Cengkih, pala, dan bunga pala terdapat di Indonesia Timur hingga sampai ke Eropa melewati jalur perdagangan Maluku sampai ke Laut Tengah. Tahun 1500, cengkih ditanam di Ternate, Tidore, Makian dan Motir di pantai barat Halmahera dan Bacan. Abad keenam belas meluas keselatan, yakni ambon, dan Seram. Abad ketujuh belas kepulauan selatan pusat produksi utama.Â
Sekitar tahun 1400 ekspor rempah-rempah Maluku ke Cina dan Eropa melonjak, meluas selama abad kelima belas. Selain itu Lada memiliki nilai ekspor Asia Tenggara terpenting sekitar abad keenam belas dan ketujuh belas.Â
Sebelum abad ketujuh belas, Cina menjadi pasar terpenting untuk mata dagang Asia Tenggara. Pada tahun 1640, puncak harga lada tinggi sekitar 6.500 ton lada dengan harga 9 real sepikul, menurut harga lokal sekitar satu juta real atau 25 ton perak setahun.
Bagian II, Membahas tentang Kota dan kegiatan dagangnya, menjelaskan zaman pertumbuhan kota yang berkelanjutan, dimana perdagangan menjadi awal munculnya kota dagang, Malaka sebagai kota pelabuhan dan jaringan perdagangan. Kegiatan perdagangan tergantung pada musim angin yang menentukan jatuhnya hujan. Orang Eropa menyebutnya sebagai monsoon mengenai angin di Asia Tropis.Â
April sampai Agustus angin bertiup ke Utara menuju daratan Asia, Desember sampai Maret angin bertiup ke Selatan, dari daratan Asia ke Samudera Hindia dan laut Cina Selatan. Angin dapat menentukan pola maritim Asia. Pelayaran berdasarkan pada musim mengakibatkan berkembangnya pelabuhan, karena para pedagang dapat menunggu pergantian musim atau kedatangan rekan dagangnya.Â
Pada abad kelima belas Pasai (Sumatera Utara) dan Melaka menjadi pelabuhan perantara, melintasi Semenanjung Malaya. Batavia sekitar tahun 1650 menjadi milik Belanda, memegang peranan dalam perdagangan antar Asia, seperti Melaka pada tahun 1500. Tahun 1570-1630 puncak perdagangan, sehingga meningkatnya urbanisasi, berkembangnya kota-kota dan bermunculan kota-kota baru.Â
Pada abad ke-16 dan ke-17 adanya benteng kota untuk menghindari serangan angkatan laut Eropa, 1550 dan 1600 kota di Jawa, seperti Banten, Jepara, Tuban, Pati, dan Surabaya, semua memiliki pagar, sebagai benteng pertahanan.
Bagian III, Membahas tentang, Revolusi Agama. menjelaskan bahwa pada akhir abad ke-13 dan abad ke-14, Islam telah membangun komunitas-komunitas niaga di kota-kota pelabuhan di Sumatera Utara, Jawa Timur, Campa, dan Pantai Timur Malaya. "Pada tahun 1297, Pasai negara Muslim, mewajibkan agar penduduk menguasai bahasa Arab.
Keberhasilan Islam terjadi pada tahun 1400 dan tahun 1650. Abad ke-15 Melaka menjadi kota pelabuhan terbesar sehingga mendorong penyebaran Islam keseluruh wilayah pesisir Semenanjung Malaya dan Sumatera Timur. Sehingga menjadi jalur perdagangan rempah-rempah, pantai Utara pulau Jawa, Maluku, Brunei dan Manila.Â
Sedangkan periode islamisasi dan kristenisasi terjadi bertepatan dengan puncak kurun niaga yaitu membanjirnya perak tahun 1570-1630. Manila direbut Spanyol 1571, hampir semua penduduk Pulau Luzon menerima agma Kristen sekitar tahun 1620 dan Visayas di tahun 1650, perubahan agama terjadi dalam sejarah Misi kristen ke Indonesia dan Vietnam.
Dalam kurun waktu ini juga terjadi permusuhan Islam-Kristen yang mengotak-ngotakan solidaritas internasional perdagangan agar memihak salah satu agama. Islam diterima oleh penguasa Mataram (Jawa Tengah), Sulawesi Selatan, Buton, Lombok, Sumbawa, Mindanao, Kalimantan Selatan. Kerajaan Islam seperti Aceh, Johor, Patani, Banten. dan Ternate mengembangkan kekuasaan kedaerah pedalaman agar penduduk memeluk Isam.Â