Mohon tunggu...
Rangga Hilmawan
Rangga Hilmawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pemikiran adalah senjata Mematikan. Tulisan adalah peluru paling tajam

Seorang Pemuda Betawi - Sunda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[254] Aku adalah Konotasi

24 November 2020   11:53 Diperbarui: 24 November 2020   12:04 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak mudah, bagi seorang sepertiku untuk mengatakan makna yang sesungguhnya dari apa yang kurasakan saat ini, menjadi diam dan pendiam, gugup serta artikulasi kata yang keluar dari mulut sudah semerawut, ketika harus berbicara langsung denganmu pada ruang kelas yang dipersilahkan berdiskusi, berdebat, atau sekedar menyanggah argumentasi. 

Aku sudah berusaha memberanikan diri, melalui kutipan-kutipan ahli keilmuan dari buku pedoman perkuliahan, aku menutupi takut dan gugupku. Tanpa itu, mungkin memilih diam tanpa berfikir untuk mendapatkan perhatianmu adalah pilihan terbaik.

Aku coba renungkan apa yang dipaparkan barusan, bukankah pada akhirnya konotasi akan menjadi sebuah denotasi dengan cara dan kalimatnya tersendiri? pada akhirnya itu akan menjadi sebuah kesamaan makna akhir? Aku sangat senang jika pada akhirnya kamu akan bisa menjelaskan pemaparan ini secara langsung, hanya kita berdua, suatu hari kelak.

Bukan tidak mungkin, suatu saat keberanianku untuk menyatakan apa yang aku rasakan terhadapmu akan muncul. perlahan namun pasti, aku coba menyusun strategi agar tidak ada alasan untukmu menolaku, terdengar licik memang, licik bagi seseorang yang berpikir cinta tidak membutuhkan sebuah alasan. 

Bagiku yang masih berpikir sebuah Cinta jika ingin mempunyai tujuan, maka dia harus memiliki alasa. Kita bisa setuju dan tidak setuju tentang yang kupercayai. Namun satu hal, aku akan membuktikan tiap-tiap bait rindu yang kupersembahkan untukmu.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun