Mohon tunggu...
Ra RuNias Production
Ra RuNias Production Mohon Tunggu... Lainnya - Suka membaca

Senang dengan cerita dan perjalanan menggunakan bus.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dani Gadis Desaku (16)

20 September 2021   07:59 Diperbarui: 23 Oktober 2021   13:34 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Sebelumnya Edisi 1

Cerita Sebelumnya Edisi 15

Hari-hari selanjutnya adalah di isi dengan kebahagiaan, karena gadis idamanku sekarang sudah menjadi pendamping hidupku. Sengaja aku nikmati cuti pernikahanku untuk tetap di desa bersama keluarga Dani, karena memang aku sangat menyukai suasana pedesaan, apalagi saat ini adalah sedang musim panen, sehingga para petanipun nampak gembira dengan hasil panen tahun ini. Tak terkecuali kedua orang tua Dani, selain hasil panen yang melimpah juga sekarang sudah ada aku sebagai menantunya.

Sejak pagi subuh aku dan Dani sudah sibuk menyiapkan bekal untuk ke sawah karena hari ini akan membantu panen padi kedua orang tuanya. Selain kedua orang tua Dani, biasanya banyak tetangga juga yang membantu memanen hasil sawah kali ini, seperti biasanya kami memulai dengan sarapan bersama di pematang sawah. 

Tidak sedikit juga yang meledek aku karena memang aku tidak bisa bertani, tapi kalau cuma memotong padi aku seeh bisa, karena intinya pekerjaan yang kelihatan akan bisa kita kerjakan asal diajarkan terlebih dahulu. 

Bukan hanya memanen padi yang di canda kan ke kami, tetapi karena baru menikah beberapa hari, kamipun selalu di ledek karena berbulan madunya di sawah. Tetapi itu semua tidak menjadi masalah buat aku, karena memang keinginanku untuk menikmati hari-hari pertamaku bersama dengan keluarga Dani.

Rencana kami setelah ini adalah mengajak Dani ke Jakarta untuk tinggal sementara waktu bersamaku. Memang menjadi perdebatan yang sengit ketika membahas soal dimana kami akan menetap. 

Tapi setidaknya untuk saat ini kami menyepakati bahwa Dani akan tinggal bersamaku di Jakarta. Dua minggu sudah berlalu sejak pernikahan kami, tiba waktunya aku untuk kembali ke Jakarta dan memulai hidup baru bersama Dani. 

Kami memang berniat untuk hidup mandiri tanpa melihat status kedua orang tua kami. Aku pun berusaha untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami tanpa bantuan dari kedua orang tua kami.

Kedua orang tua Dani nampak terharu melepas kepergian kami, tidak salah memang karena sejak kecil mereka selalu bersama. 

Dan kini waktunya aku membawa Dani ke Jakarta tentunya dengan doa restu kedua orang tua kami, akan memudahkan langkah kami membina rumah tangga. Tidak banyak pakaian yang di bawa Dani dan aku, karena memang sengaja tidak membawa banyak barang agar tidak merepotkan di perjalanan.

Di perjalanan Dani terlihat murung, mungkin memikirkan kedua orang tuanya, sudah menjadi tugasku untuk selalu menghiburnya. Karena Dani tidak memiliki sanak-family di Jakarta jadi otomatis hanya saya dan keluarga saya yang menjadi penghiburnya dikala sedih. Kalau seperti ini aku ajak dia ngobrol dan bercerita tentang kebersamaan kita selama ini. 

Dia sangat antusias ketika mendengar cerita kehidupan di Jakarta yang keras dan tidak mengenal belas kasihan. Tapi beruntung saya dan keluarga bisa bertahan hidup di Jakarta. Dani pun larut dalam cerita dan merebahkan kepalanya di bahuku tak lama kemudian diapun tertidur nyenyak di pelukanku.

Sepanjang perjalanan kami menikmati kebersamaan kami hanya berdua saja, begitupun nanti setibanya kami di Jakarta. Aku sendiri sudah memiliki rumah di bilangan bekasi hasil dari kerjaku selama ini. 

Rumah kecil tapi nyaman karena di sekelilingku banyak pasangan muda yang baru berumah tangga juga. Sehingga kehadiran kami tidak terlalu asing buat tetanggaku yang lainnya. 

Jadi aku akan tinggal di rumahku sendiri dengan Dani sebagai ibu rumah tangganya. Terbayang sudah betapa bahagianya kami membina rumah tangga kami sendiri, tanpa bantuan dari kedua orang tua kami. 

Walaupun kedua orang tua kami selalu menawarkan berbagai kemudahan, tetapi aku hanya memohon doa nya agar kami bisa mandiri. Aku sudah berjanji untuk membahagiakan Dani dan tidak akan membuatnya sedih.

Cerita Selanjutnya Edisi 17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun