Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 70)

11 Maret 2023   20:07 Diperbarui: 12 Maret 2023   06:22 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi desain pribadi

Orion, oh my God, seharusnya kau kemari dan lihat sendiri, pasien itu, Russell, dia...

Rani sudah begitu ingin pergi secepatnya dari situ. Ia sungguh tak tega, tak ingin mengintip kelanjutan dari adegan yang sedang berlangsung sangat perlahan di ruang isolasi sebelah. Akan tetapi sesuatu, entah rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang besar, erat menahan kedua kaki dan matanya.

Semoga bagaikan adegan lambat dalam film horor di siang hari. Tubuh di atas ranjang seolah bergerak ke posisi duduk, hingga selubung kain putih panjang yang menutupnya perlahan tergeser dan tersingkap, terjatuh di lantai. Ia nyaris tak berbusana, terpacak di ranjang, terbelenggu erat di empat penjuru pergelangan tangan dan kaki, meskipun sebelahnya telah tiada.

Itu jelas-jelas (tadinya) seorang pria Everopa berusia sekitar akhir 30-an atau awal 40-an. Rani sepertinya tak asing lagi dengan sosok semacam itu. Dalam temaram, kulit putih memucat penuh memar membiru dan pandangan mata kosong yang kini berbalik menatapnya tampak sangat...

"Apa, i-i-ia menatapku? Tidaaaaak!" Rani tak ingin mengakui kenyataan itu, tetapi momen itu betul-betul sedang terjadi. Pandangan itu tak terfokus namun mengunci matanya, tak akan pernah bisa terlupakan olehnya. Barangkali akan terpatri untuk seumur hidupnya!

Hal pertama yang ingin dilakukan Rani adalah berbalik dan melaporkan kejadian itu kepada siapapun, entah Orion atau penjaga yang entah pergi ke mana. Rani merasa benar jika sosok di dalam itu berbahaya.

"Siapapun itu, ia bukan lagi Russell. Ia sudah lama tiada!"

Sosok itu sepertinya tahu benar ia tak sendirian, bereaksi menyentakkan belenggu dan rantai yang erat-erat menahan. Geraman yang keluar dari bibir menghitam itu awalnya pelan, tak bisa terdengar oleh Rani. Namun seiring waktu dan tenaga yang mulai terkumpul, sosok itu mulai meraung bagai seekor binatang atau monster...

"Tidaaak!"

Rani tak sanggup lagi bertahan. Ia mundur selangkah demi selangkah dan kembali ke dalam ruang isolasi Orion.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun