Mohon tunggu...
Rappi Darmawan
Rappi Darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya pekerja baik-baik

punya seabrek cita-cita, belum taat beribadah, ingin memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musim akan Berganti

13 Agustus 2018   15:23 Diperbarui: 13 Agustus 2018   15:28 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tadi malam hujan deras mengguyur kota tempat tinggalku. Pagi pun terasa sejuk. Genangan air di halaman depan rumah karena tidak mampu diserap bumi masih terlihat. Daun jambu, sirsak dan bunga kamboja hijau segar. Tidak ada lagi debu yang menutupi permukaan daun-daun mulus tanpa noda itu.  

Hujan tadi malam menandakan bahwa musim akan segera berganti. Kemarau yang sudah berlangsung beberapa bulan akan berganti musim penghujan. 

Sinyal-sinyal seperti ini tidak bisa dipungkiri lagi. Diakhir kemarua akan terjadi hujan dengan intensitas ringan, kemudian menjadi sedang dan puncaknya hujan akan semakin rutin dan deras. Saat itulah disebut musim penghujan.

Saya jadi teringat pengalaman masa kecil. Waktu masih tinggal di kampung. Bapak tahu betul, kalau sudah ada hujan, itu tandanya kemarau segera berakhir. 

Musim akan berganti, dari kemarau ke penghujan. Reaksi alam tersebut menjadi alarm bagi Bapak dan warga kampung yang memang berprofesi sebagai petani ladang dan sawah. 

Bapak dan warga kampung lainnya akan mulai mempersipakan lahan untuk digarap ketika hujan mulai turun. Bapak membabat hutan baru yang masih perawan untuk dijadikan ladang baru. Pohon-pohon berukuran kecil ditebang terlebih dahulu, setelah itu pohon berukuran sedang dan terakhir pohon ukuran besar. 

Pohon ukuran besar seperti mahoni, jati dan durian akan digergaji menjadi papan atau balok. Hasilnya bisa dipergunakan untuk memperbaiki rumah atau membuat pondok di ladang. Setelah dibabat, ranting pohon dibiarkan terlebih dahulu untuk beberapa pekan. Daun dan kayu yang sudah ditebang akan kering terpanggang sinar matahari. 

Tiba waktunya dilakukan pembakaran. Supaya api tidak menjalar ke hutan, Bapak akan membuat pembatas seperti parit. Ranting kering yang menjolor ke hutan ditebas.

Saya sangat mengagumi cara kerja Bapak dan orang-orang dikampung. Mereka selalu memikirkan dampak yang akan terjadi sebelum berbuat dan mencari jalan keluar yang sangat bijaksana. Perhitungannya juga tepat. Begitu memasuki musim penghujan, lahan sudah siap ditanam padi atau langsung ditanam dengan tanaman keras seperti kopi, lada atau kakau. 

Bapak juga tidak lupa menanam palawijah diantara tanaman padi dan kopi. Sayuran panen lebih cepat dibanding padi yang rata-rata dulu panen setelah enam bulan.

Semasa menunggu padi panen, petani dikampung termasuk bapak masih bisa mendapatkan penghasilan dari palawijah. Kalau hasilnya lumayan banyak, bisa dijual ke pasar. Atau sekedar cukup untuk makan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun