Banyak pasangan tampak super sempurna, miliki segalanya. Tak usah jauh-jauh, coba lihat beberapa pasangan selebriti mancanegara yang pernikahannya mewah, bikin iri, bahkan bisa dibilang flawless. Couple goals, semua ada dan tersedia.
Cantik, tampan, ideal. Harta punya, kehidupan terjamin. Kisah cinta berawal manis bak di dalam webnovel, novel online atau Drama-drama Korea, masa pacaran mulus bak jalan tol, direstui keluarga, pokoknya awalnya seperti dongeng yang dikira happily ever after.
Sayang, semua kesempurnaan dan keindahan itu bukan jaminan.
Tak semua pasangan impian sedemikian dalam perjalanan pernikahan akan berhasil, malah sadly true, banyak yang gagal, bahkan kemudian berakhir dengan perceraian!
Mengapa bisa demikian?
1. Masih kurangnya penerimaan masing-masing terhadap pasangan. Banyak pasangan suami-istri mencoba memperbaiki dan membetulkan pasangannya karena 'merasa dia kurang benar', lalu mencoba 'membawanya ke arah yang lebih benar'. Padahal, sebenarnya suami istri itu seyogyanya saling melengkapi.
Ibaratkan saja garpu dan sendok. Garpu membutuhkan sendok untuk menyuapkan makanan, namun sendok juga memerlukan garpu untuk membantu merapikan dan menusuk makanan.
Sendok tak bisa berkata, "Garpu, kamu robek! Kayak aku dong, rapat sempurna!" atau garpu berkata, "Sendok, kamu gak bisa nusuk! Kayak aku dong, serba guna bisa menggulung pasta!"
2. Masih kurangnya rasa empati. Sedikit-sedikit menyerahkan tanggung jawab keluarga kepada pasangan secara tradisional. Istri 'harus' bisa masak dan urus anak (sendiri), suami 'harus' memimpin dan mengambil keputusan (sendiri). Padahal di zaman now, pasangan harus bisa kompak berbagi tugas dan bekerja sama, tak hanya mau dan maju sendiri. Jika yang satu lelah, yang lain harus bisa menggantikan atau mengambil alih dahulu.
3. Tidak adanya rasa persahabatan. Banyak pasangan hanya 'berkasih-kasihan' saja, setelah itu usai. Tidak berani curhat karena 'istriku galak', 'suamiku angker', dan lain sebagainya. Salah besar jika pernikahan bukan sebuah persahabatan hidup, hanya dianggap teman hidup saja. Pertemanan bisa berakhir, persahabatan berlangsung selamanya.
Bukan untuk menakut-nakuti, melainkan mencoba sedikit saja menasihati. Tak apa-apa jika calon pasangan atau pasangan hidup kita tidak sempurna atau belum bisa jadi sempurna. Tak apa-apa jika kalian mulai semua dari nol. Tak usah takut melangkah jika belum bisa disebut couple goals. Asal kalian saling mencintai dengan sepenuh hati, amini, kebahagiaan sejati kelak akan mengikuti.
Stay in love. Semoga bermanfaat.