Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tiga Mutiara Baru Pariwisata Papua

22 Desember 2016   16:38 Diperbarui: 23 Desember 2016   11:14 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan surveyor dan pelestari lautan Teluk Wondama, November 2016. (dok.pri.)

November lalu saya tiba di Papua, mengunjungi tempat-tempat wisata yang belum dikelola sempurna. Tempat yang sejuk, dengan alam apa adanya. Salah satu provinsi dengan kehidupan paling akrab dengan gunung dan lautnya. 

Orang masih menombak ikan dan menganyam pakaian dari serat-serat hutan. Ditemani derai ombak dan angin sejuk jelang Natal menggelayut turun dari perbukitan sagu, saya merapat ke pelabuhan Teluk Wondama, satu kabupaten di Papua Barat yang menghadap langsung Cekungan Kepala Burung. Teluk Wondama termasuk kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, lautnya menghampar ke selatan, bukitnya ditutupi hutan tropis, dan beberapa distriknya dihiasi gugusan pulau vulkanis.

Perjalanan menuju Teluk Wondama ditempuh dengan transportasi laut. Setelah mendarat di Manokwari, kita menempuh perjalanan laut 5 jam ke arah tenggara. Kapal yang melayani rute Manokwari-Teluk Wondama ada  dua jenis. Pertama adalah Kapal Express setiap Rabu (MKW-WSR) dan Minggu (WSR-MKW). Kapal ini berangkat pukul 11:00 dan tiba di Pelabuhan Wasior, ibukota Wondama pukul 17.30 WIT. Yang kedua adalah kapal besar setiap Jumat dan Kamis sore dengan waktu tempuh lebih lama: sekitar 12 jam.

Nama Teluk Wondama mungkin belum setenar Sorong tempatnya Raja Ampat. Wasior lebih dikenal karena dilanda banjir bandang 2010 silam. Kini sisa kehancuran itu masih terlihat, misal batu-batu besar khas gunung yang kini masih “nyasar” di sisi-sisi jembatan kota.

Bentang alam Teluk Wondama sangatlah kaya. Jenis tanam-tanaman yang tumbuh termasuk endemik/khas, sebagian malah belum diinventarisir secara ilmiah. Keberadaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang menyimpan ribuan spesies biota laut dan warisan sejarah religi menjadi perpaduan wisata yang unik.

Sebagai kawasan teluk, letak 13 distrik di Teluk Wondama terpisah-pisah dan berdiri sebagai gugusan pulau. Dari 13 distrik itu, saya memilih tiga yang menyimpan kekayaan sejarah cukup tua dan potensi bahari setara Raja Ampat. Saat ini, tanpa di-ekspos publik, pemerintah setempat tengah menyusun rencana pengembangan pariwisata di tiga distrik potensial tersebut.

Peta Teluk Wondama dan tiga distrik pulaunya. (dok.pri.)
Peta Teluk Wondama dan tiga distrik pulaunya. (dok.pri.)
Pulau Roon, Pulau Auri dan Pulau Rumberpon

Nama-nama yang terdengar asing di telinga domestik, ya?

Percaya atau tidak, secara kolektif kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Roon, Auri, dan Rumberpon sudah mencapai 5.000 kunjungan per tahun sepanjang 2015. Lima ribu. Itu data yang saya dapatkan dari Kepala Dinas Pariwisata Teluk Wondama, Bapak Menase Banggo. Angka itu sudah lebih tinggi dari kunjungan wisman ke Yogyakarta year-on-year pada Juli 2015 yang hanya 4.852 kunjungan (Data Dir.Statistik,Keu., TI dan Pariwisata BPS,Republika 2/9/2016) .

Namun, seperti kebanyakan daerah hasil pemekaran, pengelolaan PAD di Papua masih serba-minim, dokumentasi pendapatan dan pengeluaran masih buram. Pintu masuk kapal-kapal wisatawan juga masihn berhenti di Raja Ampat atau di Balai Taman Nasional di Manokwari. Padahal, tiga distrik Wasior sangat potensial sebagai daerah tujuan wisata atau setidak-tidaknya konservasi.

Pemukiman penduduk di Kampung Yende, Pulau Roon. Rumah-rumah ditopang di atas air. (dok.pri.)
Pemukiman penduduk di Kampung Yende, Pulau Roon. Rumah-rumah ditopang di atas air. (dok.pri.)
1.Jejak Religi di Kampung Yende (Pulau Roon)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun