Mohon tunggu...
Ranti Rahmawati
Ranti Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Penulis masa depan bergenre romantis religi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekuatan Jalur Langit

5 Desember 2022   05:12 Diperbarui: 5 Desember 2022   05:19 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Pada suatu hari hiduplah seorang laki-laki yang baik hati bernama Mumtadz. Dia adalah seorang mahasiswa jurusan Teknik Elektro di Universitas Bandung. Kesehariannya menjadi sorotan banyak orang karena dia merupakan mahasiswa berprestasi yang aktif dalam perkuliahan dan organisasi. Selain itu, dia merupakan mahasiswa teladan yang selalu melaksanakan ibadah dimanapun dia berada dan dalam kondisi apapun. Tentunya hal ini membuat dia dikagumi banyak wanita, tapi dia selalu menghindar ketika ada wanita yang mendekatinya. Bukan tidak menyukai wanita tersebut, melainkan dia hanya menjaga pandangan dan hatinya untuk istrinya kelak.

Keesokan harinya Mumtadz menghadiri seminar kampus dengan tema “ Menikah adalah Ibadah”. Dia menghadiri seminar ini tentunya untuk mendapatkan ilmu mengenai pernikahan karena seorang laki-laki akan menjadi pemimpin dalam rumah tangganya. Seminar ini dihadiri oleh sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi Universitas Bandung. Pemateri dalam seminar ini pun seorang wanita muda yang bernama Maira Kayla Nazwa. Dia merupakan seorang mahasiswi jurusan PAI yang ternyata satu kampus dengan Mumtadz. Meskipun Maira masih muda, tetapi pengetahuan tentang agamanya sudah luar biasa.

Penyampaian materi pun telah dilakukan oleh Maira, sampai tiba saatnya sesi tanya jawab dimulai. Tertujulah mata Maira kepada salah satu peserta seminar yang tidak lain adalah Mumtadz.

“Baik saudara dipersilakan untuk bertanya.” ucap Maira.

“Perkenalkan nama saya Muhammad Mumtadz dari jurusan Teknik Elektro dari Universitas Bandung , saya ingin bertanya mengenai seorang laki-laki seperti apakah yang bisa dikatakan siap untuk menikah?” tanya Mumtadz.

“Pertanyaan yang bagus, cocok untuk kamu yang menanyakan hal ini, apakah pertanyaan ini sesuai dengan pengalaman pribadimu?” tanya Maira sambil tersenyum.

Mumtadz tersipu malu dan hanya tersenyum saja mendengar candaan Maira.

“Baik saya akan menjawab pertanyaan dari saudara Mumtadz. Laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangganya. Tentu saja banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum menyempurnakan separuh agamanya. Seorang laik-laki bisa dikatakan siap untuk menikah jika dia sudah mampu dalam perihal agama, sudah mengetahui makna dari pernikahan, mampu secara fisik dan mental, berani bertemu keluarga perempuan untuk menyampaikan niat baiknya, dan sudah siap dalam mengurus rumah tangganya. Kurang lebih seperti itu saudara Mumtadz, apakah sudah bisa dipahami? tanya Maira.

“Sangat jelas sekali, terimakasih atas ilmunya Ibu Maira.” jawab Mumtadz. 

Seminar pun telah usai, semua orang keluar meninggalkan ruangan.

Sesampainya di rumah, entah kenapa Mumtadz selalu teringat kepada pemateri seminar yang tidak lain adalah Maira. Mumtadz segera menyadarkan diri dengan segera berwudhu dan melaksanakan shalat. Tetapi sesudah shalat pun dia selalu teringat akan wajah Maira yang begitu bercahaya layaknya surga yang indah. Mumtadz bingung perasaan apa yang dia rasakan, karena dia baru pertama kali merasakannya.

“ Ya Allah jika dia jodohku tolong dekatkanlah, dan jika dia bukan jodohku tolong jauhkanlah.” ucap Mumtadz yang sedang berdoa.

Kemudian  Mumtadz seketika bingung kenapa dia bisa berdoa seperti itu. Padahal dia baru pertama kali bertemu dengan Maira, tapi entah kenapa hatinya tertuju kepadanya. Dalam menjawab semua kebingungan, Mumtadz terus berdoa agar diberikan jalan dan jawaban terbaik untuk semua perasaan yang dia rasakan.

Waktu berjalan begitu cepat, Mumtadz mulai mencari tahu tentang Maira kepada teman-temannya tanpa sepengetahuannya. Sontak semua teman-temannya terkejut melihat Mumtadz bertanya- tanya tentang Maira. Untungnya teman-temannya Maira mengerti maksud dibalik pertanyaan Mumtadz. Kemudian teman-temannya pun memberi tahu Mumtadz bahwa Maira belum ada laki-laki yang mendekatinya. Dan langsung saja Mumtadz meminta nomor telepon Ayahnya Maira kepada teman-temannya. Tidak disangka, teman-temannya pun ikut mendukung hubungan dirinya dengan Maira dan menyuruh Mumtadz untuk segera menghubungi Ayahnya Maira.

Setelah mendapatkan nomor telepon Ayahnya Maira, Mumtadz langsung memberanikan diri untuk menghubungi dan memberitahu keseriusannya terhadap Maira.

“Assalamualaikum Pak, perkenalkan saya Muhammad Mumtadz dari jurusan Teknik Elektro Universitas Bandung, kebetulan saya satu kampus dengan putri Bapak.” ucap Mumtadz di telepon.

“Waalaikumsalam, kenapa kamu menghubungi saya? Apakah terjadi sesuatu dengan anak saya?” tanya Ayah Maira dengan nada khawatir.

“Tidak Pak, tidak seperti itu. Saya menelepon Bapak bermaksud untuk meminta izin agar bisa datang ke rumah Bapak untuk menyampaikan niat baik saya untuk menikahi putri Bapak.” ucap Mumtadz kepada ayahnya Maira.

Ayahnya Maira pun terkejut mendengar ucapan dari orang yang dia baru kenal, tetapi berani meminta izin untuk menikahi putrinya.

“A...a....apa? Apakah saya tidak salah mendengar kamu ingin menikahi putri saya?” jawab ayahnya Maira dengan suara gemetar.

“Tidak Pak, Bapak tidak salah mendengar. Saya akan mengulanginya satu kali lagi. Saya bermaksud ingin meminta izin kepada Bapak untuk datang ke rumah Bapak bersama orang tua saya untuk menyampaikan niat baik menikahi putri Bapak.” Mumtadz menegaskan kembali perkatannya.

Mendengar keseriusan ucapan dari Mumtadz, ayahnya Maira kebingungan. Dan dia berpikir lebih baik hal ini dibicarakan secara langsung.

“ Baik untuk lebih jelasnya silakan datang saja ke rumah kami di Kp. Rancabiru RT 03 RW 08, saya tunggu besok pagi pukul 08.00 Wib.” jawab ayahnya Maira kepada Mumtadz.

“Baik Pak, saya akan datang sesuai waktu yang telah ditentukan oleh Bapak, terimakasih karena sudah mengizinkan saya untuk datang ke rumah Bapak, kalau begitu saya izin menutup teleponnya. Assalamualaikum.” ucap Mumtadz untuk menutup pembicaraannya.

“Waalaikumsalam.” jawaban salam dari ayahnya Maira yang sekaligus menutup topik pembicaraan.

Setelah mendengar ajakan ayahnya Maira untuk datang ke rumahnya, Mumtadz merasa lega. Semuanya berjalan dengan baik dan ayahnya Maira pun mengizinkan dia untuk datang ke rumahnya.

Di sisi lain Ayahnya Maira kebingungan untuk menjelaskan situasi ini kepada anaknya.

“Nak, Ayah akan memberitahu sesuatu kepadamu. Ada seorang laki-laki yang ingin datang ke rumah untuk berniat menikahimu. Ayah tidak akan memaksamu, pilihan ada padamu, hanya saja kita coba dulu mendengar penjelasan dari dia kenapa ingin menikahimu.” ucap sang Ayah kepada anaknya.

Sontak Maira terkejut mendengar ucapan Ayahnya.

“A..a..apa Ayah? Ada seorang laki-laki yang akan menikahiku? Si...si..siapa?” tanya Maira dengan terbata-bata.

“Iya nak, kita lihat saja besok.” jawab ayahnya Maira.

Setelah mengetahui semuanya, Maira hanya duduk terdiam di kamarnya dan merenungi semua ucapan ayahnya.

Keesokan harinya, keluarga Maira mempersiapkan untuk menyambut kedatangan keluarga dari Mumtadz.

Tok..tok..tok... terdengar suara ketukan pintu yang tidak lain adalah Mumtadz. “Assalamualaikum.” ucap salam dari keluarga Mumtadz.

“Wa’alaikumsalam, Silakan masuk.” sambutan hangat dari ayahnya Maira untuk keluarga Mumtadz.

Setelah semuanya duduk, Maira akhirnya keluar dari kamarnya dan dia tidak tahu bahwa yang ingin menikahinya adalah orang yang bertanya ketika dia mengisi acara seminar.

Dengan penuh keberanian, Mumtadz memulai pembicaraan.

“Bissmillahirrahmaannirrahiim, saya datang ke sini dengan membawa kedua orang tua saya dengan bermaksud untuk serius dan menikahi putri Bapak.” pernyataan tegas dari Mumtadz.

“ Baik, saya ucapkan terimakasih atas keberanianmu untuk datang kerumah saya, pertama saya ingin bertanya terlebih dahulu. Apa yang membuatmu yakin untuk menikahi putri saya? tanya Ayahnya Maira dengan serius.

“ Saya yakin karena akhlaknya Pak, sebenarnya selama dua bulan ini saya sudah mencari tahu tentang putri Bapak melalui teman-temannya, dan Maasya Allah saya kagum setelah mendengar semua cerita tentang Maira. Mungkin Maira tidak tahu karena saya melarang teman-temannya untuk tidak memberitahu Maira tentang hal ini. Saya juga sudah melaksanakan Shalat Istikharah selama dua bulan ini meminta petunjuk dari Allah mengenai perasaan saya yang tiba-tiba tertuju kepada Maira. Dan keseriusan saya untuk menikahi putri Bapak adalah jawabannya. Memang kami tidak mengenal satu sama lain, melainkan kami baru bertemu satu kali, itu pun di acara seminar kampus. .” jawab Mumtadz dengan keseriusannya.

Ayahnya terkejut mendengar jawaban Mumtadz yang begitu menenangkan hati.

“ Maasya Allah luar biasa rencana Allah sungguh tidak bisa ditebak, saya mendengar jawaban darimu begitu menenangkan. Tapi jawaban yang sebenarnya saya serahkan kepada putri saya, karena dia yang akan menjalani kehidupan pernikahannya.” ucap Ayahnya Maira dengan nada bergetar.

“ Kalau begitu , apakah ada yang ingin kamu sampaikan kepada kita semua?” tanya Mumtadz kepada Maira.

Dengan eratnya Maira menggenggam kedua tangan ibunya, karena terkejut mendengar jawaban dari Mumtadz dan tanggapan baik dari Ayahnya yang seakan mendukung Mumtadz. Tetapi ibunya Maira berusaha menenangkan Maira dan kemudian menyuruh Maira untuk segera menjawab ajakan serius dari Mumtadz.

“Se...se...sebelum saya menjawab pertanyaan darimu, apakah boleh saya meminta waktu satu minggu untuk Shalat Istikharah terlebih dahulu?” tanya Maira kepada Mumtadz dengan terbata- bata.

“Boleh, silakan. Kalau begitu saya tunggu selama satu minggu jawaban darimu, semoga Allah memberi jalan yang terbaik untuk kita berdua.” jawab Mumtadz dengan nada halus.

 Percakapan antara Mumtadz dan Maira pun menjadi penutup dari pertemuan antara dua keluarga.

Tiba lah hari-hari dimana Maira Shalat Istikharah untuk meminta petunjuk sekaligus jawaban yang terbaik untuk keputusan besar dalam hidupnya.

“ Ya Allah sebaik-baiknya hamba adalah hanya meminta kepadamu, dan satu minggu kedepan hamba akan terus meminta petunjuk darimu. Dan berikanlah hamba jawaban karena ini adalah bagian dari menyempurnakan separuh agamaku.” doa Maira yang disertai dengan air mata yang tak henti mengalir.

Mendengar doa tersebut ibunya langsung menghampirinya.

“Nak..., ibu tahu ini bukan sesuatu keputusan yang mudah, dan ibu pun pernah merasakan hal ini ketika dulu ibu tiba-tiba dilamar oleh ayahmu. Memang awalnya terkejut dan bahkan ada perasaan menolak, tapi lihat saja sekarang pernikahan Ayah dan ibumu dilandasi dengan cinta karena Allah. Dan sekarang pun ibu melihat betapa seriusnya Mumtadz untuk menikahimu, ibu harap kamu mendapatkan jawaban terbaik dari Allah SWT.” nasihat Ibunya untuk Maira .

Di sisi lain ada Mumtadz yang menunggu jawaban dari Maira. Sambil menunggu jawabannya, Mumtadz selalu Shalat tahajud meminta yang terbaik kepada Allah agar dibukakan hati Maira untuknya.

“ Ya Allah sesungguhnya engkau yang Maha membolak balikan hati manusia, mudahkanlah Maira dalam menentukan jawabannya. Jika dia jodohku tolong mudahkanlah jalannya untuk menujuku dan jika dia bukan jodohku tolong lapangkanlah aku dalam menerima semua jawaban dari-Mu.” rintihan doa Mumtadz dengan air mata yang terus mengalir.

Waktu berjalan begitu cepat. Hari ini adalah hari dimana Maira harus memberikan jawabannya kepada kedua keluarga terutama kepada Mumtadz. Kemudian Maira pun menghampiri ayah dan ibunya yang sedang duduk santai di ruang keluarga.

“ Ayah...Ibu... hari ini adalah hari dimana Maira membuat keputusan besar dalam hidup Maira. Selama satu minggu ini Maira telah melaksanakan Shalat Istikharah meminta petunjuk kepada Allah, dan sekarang Maira sudah mempunyai jawaban atas semua doa Maira. Bismillahirrahmanirrahim dengan izin Allah Maira menerima Mumtadz sebagai calon suami Maira, semoga ayah dan ibu bisa menerima ini dan terus mendoakan Maira bersama Mumtadz.”

Mendengar jawaban dari Maira, ayah dan ibunya pun ikut tersenyum .

“Alhamdulillah Allah memberimu petunjuk yang InsyaAllah akan membuatmu lebih dekat dengan Allah, semoga kamu dan Mumtadz diberikan kelancaran sampai hari dimana Allah menyatukan kalian berdua melalui akad dalam pernikahan.” ucap sang Ayah.

Menyusul ucapan sang Ayah, ibunya pun ikut berkata sambil meneteskan air mata.

“Alhamdulillah nak, ibu lega mendengar keputusan darimu. Semoga Allah senantiasa memberikanmu dan Mumtadz kebahagian di dunia dan di akhirat.”

"Aamiin ya rabbal 'alamin" Maira yang mengaminkan doa dari Ayah dan Ibunya.

Mendengar tanggapan ayah dan ibunya yang begitu mendukung hubungannya, Maira langsung meminta nomor telepon Mumtadz untuk menghubunginya secara langsung.

Ring..ring..ring... dering telepon berbunyi. Mumtadz langsung membukanya, tetapi dia kebingungan karena yang menelepon tidak ada namanya.

“ Assalamualaikum.” terdengar suara perempuan.

“Waalaikumsalam, maaf dengan siapa ini?” tanya Mumtadz yang kebingungan. 

“ Oh iya maaf saya menghubungimu tiba-tiba, saya Maira.”ucap Maira dengan canggung.

Mendengar nama “Maira” langsung saja Mumtadz gemetar karena mungkin Maira meneleponnya untuk memberikan jawabannya.

“ Oh iya Maira, bagaimana kabarmu?” basa- basi Mumtadz seakan menenangkan gemetar di hatinya.

“ Alhamdulillah kabar saya baik, bagaimana kabarmu?” tanya Maira yang sama- sama gemetar karena ini pertama kali mereka saling menyapa.

“ Alhamdulillah kabar saya baik juga.” jawab Mumtadz.

“ Saya meneleponmu dengan maksud untuk memberikan jawaban. Saya selama satu minggu ini sudah melaksanakan Shalat Istikharah, semoga jawaban ini menjadi jawaban terbaik dari Allah SWT untuk kita berdua.” ucap Maira.

Suasana semakin menegangkan bagi Mumtadz. Tubuhnya gemetar dan menyebabkan seluruh badannya menjadi lemas.

“ Dengan izin dari Allah dan restu ayah dan ibuku. Aku menerimamu sebagai calon suamiku dan keputusan ini merupakan jawaban dari semua doa-doaku, doa-doamu, dan doa-doa orang tua kita berdua. Semoga Allah memudahkan kita dalam menyempurnakan separuh agama kita.” jawaban dari Maira yang selama ini ditunggu oleh Mumtadz.

Air mata kebahagian Mumtadz tak terbendung hingga dia bersujud berterimakasih kepada Allah atas jawaban dari semua doa-doanya. Maira pun terkejut mendengar rintihan tangisan Mumtadz yang terdengar keras melalui speaker HP nya. Sontak kedua orang tua Maira pun ikut terkejut mendengar reaksi Mumtadz yang begitu tulus mendengarnya berterimakasih kepada Sang Pencipta.

“ Ya Allah, alhamdulillah terimakasih atas terkabulnya doa-doa kami selama ini. Mudahkanlah kami dalam meraih Ridha-Mu. Ma...ma...Maira sungguh luar biasa rencana Allah yang begitu besar, semoga Allah senantiasa memberi kelancaran kepada kita berdua.” jawab Mumtadz dengan nada halus yang disertai tangisan.

“Aamiin ya rabbal 'alamin .” Maira yang mengaminkan doa dari Mumtadz.

“ Sebelum menutup teleponnya, izinkan saya berbicara kepada ayahmu.” ucap Mumtadz kepada Maira.

“Baik, silakan ini Ayahku sudah ada disini.” jawab Maira.

“ Assalamu’alaikum Pak, setelah mendengar jawaban dari Maira saya sudah memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan agar tidak berlama-lama. Karena tidak baik bila niat baik ditunda terlalu lama.” ucap Mumtadz kepada ayahnya Maira.

Sontak ayah, ibu, dan Maira pun terkejut mendengar keseriusan Mumtadz yang tidak disangka-sangka.

“Waalaikumsalam nak, sebenarnya saya juga sebelumnya berpikir sama. Jika Maira menerimamu saya akan menikahkan kalian dalam waktu dekat, dan saya pun sudah menentukan tanggalnya yaitu bulan depan tanggal 21 Januari 2022 yang bertepatan dengan hari kelahiran Maira.” ucap Ayahnya Maira kepada Mumtadz.

“ Hari yang indah Pak, saya setuju. Kalau begitu disini saya akan mempersiapkan diri.” jawab Mumtadz dengan nada tegas.

“Baik nak, sampai jumpa di hari akad pernikahan. Semoga Allah meridhai dan melancarkan semuanya Aamiin ya rabbal 'alamin .” doa Ayahnya Maira untuk kelancaran pernikahan putrinya.

“Aamiin ya rabbal 'alamin Pak, kalau begitu saya tutup teleponnya Pak. Assalamualaikum.” salam penutup dari Mumtadz.

“ Waalaikumsalam.” jawaban salam dari Ayahnya Maira yang sekaligus mengakhiri topik pembicaraan mereka.

Setelah melalui banyak kebingungan, akhirnya kedua keluarga mempersiapkan pernikahan dalam waktu yang dekat. Kedua keluarga setuju untuk melaksanakan pernikahan sederhana yang hanya dihadiri kerabat dan teman-teman terdekatnya saja. Karena berhubung situasi masih dalam kondisi Covid, jadi semua serba terbatas.

Selain itu, Maira dan Mumtadz mulai memberitahu kerabat dan teman-temannya mengenai pernikahan mereka. Tidak heran, banyak kerabat dan teman teman mereka yang terkejut terhadap undangan pernikahan yang mendadak, dan membuat kabar pernikahan ini tersebar di kampus. Banyak pula yang patah hati atas kabar pernikahan Mumtadz, karena dia terkenal di kampus dan banyak wanita yang mendambakannya. Terlepas dari semua hal itu, banyak orang yang mendoakan pernikahan mereka agar diberi kelancaran.

Waktu terus berjalan dengan cepat, sampai tiba saatnya di hari pernikahan. Semua tamu undangan dipersilakan untuk duduk ditempat yang sudah disediakan.

Tanpa menunggu lama, akhirnya mempelai pria yang tidak lain adalah Mumtadz tiba di tempat bersama rombongan keluarganya. Sambutan hangat pun dilakukan oleh keluarga Maira dengan mempersilakan rombongan keluarga Mumtadz untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.

Sementara itu, badan Mumtadz gemetar dan dia berusaha menenangkan diri dengan berdzikir terus-menerus. Kegugupan pun dirasakan oleh Maira yang sebentar lagi akan berstatus sebagai istrinya Mumtadz.

Seluruh tamu sudah siap menyaksikan bersatunya kedua insan melalui lantunan akad yang akan segera dimulai. Tetapi mempelai wanita diperbolehkan keluar saat akad sudah selesai.

“ Saya nikahkan dan kawinkan engkau kepada putri sulung saya bernama Maira kayla Nazwa binti Mahmud Al-latif dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas seberat 21 gram dibayar tunai.” lantunan ijab terucap dari ayahnya Maira dengan nada bergetar dan sedikit meneteskan air mata.

“ Saya terima nikah dan kawinnya Maira Kayla Nazwa Binti Mahmud Al-Latif dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” lantunan qabul dari Mumtadz dengan gemetar dan disertai air mata yang menetes.

“ Bagaimana para saksi, sah?” ucap penghulu .

“Sah...........” ucap semua orang hadir dan disambut dengan ucapan alhamdulillah.

Seketika Mumtadz langsung tertunduk dan kemudian menangis setelah lantunan ijab dan qabul terlaksana. Kini, Mumtadz dan Maira sudah sah menjadi suami istri. Rasa haru biru juga dirasakan oleh semua orang yang hadir dalam acara ini.

Sementara itu, Maira yang ditemani ibunya di kamar ikut menangis bahagia melihat kelancaran proses ijab dan qabul tersebut. Pelukan hangat seakan menjadi pelukan terakhir bagi Maira dan ibunya, karena sebentar lagi Maira akan ikut dengan suaminya.

Inilah saatnya Maira keluar dari kamar untuk pertama kalinya menemui Mumtadz yang sekarang sudah menjadi suaminya. Satu persatu langkah ditempuh Maira, tak terasa air mata terus mengalir begitu deras di pipinya. Begitu pula Mumtadz, pertama kali melihat istrinya keluar dari kamar. Tangis bahagia pun sudah tak tertahankan lagi.

Untuk pertama kali dalam hidupnya kedua mempelai berjabat tangan layaknya suami dan istri. Mereka terlihat gugup sampai beberapa kali gagal untuk berjabat tangan. Karena ini merupakan suatu momen dimana mereka pertama kali menyentuh lawan jenis. Semua tamu pun ikut bersorak melihat kecanggungan antara kedua mempelai yang dinilai khidmat.

Mumtadz dan Maira pun sudah sah menjadi pasangan suami dan istri. Menjalankan kehidupan pernikahannya yang sakinnah, mawaddah, dan warrahmah.

Dengan segala usaha dan doa yang dilangitkan bisa mempertemukan dan menyatukan kedua insan pada titik terbaik takdir yang Allah SWT tentukan. Sungguh indah rencana Allah SWT dalam mempersatukan kedua insan tanpa pacaran. Memang benar adanya istilah jodoh adalah cerminan diri dan jodoh adalah saling melengkapi satu sama lain. Sesungguhnya takdir hanya Allah yang tahu. Manusia bisa berencana, namun Allah yang menentukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun