Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Gembala Hujan

9 Maret 2022   20:09 Diperbarui: 13 Maret 2022   23:14 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hujan dan malam. (sumber: pixabay.com/holdosi)

Ka Ji, pawang hujan yang kesohor mampu menggembala awan sampai ke tepian pulau jawa. Bagi Ka Ji awan-awan hujan dianggap seperti domba yang mudah di giring. 

Ka Ji sering diandalkan untuk mengawal acara-acara besar seperti pidato politikus, konser dangdut, balapan motor sampai pada kegiatan rutin musiman yaitu acara nikahan. 

Praktik Sarang Udan oleh Ka Ji biasanya lengkap dengan cabai dan bawang merah yang di tusuk dengan sapu lidi dan kemenyan bakar. 

Ketika beraksi, Ka Ji akan komat-kamit lalu menandak-nandak sambil tangannya menegadah seperti sedang mengamini doa dan kemudian meraih sapu lidi itu untuk di pukul-pukulkan ke arah langit seolah sedang menabok pantat awan.

Jasa pawang hujan biasanya disewa oleh empunya hajat untuk memindahkan hujan yang turun di suatu wilayah yang ada hajatnya ke wilayah netral dimana tidak terkandung hajat. Dan Ka Ji adalah orang paling diincar untuk melakukan pekerjaan tersebut. 

Walau terkenal sebagai dukun sakti penggembala hujan, Ka Ji adalah sosok yang sederhana dalam kesehariannya, Ka Ji tidak pernah berdandan seperti seorang dukun ataupun orang pinter. 

Sederhana saja seperti semua tetangganya berpakaian; dengan busana kaus berkerah dan sarung yang digulung sejadinya, alasnya sandal japit dan mahkotanya peci hitam yang dipakai agak miring ke belakang. 

Ka ji dipanggil kaji sesuai namanya, yang oleh beberapa orang disalah artikan sebagai haji. Kebiasaan ka ji memang lebih mengarahkan orang untuk menganggap Ka ji seorang haji sungguhan karena memang Ka ji rutin pergi ke langgar dan memang selalu duduk-duduk di teras langgar jauh sebelum panggilan sholat di kumandangkan.

Dari sana Ka Ji akan menyapa semua orang dan mempersilahkan siapa saja untuk menunaikan sholat, walau selama ini tidak pernah ada yang melihatnya berdiri disisi makmum alih-alih menjadi imam. 

Kadang-kadang ada saja yang penasaran dengan Ka Ji selama sembahyang berlangsung, mereka akan mencuri-curi kesempatan menengok ke arah Ka Ji biasa duduk, tapi Ka Ji tidak akan ada di sana.

Hanya ada se-ekor kucing hitam sedang duduk melingkar dan terlihat menatap balik seperti hendak menerkam, dan setelah salam kedua berakhir. Ka Ji akan terlihat seperti semula, duduk dan melinting tembakau di teras langgar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun