Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

(Tidak) Semua Tulisan Layak Jadi Buku! Mengapa?

17 Mei 2023   15:16 Diperbarui: 17 Mei 2023   15:23 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sebuah kalimat dalam iklan sebuah penerbit di media sosial membuat saya dan rekan penulis terkesiap. "Semua tulisan bisa/layak jadi buku!" demikian tercantum di sana. Kemudian dicantumkan pula beberapa harga paket penerbitan termasuk syarat, tata cara, fasilitas yang akan didapatkan penulis dan lain-lainnya. Mulai dari yang paling sederhana/standar (baca: dianggap ekonomis) hingga yang paling wah.

Sebenarnya bukan masalah teknik penjualan atau marketing-nya. Yang patut direnungkan dalam-dalam di sini adalah: Layakkah semua tulisan dibukukan?

1. Tulisan seperti apa dulu? Rekan penulis saya berkata, "Semua orang bisa menulis, akan tetapi apakah semua tulisan layak jadi buku?"

Tulisan memang sebuah jejak sejarah nan berharga. Akan tetapi tak semua tulisan bisa dan perlu untuk dipublikasikan atau diketahui oleh orang di luar penulisnya (pembaca). Contohnya, buku harian.

Bukan hanya terbatas pada itu saja. Sebuah tulisan yang dibukukan hendaknya memiliki cukup makna, pesan moral. Ibarat sebuah peti harta, apa gunanya (buku) jika tidak berisi harta kata-kata yang diidamkan?

2. Apa tujuan penulisanmu sehingga merasa karyamu layak dibukukan? Apakah hanya untuk eksistensi pribadi belaka, alias untuk show-off? Apakah hanya untuk jualan?

Sangat banyak penulis yang menulis hanya untuk jualan saja. Sebenarnya tak mengapa jika menulis dijadikan sebagai mata pencaharian. Sangat banyak pekerjaan di bidang literasi; penerjemah, penulis di bidang periklanan, dan lain-lain. Akan tetapi jika alasan penulis hanya demi laku sehingga menghalalkan segala kata dan cara demi ikut selera pasar, melakukan hal-hal kontroversial dan lain-lain, apakah hal tersebut layak dilakukan seorang penulis (yang tentunya jauh lebih bijaksana dan berpengetahuan luas sesuai apa amanat yang ingin dibagi)?

3. Bagi penerbit yang merasa ingin dan sanggup membukukan semua karya, opini saya pribadi, sebaiknya tidak semua naskah yang diterima di meja redaksi langsung diterima begitu saja walaupun kelak diedit dan diperbaiki sebelum terbit. Mengapa? Buku adalah sebuah karya seni kata-kata yang seyogyanya cukup memiliki makna di dalamnya. Buku yang hanya diterbitkan dengan jalur instan (ada uang, ada barang) tentunya masih bisa dilakukan, asal bukan untuk umum/hanya untuk kalangan sendiri/pribadi.

Sebuah buku untuk umum hendaknya dituliskan dengan pemikiran jika yang akan membacanya bisa siapa saja, tak terbatas hanya pembelinya.

Berikut ini sebuah pemikiran sebagai penutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun