Filsafat Pendidikan sebagai Studi Teoritis dan Praktis: Relevansi dan Implementasinya dalam Pendidikan Indonesia
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan suatu bangsa. Di dalamnya terkandung nilai-nilai, tujuan, serta strategi yang mengarahkan proses pembelajaran agar manusia dapat berkembang secara optimal. Namun, pendidikan tidak dapat berdiri sendiri tanpa dasar filosofis yang menjadi fondasinya. Oleh karena itu, filsafat pendidikan hadir untuk memberikan arah, makna, dan kerangka konseptual yang mendalam mengenai apa, mengapa, dan bagaimana pendidikan dijalankan.
Filsafat pendidikan dapat dilihat dari dua dimensi besar, yakni sebagai studi teoritis dan sebagai studi praktis. Dimensi teoritis berfungsi untuk merumuskan prinsip-prinsip mendasar tentang pendidikan melalui pendekatan konseptual, reflektif, dan kritis. Sementara itu, dimensi praktis menitikberatkan pada penerapan nilai-nilai filosofis dalam kebijakan, kurikulum, metode pembelajaran, serta praktik pendidikan sehari-hari.
Di Indonesia, urgensi filsafat pendidikan semakin terasa ketika bangsa ini dihadapkan pada tantangan globalisasi, perkembangan teknologi, serta perubahan sosial yang sangat cepat. Pendidikan tidak cukup hanya menekankan pada penguasaan pengetahuan kognitif, tetapi juga harus memperhatikan pembentukan karakter, nilai moral, dan keterampilan hidup. Artikel ini akan mengkaji peran filsafat pendidikan dalam dua perspektif utama---teoritis dan praktis---serta bagaimana keduanya dapat bersinergi untuk menghadirkan sistem pendidikan yang relevan, kontekstual, dan humanis.
Pendidikan sebagai sebuah sistem tidak pernah lepas dari masalah yang kompleks. Salah satu permasalahan mendasar adalah bagaimana merumuskan arah pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan manusia sekaligus relevan dengan perkembangan zaman. Tanpa dasar filosofis, pendidikan akan kehilangan jati diri dan hanya berfokus pada aspek teknis.
Di sisi lain, persoalan praktis dalam pendidikan seperti kurikulum yang terlalu padat, metode pembelajaran yang kaku, peran guru yang sering terjebak sebagai "pengajar materi" semata, serta kebijakan yang tidak konsisten, menjadi tantangan nyata dalam dunia pendidikan. Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan antara idealisme pendidikan yang diimpikan dengan realitas yang dihadapi di lapangan.
Filsafat pendidikan hadir untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Sebagai studi teoritis, ia mengajarkan kita untuk kembali pada hakikat pendidikan, manusia, dan pengetahuan. Sebagai studi praktis, ia memberikan panduan untuk mengaplikasikan nilai-nilai filosofis dalam kebijakan, strategi pembelajaran, serta praktik sosial. Dengan demikian, filsafat pendidikan berperan penting dalam membangun sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pengembangan nilai-nilai kemanusiaan.
Filsafat Pendidikan sebagai Studi Teoritis
Filsafat pendidikan dalam dimensi teoritis berupaya untuk memahami pendidikan secara konseptual dan reflektif. Ia tidak semata-mata membicarakan prosedur teknis, melainkan menggali hakikat terdalam dari pendidikan.
Ciri-ciri Studi Teoritis
Beberapa ciri utama filsafat pendidikan sebagai studi teoritis antara lain:
- Sistematis: filsafat menyusun kerangka berpikir yang logis, koheren, dan runtut.
- Radikal (Mendasar): berusaha meneliti pendidikan sampai ke akar permasalahan, tidak berhenti pada gejala permukaan.
- Spekulatif: membuka kemungkinan-kemungkinan pemikiran abstrak, meskipun tidak selalu dapat diuji secara empiris.
- Universal: membicarakan pendidikan dari berbagai aspek, baik moral, spiritual, sosial, maupun budaya.
- Kritis: mempertanyakan asumsi dasar yang sering diterima begitu saja dalam praktik pendidikan
Ruang Lingkup Kajian Teoritis
- Ontologi: mengkaji hakikat pendidikan, manusia sebagai peserta didik, dan realitas yang melatarbelakanginya.
- Epistemologi: membahas hakikat pengetahuan, sumber, dan proses belajar-mengajar.
- Aksiologi: menelaah nilai, tujuan, dan etika pendidikan.
- Normatif: menetapkan arah pendidikan ideal.
- Analitis-kritis: mengevaluasi teori dan praktik pendidikan.
Fungsi Teoritis
Fungsi utama filsafat pendidikan dalam ranah teoritis adalah:
- Menjadi landasan filosofis bagi teori dan praktik pendidikan.
- Menguji kembali asumsi, metode, serta tujuan pendidikan.
- Melahirkan inspirasi dan pemikiran baru mengenai arah pendidikan.
- Menghubungkan pendidikan dengan disiplin ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, ekonomi, dan budaya.
Dengan memahami filsafat pendidikan sebagai studi teoritis, kita dapat memperoleh kerangka konseptual yang menjadi fondasi bagi segala keputusan dalam dunia pendidikan.
Filsafat Pendidikan sebagai Studi Praktis
Dimensi praktis filsafat pendidikan menekankan bagaimana gagasan filosofis diterapkan dalam realitas dunia pendidikan. Ia membimbing tindakan nyata dalam proses pembelajaran, kebijakan pendidikan, dan kehidupan sosial.
Ciri-ciri Studi Praktis
- Normatif-aplikatif: menjadi dasar dalam perumusan kebijakan dan strategi pembelajaran.
- Kontekstual: menyesuaikan dengan persoalan nyata masyarakat.
- Problem-solving: digunakan untuk menyelesaikan masalah pendidikan.
- Transformasional: mengarahkan pendidikan sebagai sarana perubahan sosial dan moral.
- Integratif: menghubungkan teori filsafat dengan kebutuhan peserta didik
Ruang Lingkup Praktis
- Tujuan Pendidikan: disusun sesuai kebutuhan individu dan masyarakat. Contoh: pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
- Kurikulum: ditentukan oleh aliran filsafat, misalnya progresivisme yang menekankan kurikulum berbasis pengalaman.
- Metode Pembelajaran: pragmatisme melahirkan metode belajar aktif, sedangkan eksistensialisme menekankan kebebasan siswa.
- Peran Guru dan Peserta Didik: guru sebagai pembimbing (tut wuri handayani), siswa sebagai subjek aktif.
- Kebijakan Pendidikan: filsafat memberi arah pada kebijakan, misalnya gagasan Tri Pusat Pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara.
Fungsi Praktis
- Membentuk identitas profesional guru.
- Menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas.
- Mengembangkan kurikulum yang relevan.
- Membantu penyelesaian masalah pendidikan dengan sikap kritis dan reflektif.
Dengan demikian, filsafat pendidikan tidak hanya berhenti pada gagasan, melainkan juga menggerakkan praktik nyata dalam dunia pendidikan.
Sinergi antara Studi Teoritis dan Praktis
Kedua dimensi filsafat pendidikan ini tidak dapat dipisahkan. Teori tanpa praktik akan menjadi abstrak dan jauh dari realitas, sedangkan praktik tanpa teori akan kehilangan arah dan dasar filosofis.
Di Indonesia, sinergi keduanya dapat dilihat dalam berbagai kebijakan pendidikan, seperti Kurikulum Merdeka yang menekankan kebebasan belajar, penguatan karakter, dan pembelajaran berbasis proyek. Landasan filosofisnya berakar pada nilai-nilai Pancasila, humanisme, dan progresivisme. Sementara itu, penerapan praktisnya diwujudkan melalui pembelajaran kontekstual, proyek sosial, serta integrasi teknologi dalam proses belajar-mengajar.
Selain itu, filsafat pendidikan juga berperan dalam mengatasi persoalan global seperti degradasi moral, krisis lingkungan, dan kesenjangan sosial. Dengan memadukan teori dan praktik, pendidikan dapat diarahkan menjadi sarana transformasi manusia yang berdaya saing sekaligus berkarakter.
Filsafat pendidikan sebagai studi teoritis dan praktis memiliki kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dalam dimensi teoritis, ia menggali hakikat pendidikan, menelaah nilai-nilai, serta memberikan kerangka konseptual yang logis, mendasar, dan kritis. Dalam dimensi praktis, ia membimbing kebijakan, kurikulum, metode pembelajaran, serta peran guru dan peserta didik dalam kehidupan nyata.
Keduanya tidak bisa dipisahkan. Teori tanpa praktik akan kehilangan makna, sementara praktik tanpa teori akan kehilangan arah. Oleh karena itu, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mengintegrasikan keduanya sehingga tercipta sistem yang berakar pada nilai-nilai filosofis namun tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam konteks Indonesia, filsafat pendidikan berperan dalam memperkuat identitas bangsa, mengarahkan kebijakan berbasis Pancasila, serta membentuk manusia yang berpengetahuan, bermoral, dan bertanggung jawab. Dengan pemahaman mendalam terhadap filsafat pendidikan, kita dapat membangun pendidikan yang bukan hanya mencetak individu cerdas, tetapi juga manusia yang utuh dan berkarakter.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI