Sejumlah uang dialokasikan untuk mereka yang berwenang. Sebab, hukum di negeri ini bukan tentang menegakkan keadilan, tetapi tentang siapa yang bisa menawar harga tertinggi.
Sejumlah lainnya diberikan kepada mereka yang duduk di posisi strategis, yang dengan satu perintah bisa menentukan apakah alat berat boleh beroperasi atau tidak, apakah laporan masyarakat akan diproses atau diabaikan.
Dan sebagian lagi tidak banyak, tetapi cukup diberikan kepada mereka yang berprofesi sebagai juru bicara informal. Wartawan, influencer lokal, atau aktivis yang "bisa diajak diskusi" akan diberi bagian agar opini tetap terkendali, agar berita yang keluar hanya membahas sepotong cerita yang menguntungkan pihak tertentu.
Sebab di dunia ini, kebenaran bukan sesuatu yang absolut. Ia bisa dibentuk, dimodifikasi, atau bahkan dibeli.
Dualisme Koordinator: Perang Kepentingan di Panggung Terbuka
Dulu, sistem ini berjalan dengan lancar. Tidak ada yang benar-benar menentang, sebab semua mendapat bagian mereka masing-masing. Namun, seperti halnya setiap kerajaan yang terlalu lama berdiri, akan selalu ada pemberontakan dari dalam.
Koordinator yang dulu berdiri sebagai satu kesatuan, kini terpecah menjadi dua kubu.
Kubu A, yang merasa ditinggalkan dari aliran upeti, mulai menyerang dengan cara yang paling efektif di zaman ini, menggempur opini publik. Mereka mendekati wartawan, menggandeng aktivis, dan memenuhi media sosial dengan narasi tentang "koordinator ilegal yang harus ditangkap." Mereka tidak benar-benar ingin pertambangan ini berhenti; mereka hanya ingin kembali ke dalam sistem dan mendapatkan bagian mereka lagi.
Sementara itu, kubu B yang saat ini memegang kendali, sibuk mengkonsolidasikan diri. Mereka berusaha memastikan bahwa para penerima upeti tetap setia, bahwa para pejabat tetap mendukung, dan bahwa pihak keamanan tetap menjaga tambang ini seperti sebelumnya. Mereka tahu bahwa dalam permainan ini, kesetiaan tidak didasarkan pada idealisme, melainkan pada seberapa banyak yang bisa diberikan.
Namun, semakin besar kegaduhan yang diciptakan, semakin besar pula tekanan yang datang. Kubu A menuntut tindakan tegas, kubu B berusaha bertahan, dan para petinggi daerah mulai gelisah.
Bukan karena mereka peduli dengan hukum, tetapi karena mereka tahu bahwa semakin besar perdebatan ini, semakin sulit bagi mereka untuk bersembunyi di balik layar.