Mohon tunggu...
Fragman Senyap
Fragman Senyap Mohon Tunggu... Penulis

Halo, Fragman Senyap, seorang penikmat kata, pengamat kehidupan, dan penulis lepas yang percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk mengubah cara kita melihat dunia. Lahir dan besar di desa kecil, saya tumbuh bersama buku-buku, dialog diam dengan diri sendiri, dan keinginan untuk terus belajar dari kehidupan sehari-hari, sambil tetap menulis sebagai bentuk ekspresi diri dan ruang berbagi pemikiran. Topik yang saya angkat di Kompasiana cukup beragam—mulai dari catatan reflektif, opini sosial, hingga cerita ringan yang menyentuh sisi personal manusia. Saya percaya bahwa menulis bukan hanya soal mengungkapkan, tapi juga soal menyembuhkan. Mari bertukar pikiran, berbagi cerita, dan merayakan makna dari hal-hal kecil bersama. Salam hangat, Fragman

Selanjutnya

Tutup

Book

Kalau Tan Malaka Hidup, Mungkin Ia Akan Tertawa Melihat Demokrasi Kita

20 Agustus 2025   08:12 Diperbarui: 20 Agustus 2025   00:27 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah ini berarti rakyat bodoh? Tidak. Rakyat kita sebenarnya cerdas. Mereka tahu permainan ini kotor. Tapi mereka juga tahu: di negeri ini, orang jujur susah bertahan. Maka rakyat memilih cara paling praktis: nikmati saja, ambil sembakonya, terima uang transportnya, lalu pilih sesuai hati atau sesuai isi dompet. Demokrasi Indonesia akhirnya jatuh ke dalam lubang paling berbahaya: rakyat kehilangan harapan, tapi juga kehilangan pilihan.

Kalau Tan Malaka hidup hari ini, mungkin ia akan tertawa. Tapi tawa itu bukan tawa bahagia. Itu tawa getir, tawa sinis seorang idealis yang melihat cita-citanya dijadikan bahan jualan murahan. Ia akan berkata: "Dulu kita berjuang mati-matian melawan penjajah asing. Sekarang, kalian dijajah oleh bangsa sendiri dengan dalih demokrasi." Dan setelah itu, mungkin ia akan berdiri, menulis satu kalimat di papan tulis warung kopi:
"Demokrasi tanpa rakyat hanyalah oligarki dengan panggung musik dangdut."

Lalu ia akan pergi, meninggalkan kita yang masih sibuk berdebat di televisi, sambil menunggu gilirannya lagi dicurangi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun