Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Santun Bertutur Kata

27 Agustus 2016   07:04 Diperbarui: 27 Agustus 2016   08:34 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santun Berbahasa - pengertiankomplit.blogspot.com

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak suku, yang tersebar di dalam ribuan pulau. Tak heran jika negara ini mempunyai keanekaragaman bahasa. Hampir setiap suku mempunyai bahasa yang berbeda-beda. Di Jawa dengan di Medan, bahasanya berbeda. Apalagi di Papua, lebih berbeda lagi. Meski mempunyai bahasa daerah yang berbeda, bahasa nasionalnya tetap satu. Yaitu bahasa Indonesia. Dengan demikian setiap orang dari berbagai suku bisa saling berinteraksi, dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Seiring dengan perkembangan jaman, tren berbahasa di Indonesia mulai berubah. Pengaruh budaya asing, membuat bahasa nasional mulai bercampur dengan idiom-idiom asing. Apalagi gaya bahasa di kalangan anak muda, mulai beraneka ragam. Ada bahasa slank, bahasa gaul, menyesuaikan dengan latar belakangnya. Yang menjadi persoalan adalah, jika bahasa-bahasa yang awalnya berfungsi untuk saling merekatkan antar manusia itu, dibumbui dengan nuansa kebencian. Tentu hal ini akan sangat mengkhawatirkan.

Yang lebih menyedihkan, ujaran kebencian itu juga makin marak ketika terus dipraktekkan oleh kelompok radikal. Mereka seringkali merasa dirinya paling benar. Jalan yang mereka pilih dinilai merupakan jalan yang diridhoi Allah SWT. Sayangnya, tutur kata yang sering keluar dari kelompok ini cenderung disusupi oleh nuansa kebencian yang begitu kuat. Sebut saja ketika mereka bicara tentang jemaat gereja, atau tentang ahmadiyah, atau tentang perilaku orang barat. Kata ‘kafir’ akan selalu muncul dalam ucapannya.

Hal ini tentu sangat disayangkan. Tutur bahasa yang seharusnya bisa dilakukan dengan cara yang santun, justru dilakukan dengan cara-cara yang tidak santun. Dikhawatirkan, jika tutur kata yang penuh kebencian ini, diserap oleh anak-anak tentu akan mempengaruhi psikologi mereka. Rasulullah SAW selalu memberikan contoh, mengenai kesantunan ini. Dalam kehidupan sehari-hari, beliau tidak pernah marah kepada siapa saja, termasuk kepada orang-orang yang membencinya. Dalam berdakwah pun, Rasulullah juga tidak pernah menyatakan keburukan orang lain.

Dalam Al Quran disebutkan, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159). Ayat diatas menegaskan, bahwa bertutur kata kasar, sebaiknya dihindari. Dan bertutur kata secara lembut tentu merupakan perilaku yang lebih baik. Dalam sejarah islam di Jawa, bertutur kata secara santun ini juga dicontohkan oleh para wali. Cara-cara dakwah yang dilakukan tidak pernah ada unsur paksaan. Bahkan, para wali selalu mengajak untuk berbuat baik antar sesama.

Rasulullah SAW mengatakan, salah satu amalan yang bisa menyebabkan umat muslim bisa masuk surga adalah, menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik. Di dunia, bertutur kata yang baik juga akan menghindarkan diri dari segala bentuk permusuhan. Bayangkan jika di lingkungan sekitar kita, selalu mempraktekkan tutur kata yang kasar, potensi konfliknya akan lebih besar. Padahal bertutur kata harusnya bisa mendamaikan, menyejukkan, dan lemah lembut seperti yang selalu dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun