Mohon tunggu...
Randy Rafael Aminta Putra
Randy Rafael Aminta Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - murid

baik, sehat, religius

Selanjutnya

Tutup

Film

Perjuangan dan Idealisme di Tengah Reformasi: Resensi Film "Aum!"

26 Maret 2024   19:52 Diperbarui: 26 Maret 2024   19:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cinemags.org

Perjuangan dan Idealisme di Tengah Reformasi: Ulasan FilmAum!”

Judul film: Aum!

Sutradara: Bambang "Ipoenk" Kuntara Mukti

Produser: Damar Ardi, Suryo Wiyogo

Ditulis oleh: Bambang Kuntara

Genre: Petualang, Drama, Dokumenter

Produksi: Lajar Tanjap Films

Penata musik: Bigheldy

Sinematografer: Ujel Bausad

Penyunting: Fajar K Effendy

Tanggal rilis: 28 November 2021 pada JAFF, 30 September 2021 pada Bioskop Online, 11 Mei 2023 pada Netflix

Pemeran: 

  • Jefri Nichol - Satriya/Surya Jatitama

  • Chicco Jerikho - Panca Kusuma Negara

  • Aksara Dena - Adam/Bram Sanjaya

  • Agnes Natasya Tjie - Linda Salim

  • Seteng Sadja - Sardi Hartanto/Ardiman Wicaksono

  • Mr Richard - Paul Whiteberg

  • Kukuh Riyadi - AnwarAryudha Fasha - Soni

  • Muhammad Ibnu Shohib - Malik

  • Djohan Ekspresi - Johan

  • Gosong - Kru artistik

  • Kevin Abani - Gani

  • Jamaluddin Latif - Andi

  • Dek Wawan - Pungkas

  • Vivi Cinoohh - Lani

Durasi: 85 menit

Negara: Indonesia

Film "Aum!" merupakan sebuah karya drama petualangan asal Indonesia yang diarahkan oleh Bambang "Ipoenk" Kuntara Mukti dan dirilis pada tahun 2021. Dengan pemeran utama seperti Jefri Nichol, Chicco Jerikho, dan Aksara Dena, film ini berhasil menarik perhatian karena latar belakangnya yang mengambil momen Reformasi 1998 di Indonesia, menggambarkan perjuangan sejumlah pemuda dalam memperjuangkan hak atas kebebasan berpendapat di tengah pengawasan ketat dari pemerintah yang berkuasa.

Cerita film "Aum!" berfokus pada perjuangan Satriya, yang diperankan oleh Jefri Nichol, seorang mahasiswa yang kritis terhadap pemerintah, dan Adam, yang diperankan oleh Aksara Dena, seorang anggota militer. Meskipun posisi Adam seharusnya membuatnya menangkap Satriya karena aktivitas politiknya, ikatan keluarga antara mereka berdua membuat Adam memilih untuk melindungi Satriya. Bersama-sama, mereka dan kelompok aktivis lain berjuang untuk reformasi dan perubahan sosial. 

Di sisi lain, film ini juga menyoroti tantangan dalam pembuatan film tentang reformasi oleh Linda, diperankan oleh Agnes Natasya Tjie, dan Panca, seorang sutradara yang diperankan oleh Chicco Jerikho, yang harus bekerja secara sembunyi-sembunyi dengan sumber daya yang terbatas di bawah pengawasan pemerintah. Situasi menjadi lebih rumit dengan kedatangan Paul Whiteberg, diperankan oleh Mr. Richard, seorang jurnalis Amerika yang meliput proses produksi film tersebut secara eksklusif.

"Aum!" menggali tema kebebasan berpendapat dan berekspresi, serta mempertanyakan tujuan dan cita-cita dari perjuangan reformasi di Indonesia. Film ini mengingatkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia masih jauh dari selesai dan mengajak penonton untuk merenungkan kembali perjuangan tersebut. Dibuat oleh sutradara Bambang "Ipoenk" Kuntara Mukti, yang dikenal dengan pendekatan unik dan estetis dalam karyanya, dan diproduksi oleh Lajar Tantjap Film, "Aum!" telah mendapatkan pengakuan melalui nominasi untuk Penulisan Skenario Asli Terpilih dan memenangkan penghargaan sinematografi terbaik di JAFF ke-16, menegaskan kualitas produksi dan keberhasilannya dalam menghidupkan kembali suasana Reformasi 98 secara autentik. Dengan latar belakang pengarang yang berpengalaman, rumah produksi yang berdedikasi, dan pengakuan melalui penghargaan yang diterima, film ini layak mendapatkan apresiasi dan perhatian dari penonton.

Menurut pandangan saya, film "AUM!" merupakan sebuah ekspresi seni yang luar biasa, yang mengintegrasikan elemen-elemen cerita intrinsik dan ekstrinsik untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang sejarah, pencarian identitas, dan dinamika interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Film ini berhasil membangun narasi yang kuat dengan membagi cerita menjadi dua segmen utama, yang masing-masing menyoroti perbedaan antara idealisme dan realitas serta menggambarkan konflik yang dihadapi oleh para karakternya, baik dari dalam diri mereka sendiri maupun dari luar. Saya sangat terkesan dengan cara Jefri Nichol dan Aksara Dena, yang memerankan Satriya dan Adam, menghidupkan karakter mereka dengan penampilan yang memukau, menunjukkan perbedaan idealisme yang mereka miliki.

Selanjutnya, saya menghargai bagaimana film ini menggunakan setting, kostum, dan properti yang otentik untuk merekonstruksi suasana tahun 90-an, yang tidak hanya memperkuat pesan cerita tetapi juga menciptakan nuansa yang khas. Tema utama yang berkisar pada perjuangan reformasi dan konflik idealisme sangat menarik, mengeksplorasi dampak idealisme politik terhadap hubungan pribadi dan profesional. Film ini juga menawarkan refleksi tentang pencarian makna hidup dan identitas melalui dialog dan simbolisme yang kaya.

Dari perspektif ekstrinsik, pesan filosofis film tentang kehidupan dan pencarian diri sangat menyentuh saya. Keindahan pengambilan gambar dan atmosfer yang diciptakan menambah nilai estetika film, memperkuat pesan dan suasana yang ingin disampaikan. Penampilan luar biasa dari Jefri Nichol dan Agnes Natasya Tjie, yang berhasil menggugah emosi dan membuat karakter mereka terasa sangat nyata, juga layak mendapatkan pujian.

Sebagai penikmat film yang menghargai karya sinematik dengan latar sejarah yang kaya, saya menemukan film "AUM!" sebagai sebuah karya yang menarik dan kompleks. Film ini, yang mengambil latar belakang peristiwa reformasi 1998 di Indonesia, menawarkan lebih dari sekadar rekonstruksi sejarah; ia mengajak penonton untuk merenungkan tentang idealisme, kebebasan berekspresi, dan konflik antara status quo dengan aspirasi perubahan. Saya terkesan dengan bagaimana film ini dibuka dengan adegan yang menegangkan, menampilkan kejar-kejaran yang menggambarkan semangat berapi-api mahasiswa yang menuntut reformasi, sebuah penggambaran yang kental dengan suasana 1998.

Dari segi estetika, saya mengapresiasi bagaimana film ini berhasil mereplikasi nuansa tahun 90-an melalui penggunaan warna kekuningan dan format gambar yang tidak terlalu lebar, menciptakan suasana yang otentik dan nostalgia. Ini menunjukkan kepiawaian sutradara dalam menghidupkan kembali era tersebut, tidak hanya melalui setting dan kostum tetapi juga melalui sinematografi yang cermat.

Dalam hal akting, saya terkesan dengan penampilan Jefri Nichol dan Aksara Dena yang memerankan Satriya dan Adam. Keduanya berhasil menampilkan karakter yang berlapis dengan konflik emosional yang kuat, yang menurut saya memberikan kedalaman pada narasi. Saya juga merasa bahwa Agnes Natasya Tjie, meskipun baru pertama kali berakting, memberikan penampilan yang menawan dan menambah dinamika pada cerita.

Namun, saya juga menyadari beberapa kekurangan dalam film ini. Plot twist yang terkesan janggal dan dipaksakan mungkin dapat mengurangi keterikatan emosional penonton terhadap cerita. Saya juga merasa bahwa film ini menghadapi tantangan dalam menjaga konsistensi tone, terutama ketika beralih dari bagian pertama yang lebih serius ke bagian kedua yang lebih ringan. Ini bisa menyebabkan kebingungan dan mengganggu alur cerita.

Dari perspektif teori naratif, film "AUM!" berhasil dalam mengimplementasikan teori dramaturgi Erving Goffman, di mana setiap adegan diatur seperti dalam sebuah pertunjukan teater, dengan karakter yang memainkan 'depan' dan 'belakang' panggung. Namun, dari sudut pandang teori resepsi, film ini mungkin menantang penonton untuk terus menyesuaikan ekspektasi seiring dengan perubahan tone dan gaya narasi.

Film ini sangat direkomendasikan sebagai tontonan yang wajib, terutama bagi penggemar film yang menghargai karya sinematik dengan latar sejarah. Tidak hanya itu, namun juga perjuangan-perjuangan serta keberanian yang ditunjukkan yang membuat penonton ikut terbawa perasaan mengikuti alur. “Aum” juga merupakan sebuah refleksi yang mengajak penonton untuk merenungkan dan menghargai perjuangan yang telah dilalui, serta mengingatkan bahwa perjuangan tersebut belum selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Aum! (2021). Wikipedia bahasa Indonesia. Dibuka Maret 24, 2024, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Aum!

Asian Movie Pulse. (2023, May). Film Review: Aum! (2021) by Bambang Ipoenk K.M. https://asianmoviepulse.com/2023/05/film-review-aum-2021-by-bambang-ipoenk-k-m/ 

KapanLagi.com. (2024, February 27). Review Film 'AUM!', Alasan Kamu Harus Nonton - Ceritakan Kisah Reformasi 1998 Penuh Plot Twist. https://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/review-film-aum-alasan-kamu-harus-nonton-ceritakan-kisah-reformasi-1998-penuh-plot-twist-306dc6.html 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun