Banyak orang mendukung atau menonton pertunjukan monyet karena tidak tahu penderitaan di baliknya. Kampanye edukatif lewat media sosial, sekolah, hingga komunitas bisa mengubah pola pikir. Misalnya, dengan menekankan bahwa monyet bisa menularkan penyakit berbahaya, atau bahwa mereka mengalami stres berat dalam penangkaran.
- Rehabilitasi dan Pelepasliaran Satwa
Monyet korban eksploitasi membutuhkan waktu lama untuk pulih. Pusat rehabilitasi perlu diperkuat, baik dari segi fasilitas, tenaga medis, maupun dukungan dana. Setelah sehat dan kembali menunjukkan perilaku alami, monyet dapat dilepasliarkan ke habitatnya. Proses ini bukan hanya menyelamatkan individu, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.
- Penguatan Ekowisata Berbasis Konservasi
Alih-alih menjadikan monyet sebagai tontonan di jalanan, daerah bisa mengembangkan ekowisata yang menampilkan primata di habitat aslinya. Dengan pengelolaan yang baik, ekowisata bisa memberi pemasukan ekonomi bagi warga sekaligus menjaga kesejahteraan satwa.
Eksploitasi monyet ekor panjang dan beruk di Indonesia adalah cermin dari hubungan timpang antara manusia dan satwa. Mereka dipenjara, disiksa, dan dieksploitasi demi hiburan atau keuntungan sesaat. Namun, dampak baliknya juga nyata: risiko kesehatan, kerusakan ekosistem, dan hilangnya nilai kemanusiaan dalam memperlakukan makhluk hidup lain.
Masa depan konservasi primata bergantung pada keberanian kita untuk berubah: menolak eksploitasi, mendukung penegakan hukum, serta menumbuhkan empati terhadap satwa. Pada akhirnya, cara kita memperlakukan monyet dan beruk bukan hanya soal satwa itu sendiri, tetapi juga tentang siapa kita sebagai bangsa yang menghargai kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI