Mohon tunggu...
Rangga Agnibaya
Rangga Agnibaya Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Bagi Ilmu

Membaca, menulis, menonton film, dan sepak bola: Laki-laki.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kepakaran: Elitisme dalam Keilmuan yang Pantas Terbunuh? (Refleksi atas Buku "Matinya Kepakaran" Karya Tom Nichols)

13 Desember 2023   13:20 Diperbarui: 13 Desember 2023   13:24 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://findtheedge.com/

Siapa Dalang Pembunuhan Kepakaran?

Pakar atau ahli, sebuah status dan bentuk kemampuan, yang hari ini mulai kehilangan wibawa dan eksitensinya. Setidaknya menurut Tom Nichols. Dalam bukunya, Nichols mengurai berbagai indikasi dan penanda terdelegitimasinya kepakaran. Tidak hanya mengurai indikasi dan penanda merosotnya peran kepakaran dalam kehidupan sehari-hari, Nichols juga menganalisis penyebab kemrosotan tersebut. 

Salah satu penyebab yang disampaikan oleh Nichols dalam bukunya di mulai dari ruang pertarungan wacana yang terdapat di lingkungan akademik. Nichols menuduh dalam ruang-ruang diskusi dan dialog terbuka yang diadakan di lingkungan akademik (Nichols merujuk pada fakta yang terjadi di beberapa lingkungan akademik di Amerika Serikat) semata dilakukan hanya untuk mencari 'pemenang'. 

Pemenang di sini oleh Nichols diasosiasikan sebagai pihak yang mampu membuat 'lawan' diskusinya mati kutu tanpa bisa berargumen lagi. Substansi diskusi atau dialog sesungguhnya, yakni lahirnya wacana dan pengetahuan yang bersih dari bermacam distorsi menjadi tujuan nomor sekian. 

Artinya, kemampuan beretorika lebih diutamakan dari pada argumen yang dilandasi analisis dan rasionalitas unggul. Retorika hanya mengandaikan cara bertutur yang fasih dan meyakinkan, sedangkan telaah rasional dan berbobot dinafikan. Laku diskusi hanya bertujuan memuaskan ego individual. Kebenaran intersubjektif yang terbentuk melalui negosiasi berbagai perspektif sulit diwujudkan.

Fakta selanjutnya yang tidak kalah menentukan dalam konteks penyebab matinya kepakaran, setidaknya dari lingkungan akademik, adalah kebiasaan normatif beberapa individu pakar yang membiarkan 'lawan diskusi' mereka yang awam menguasai kontestasi di ruang diskusi. 

Hal ini disebabkan beberapa pakar yang memang kompeten dalam isu yang sedang didikusikan tidak ingin terlibat konfrontasi dengan lawan diskusinya yang awam dalam ruang diskusi. Akhirnya, pendapat pakar yang mewakili kebenaran substansial terdsitorsi oleh pendapat awam yang kadang justru tidak kredibel, sebab tidak ditunjang dengan basis pengetahuan dan epistemologi yang ilmiah (Hal. 48-84)

Mahasiswa Calon Pakar vs Mahasiswa Pelanggan

Dalam salah satu bab yang berjudul "Sebagai Pelanggan, Mahasiswa Selalu Benar", Tom Nichols mengurai bahwa matinya kepakaran dapat juga disebabkan oleh fenomena umum yang terjadi di dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi, saat ini (Hal. 84-127). Dalam kehidupan kampus, menurut Nichols, sebagian mahasiswa tidak lagi memposisikan diri sebagai calon 'ahli atau 'pakar'. 

Sebagai calon-calon ahli atau pakar seharusnya mahasiswa ditempa dengan keras dan penuh komitmen. Proses atau jalan menjadi seorang ahli tentu berbeda dengan yang ditempuh seorang awam. Mahasiswa dituntut untuk melalui proses yang penuh usaha, komitmen, keteguhan hati, dan berbagai tempaan yang menjadikan mahasiswa andal, tidak hanya terkait dengan kompetensi, tetapi juga mentalitas.

Namun, fakta yang terjadi di lapangan, menurut Nichols, justru sebaliknya. Mahasiswa lebih memposisikan diri sebagai pelanggan atau konsumen yang telah membayar sejumlah dana sehingga menuntut pelayanan layaknya konsumen kepada penyedia jasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun