Mohon tunggu...
Rani Sakraloi
Rani Sakraloi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student of Communication Science

Passionate about writing and sharing it.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengamati Peluang Serta Tantangan Aplikasi TikTok sebagai Sarana Hiburan dan Cuan

9 Januari 2023   06:49 Diperbarui: 9 Januari 2023   06:56 2191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral di TikTok (Ilustrasi pribadi)

Baru-baru ini, publik sedang ramai dengan kalimat “kamu nanyea” dan gaya rambut cepmek yang dilontarkan oleh seorang kreator yang dijuluki sebagai Alif ‘Cepmek’. Kalimat Alif dengan gayanya berbicara menjadi viral dan digunakan oleh masyarakat di kehidupan sehari-harinya. Ciri khas Alif ‘Cepmek’ ini membuatnya dikenal oleh banyak orang dan menerima job untuk collab bersama beberapa seleb Tanah Air.

Berbicara soal ciri khas, sempat viral dan booming juga beberapa kreator konten yang berjualan atau promosi di siaran langsung TikTok-nya. Contohnya Kak Jill penjual gorden dan Tante Lala yang punya gaya endorsment unik. Keduanya memiliki banyak peminat dengan gaya pemasarannya yang menarik perhatian netizen dan hal tersebut menambah penghasilan mereka.

Adapula konten yang menampilkan Fajar ‘Sadboy’ yang viral hingga diundang ke TV dan Youtube Denny Cagur karena terlihat menangisi perempuan yang meninggalkannya saat sedang nyaman. Kisah kontroversial juga hadir menghiasi jagad dunia maya. Salah satunya ialah kisah viral yang terbaru di mana kreator konten membagikan kisahnya di TikTok setelah suaminya berselingkuh dengan ibunya.

Postingan kreator tersebut ditanggapi oleh netizen dan menjadi perbincangan hangat hingga ke media lainnya. Para kreator memanfaatkan kesempatan dengan caranya masing-masing sehingga akhirnya menjadi terkenal sampai diundang oleh stasiun TV maupun kolaborasi dengan artis.

Hingga pada tahun 2023, banyak kejadian fenomenal yang berasal dari konten-konten di TikTok. Mulai dari trend terkini, tantangan permainan, berita skandal atau kontroversi, dan informasi-informasi dunia lainnya. Penyebaran konten di TikTok sangat luas dan cepat sehingga para kreator konten juga dapat dengan mudah menaikkan namanya. Berbagai cara dilakukan oleh para kreator untuk mendapatkan atensi, simpati, dan ketenaran dari netizen TikTok.

Hal-hal konyol pun siap dilakukan oleh para kreator agar mendapatkan respon dari penontonnya. Beberapa berita yang sempat viral di Indonesia berasal dari kontroversi atau hoax yang dengan mudahnya tersebar di TikTok. Selain itu, kreator-kreator juga tak segan melakukan hal ekstrem dan menyajikan konten yang mengandung degradasi moral untuk menarik perhatian penonton. Konsep tersebut juga digunakan oleh seleb-seleb maupun pengguna siaran langsung TikTok yang menimbulkan berbagai reaksi.

Belakangan, terdapat trend mandi lumpur yang ditayangkan oleh beberapa akun di TikTok. Kreator akan menayangkan dirinya berendam dan meletakkan lumpur ke tubuhnya setelah mendapatkan gift sedari pagi hingga malam hari. Trend ini merambah hingga kepada mengguyurkan diri dengan air oleh para orang tua.

Meskipun telah menimbulkan keresahan dan protes, tetapi kreator berdalih bahwa apa yang dilakukan adalah bentuk pekerjaan mereka menghibur netizen. Trend semacam ini lahir dari begitu banyak perhatian dan tanggapan penonton akan konten serupa sehingga memunculkan ide kreator lain yang bahkan memiliki lebih ‘liar’.

Tentunya, hal ini viral dan menjadi tantangan pengguna yang dihadapi ketika menggunakan TikTok. Pengguna menerima berbagai konten hiburan berdasarkan algoritma yang seringkali tak tersaring secara cermat. Di balik itu, masih ada beberapa pengguna yang tidak aware akan apa yang dilakukan akan membuat lebih banyak kreator ngawur merajalela.

Dari sini dapat diperhatikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki orientasi terhadap konsumsi hiburan tayangan yang mengandung komersialisasi konten yang mengandung unsur ‘kasihan’, seksisme, degradasi moral, galau-galauan, bahkan drama artis.

Masih banyak opsi tayangan yang lebih mengedukasi dan menarik, tetapi pengguna terlanjur tidak tertarik untuk menontonnya sehingga konten semacam itu seakan tertutup dan tidak terekspos dengan baik. Semuanya memang akan kembali kepada selera. Namun, jika hal tersebut pada ujungnya akan mengeksploitasi mental, menyita waktu, dan menyesatkan pola pikir kita maka untuk apa kita lanjutkan dengan menonton atau mendukung hal-hal tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun