain karena harganya yang murah dan terjangkau thrifting ini dilakukan untuk mendapatkan barang barang atau pakaian pakaian yang unik dan berbeda dari yang lain. Karena harganya murah keberadaan thrifting menjadi solusi untuk membantu menekan pengeluaran dalam konsumsi kebutuhan pakaiannya.

Dilain sisi mereka para pelaku thrifting ini menjadikan thrifting sebagai kesempatannya untuk mempunyai produk atau barang yang bermerek dengan harga yang jauh lebih murah tentunya. Keberadaan thrift shop membuat mereka dalam mengenakan merek fast fashion seperti Uniqlo dengan harga yang murah namun kualitas masih bagus. Orientasi konsumen pada pakaian bekas bermerek menunjukkan adanya keinginan masyarakat untuk menempatkan diri pada kelas sosial tertentu. Seperti pada saat ini zaman yang semakin berkembang modern tak khayal gengsi dalam bersosial pun semakin tinggi dan meningkat seperti saat ini orang orang cenderung membeli sesuatu sesuai dengan keinginannya bukan sesuai dengan kebutuhannya, saat ini mayoritas orang orang lebih mengedepankan nilai simbol dibandingkan dengan nilai gunanya.

Baudrillard, Jean. (2011). Masyarakat Konsumsi. (Wahyunto, Penerjemah). Bantul: Kreasi Wacana.

Gusti Ayu Yogiana Prabaswari, dkk. Produksi Risiko Industri Fast Fashion Dalam Fenomena Thrifting Di Kota Denpasar, 61120-1249-156011-1-10-20200623.pdf

Ratisa Y Dewi. Fenomena Thrift Shopping Fashion Di Kalangan Remaja, UNIKOM_Ratisa%20Y%20Dewi_12.%20BAB%202.pdf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun